Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wisnubrata
Assistant Managing Editor Kompas.com.

Wartawan, penggemar olahraga, penyuka seni dan kebudayaan, pecinta keluarga

SBY dan Jokowi, di Antara "Haters" yang Gagal "Move On"

Kompas.com - 22/03/2016, 07:34 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

Saya ingat saat SBY mengkritik menteri-menteri Jokowi yang dinilai tidak kompak. Hasilnya, banyak tanggapan berupa status di media sosial bernada nyinyir yang menyebutkan, “Menteri-menteri bapak memang lebih kompak. Sampai memakai baju oranye (seragam tahanan KPK) bersama-sama.”

Memberi Solusi

Selain itu, sebagai pengkritik, kita musti bertanya, sudahkah kita menawarkan solusi untuk apa yang kita anggap kurang benar? Ada sebuah cerita dari India yang menggambarkan soal kritik tanpa solusi dengan menarik.

Suatu ketika ada seorang pelukis muda yang baru saja lulus dari sekolah seni. Untuk menguji apakah ia sudah pandai melukis, ia menaruh salah satu lukisannya di jalan yang ramai, lalu menuliskan pesan, “Saya adalah pelukis baru. Mungkin ada beberapa kesalahan pada lukisan saya. Silakan beri tanda silang di tempat saya membuat kesalahan.”

Ia lalu meninggalkan tempat itu beserta sejumlah pensil agar orang bisa memberi tanda pada lukisannya.

Sore harinya, saat ia kembali ke jalan itu, dia mendapati lukisannya sudah dipenuhi tanda silang. Beberapa orang bahkan menambahkan komentar pada ruang-ruang di kanvasnya itu.

Melihat kenyataan tersebut, ia menjadi sedih dan putus asa. Ia pun pergi kepada gurunya dengan perasaan galau.  “Saya ternyata tidak bisa melukis. Saya tidak berbakat. Orang tidak menghargai karya saya,” ujarnya.

Sang guru tersenyum dan berkata, “Muridku, saya akan buktikan kamu adalah pelukis hebat. Kita akan melakukan percobaan sekali lagi.” 

Sang guru kemudian minta murid itu untuk melukis persis dengan lukisan pertama, lalu kembali memajangnya di jalan yang ramai.

Namun kali ini ia diminta menuliskan pesan yang berbeda: “Saya adalah pelukis baru. Mungkin ada beberapa kesalahan pada lukisan saya. Saya menyediakan kuas dan cat warna. Kalau Anda menemukan sesuatu yang kurang sempurna, silakan perbaiki agar menjadi lebih baik.”

Sorenya, saat ia melihat lukisan itu, ia terkejut karena lukisannya tidak berubah. Tidak ada seorangpun yang menyentuhnya. Esok harinya dan hari-hari setelahnya, lukisan itu masih seperti apa adanya. Tidak satupun yang melakukan perbaikan pada lukisannya.

Ketika ia menyampaikan hal itu pada gurunya, sang guru berkata, “Tahulah kamu, memang lebih mudah bagi seseorang untuk mengkritik. Namun banyak dari orang-orang itu sebenarnya tidak bisa memberi solusi agar menjadi lebih baik.”

Kembali pertanyaan untuk kita: Apakah kita menawarkan solusi atas kritik yang kita lontarkan. Ataukah kita hanyalah haters yang gagal move on?

Jangan-jangan kita mengeluhkan kemacetan dan banjir, sementara kita sendiri anti memakai transportasi umum atau suka buang sampah sembarangan. Bila itu yang terjadi, kita bukan memberi solusi, tapi menjadi bagian masalah.

Mereka yang dikritik

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Nasional
Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Nasional
Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Nasional
Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Nasional
Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com