Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ikrar Ade Komarudin dan Bayang-bayang Supersemar

Kompas.com - 09/03/2016, 12:33 WIB
Dani Prabowo

Penulis

Untuk itu, Ade lebih memilih untuk mengikrarkan diri sebagai kader yang ingin memiliki peran lebih dalam mempersatukan Golkar yang sedang memasuki fase rekonsiliasi.

"Bukan deklarasi ya, tapi mengikrarkan diri sebagai kader yang merekonsiliasikan Golkar, mengkonsolidasikan Golkar, mensolidkan Golkar, dan membawa Golkar sebagai partai yang kuat," kata Misbakhun.

Konsolidasi ke daerah pun dilakukan. Misbakhun optimistis, lebih dari 30 persen DPD Partai Golkar akan memberikan dukungan kepada Ade. Hal itu sesuai dengan syarat pencalonan yang ditentukan di dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga partai (AD/ART).

Dia mengatakan, dari 34 DPD I Partai Golkar, sebelas diantaranya menyampaikan dukungan langsung dengan cara menemui Ade di Jakarta.

Kesebelas DPD itu yakni Lampung, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, NTT, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Papua, Papua Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, dan Gorontalo.

Supersemar

Pemilihan tempat dan waktu pelaksanaan pengucapan ikrar yang dilakukan Ade Komarudin rupanya menimbulkan pertanyaan tersendiri.

Menurut pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah, Pangi Syarwi Chaniago, bukan Golkar namanya jika tak pandai memainkan semiotika bahasa politik.

"Rencana Akom deklarasi 11 maret bertepatan dengan peringatan 50 tahun Supersemar. Banyak pesan dan simbol politik yang mau kirimkan ke benak publik oleh Akom," kata Pangi dalam pesan singkatnya, Rabu (9/3/2016).

Supersemar atau Surat Perintah Sebelas Maret merupakan surat yang ditandatangani Presiden Soekarno pada 11 Maret 1966.

Surat itu berisi instruksi kepada Soeharto selaku Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk mengatasi situasi keamanan yang buruk pada saat itu.

Surat itu juga diyakini sebagai cikal bakal diserahkannya kepemimpinan Soekarno kepada Soeharto.

Menurut Pangi kekacauan yang terjadi di tubuh Golkar saat ini tak jauh berbeda dengan kekacauan yang terjadi di Indonesia di bawah masa kepemimpinan Soekarno saat itu.

Diperlukan peralihan kekuasaan agar Golkar siap dalam menghadapi dinamika politik yang akan terjadi di masa mendatang. Salah satu hal yang disoroti Pangi yakni latar belakang pimpinan Golkar.

Selama ini, Golkar dikenal sebagai partai saudagar lantaran para dedengkotnya memiliki latar belakang itu. "Nah, Akom ingin mengisyaratkan saat peralihan kekuasaan dari politisi saudagar ke politisi berbasis kader dan nilai idealisme politik," kata dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jamdatun Feri Wibisono Ditunjuk Jadi Wakil Jaksa Agung

Jamdatun Feri Wibisono Ditunjuk Jadi Wakil Jaksa Agung

Nasional
Sri Mulyani Mulai Mulai Hitung-hitung Anggaran Pemerintahan Prabowo

Sri Mulyani Mulai Mulai Hitung-hitung Anggaran Pemerintahan Prabowo

Nasional
Hapus 2 DPO Kasus 'Vina Cirebon', Polri Akui Tak Punya Bukti Kuat

Hapus 2 DPO Kasus "Vina Cirebon", Polri Akui Tak Punya Bukti Kuat

Nasional
Tak Hadiri Panggilan MKD, Bamsoet Sebut Undangan Diterima Mendadak

Tak Hadiri Panggilan MKD, Bamsoet Sebut Undangan Diterima Mendadak

Nasional
Proyeksi Sri Mulyani untuk Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II: Masih Terjaga seperti Kuartal I

Proyeksi Sri Mulyani untuk Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II: Masih Terjaga seperti Kuartal I

Nasional
Psikolog Forensik Sebut Ada Perbedaan Laporan Iptu Rudiana dengan Hasil Otopsi soal Kematian Vina dan Eky

Psikolog Forensik Sebut Ada Perbedaan Laporan Iptu Rudiana dengan Hasil Otopsi soal Kematian Vina dan Eky

Nasional
Usai Rapat dengan Jokowi, Gubernur BI Jamin Rupiah Akan Menguat

Usai Rapat dengan Jokowi, Gubernur BI Jamin Rupiah Akan Menguat

Nasional
Hasil Pertemuan Prabowo dengan Ketum Parpol KIM Tak Akan Dilaporkan ke Jokowi

Hasil Pertemuan Prabowo dengan Ketum Parpol KIM Tak Akan Dilaporkan ke Jokowi

Nasional
Dianugerahi Bintang Bhayangkara Utama, Prabowo: Terima Kasih Kapolri, Kehormatan bagi Saya

Dianugerahi Bintang Bhayangkara Utama, Prabowo: Terima Kasih Kapolri, Kehormatan bagi Saya

Nasional
PDI-P Lirik Susi Pudjiastuti Maju Pilkada Jabar, Airlangga: Bagus untuk Pandeglang

PDI-P Lirik Susi Pudjiastuti Maju Pilkada Jabar, Airlangga: Bagus untuk Pandeglang

Nasional
Jokowi Absen dalam Sidang Gugatan Bintang Empat Prabowo di PTUN

Jokowi Absen dalam Sidang Gugatan Bintang Empat Prabowo di PTUN

Nasional
Mendagri Minta Pj Kepala Daerah Mundur jika Ikut Pilkada atau Diberhentikan

Mendagri Minta Pj Kepala Daerah Mundur jika Ikut Pilkada atau Diberhentikan

Nasional
Imigrasi Berupaya Pulihkan Layanan Pakai 'Back Up' PDN Kominfo di Batam

Imigrasi Berupaya Pulihkan Layanan Pakai "Back Up" PDN Kominfo di Batam

Nasional
Ada Erick Thohir pada Pertemuan Prabowo dan Ketum Parpol KIM, Begini Penjelasan Airlangga

Ada Erick Thohir pada Pertemuan Prabowo dan Ketum Parpol KIM, Begini Penjelasan Airlangga

Nasional
Psikolog Forensik: Laporan Visum Sebut Vina dan Eky Mati Tak Wajar, Tak Disebut Korban Pembunuhan

Psikolog Forensik: Laporan Visum Sebut Vina dan Eky Mati Tak Wajar, Tak Disebut Korban Pembunuhan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com