JAKARTA, KOMPAS.com — Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Hinca Pandjaitan menegaskan, Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono sebenarnya ingin menyelesaikan proyek Hambalang pada akhir masa jabatannya.
Namun, SBY konsisten tidak mau mengganggu Komisi Pemberantasan Korupsi yang mengusut dugaan korupsi dalam proyek tersebut.
Saat itu, Menteri Pemuda dan Olahraga yang dijabat Andi Mallarangeng dan Ketua Umum Partai Demokrat ketika itu, Anas Urbaningrum, sudah dijerat oleh KPK. (Baca: SBY: Bahaya kalau Pemimpin Tidak Mau Dengar Kritikan)
"Saat Roy Suryo menjabat Menpora menggantikan Andi Mallarangeng pada 15 Januari 2013, salah satu yang sebenarnya ingin dilanjutkan saat itu adalah Proyek P3SON Hambalang," kata Hinca dalam keterangan tertulisnya, Minggu (20/3/2016).
"Namun, saat itu baik DPR maupun KPK memerintahkan agar pemerintah dalam hal ini Kemenpora sama sekali tidak menyentuh Hambalang karena statusnya selaku barbuk korupsi," tambah Hinca.
Pada awal 2014, kata Hinca, Roy Suryo yang sempat prihatin dan ingin menyelamatkan aset-aset yang terbengkalai kembali berkonsultasi ke KPK.
Namun, KPK tetap tidak memberi persetujuan untuk melanjutkan proyek Hambalang. (Baca: SBY Vs Jokowi, Pantun Kritik 'Dibalas' Hambalang...)
"Jadi kalau sekarang Menpora Imam Nahrawi dan Presiden Jokowi mendadak ke Hambalang, apakah memang benar-benar KPK sudah merilis barbuk Hambalang tersebut untuk diteruskan kembali? Mengapa zaman dahulu tidak? Ada apa dengan KPK sekarang?" ujar Hinca.
Hinca lantas mengingatkan bahwa KPK didirikan oleh Megawati Soekarnoputri pada 2012. Megawati sebagai seorang ibu dengan berbagai pengorbanan yang sungguh luar biasa sudah dapat melahirkan institusi pemberantas korupsi di negeri ini. (Baca: SBY Vs Jokowi, Pantun Kritik 'Dibalas' Hambalang...)
Lalu, kata dia, SBY dengan keteladanan seorang ayah bertanggung jawab membesarkan institusi ini dengan ujian yang sangat berat.
"Kini Jokowi sebagai generasi ketiga haruslah membuat KPK semakin jaya, jangan sampai terjerumus dalam mitos generasi pertama melahirkan, generasi kedua membesarkan, dan generasi ketiga menghancurkan," ujar Hinca.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.