Ia pun bertanya-tanya kapan para politisi ini bisa siuman, lantas menerapkan politik beradab. Praktik politik yang tidak memikirkan kepentingan pribadi atau golongan, tetapi semata-mata untuk menyejahterakan rakyat.
Namun, budayawan Radhar Panca Dahana mengungkapkan, ia tak percaya politisi dan partai politik bisa siuman dan lepas dari kartel politik.
"Dari dulu sudah jadi zombie," tutur Radhar.
Kepala Sekolah Politisi Muda, yang juga Wakil Direktur Yayasan Satunama, Yogyakarta, Insan Kamil menyadari ada cara mencapai kekuasaan di kalangan politisi di Indonesia yang diwarnai politik uang.
Berbeda dengan kandidat pada masa Republik Romawi yang berutang, sebagian politisi Indonesia meminta pengusaha mendanai ongkos politik.
Begitu terpilih, politisi tersebut membanjiri pengusaha tersebut dengan izin pertambangan, perkebunan, kehutanan, proyek, sampai pengadaan barang dan jasa.
Lantas apa yang bisa dilakukan? Yayasan Satunama mencoba menggunakan pendekatan aktor lewat pendidikan untuk membentuk politisi yang menjunjung keadaban politik.
Selama setahun terakhir, Sekolah Politisi Muda menggembleng 23 politisi lintas partai dari Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Lampung.
Sebanyak 17 orang dinyatakan lulus. Selama pendidikan, mereka dibekali pemahaman nilai, cara membangun relasi dengan masyarakat ataupun hal-hal teknis seperti marketing politik tanpa politik uang.
"Mudah-mudahan apa yang kami gagas bisa bertahan dalam jangka panjang karena tidak selesai lima tahun untuk membangun keadaban politik. Minimal 15 tahun baru ada hasilnya," kata Insan Kamil.
Selepas pendidikan, Insan juga mengaku ada pendampingan bagi para politisi muda ini untuk menyusun kerangka kerja.
Dengan begitu, diharapkan ada konsistensi dalam diri mereka sehingga para politisi muda ini bisa berperan mengubah sistem. Tidak sebaliknya, mereka yang berubah karena struktur di partai politik.
Tentu saja, upaya ini juga harus diimbangi perubahan struktur yang membuat politisi makin sulit untuk berbuat macam-macam.
Jika pendekatan aktor dan struktur tetap tak mengubah politisi, rakyat Indonesia bisa pula memakai pertanyaan yang dilontarkan Cicero sekitar 2.000 tahun lalu itu kepada para politisi kita, "Sampai kapan wahai politisi, engkau akan menguji kesabaran kami?" (Antony Lee)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.