Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketua DPR Tak Mau Gedung Baru Jadi Beban bagi Rakyat

Kompas.com - 02/03/2016, 18:01 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Ade Komarudin akan menindaklanjuti keputusan pemerintah yang melanjutkan moratorium pembangunan gedung baru.

Ade akan membicarakan kembali rencana pembangunan tujuh proyek di Kompleks Parlemen bersama pimpinan fraksi, badan urusan rumah tangga DPR, dan pihak Kesetjenan DPR.

"Saya harus memikirkan kebutuhan dari parlemen, tetapi saya juga tidak mau parlemen ini menjadi beban rakyat," kata Ade di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (2/3/2016).

(Baca: Jokowi Lanjutkan Moratorium Pembangunan Gedung Kementerian/Lembaga)

Ade mengatakan, dari satu sisi, kebutuhan untuk merenovasi besar-besaran Kompleks Parlemen merupakan suatu kebutuhan. Menurut dia, ruangan anggota DPR yang sangat kecil saat ini tidak bisa menunjang kinerja anggota beserta staf dan tenaga ahlinya.

"Teman-teman (wartawan) juga tahu ruangan di gedung (anggota) sana itu seperti apa," kata dia.

Namun, di sisi lain, Ade juga menyadari kondisi ekonomi sedang sulit. Karena itulah, pemerintah melakukan moratorium untuk menghemat dan mengefisienkan anggaran yang ada.

"Kita tahu dampak ekonomi global. Ini kita kan harus mengencangkan ikat pinggang. Kita harus tahu diri," ucap politisi Partai Golkar ini.

(Baca: Fahri Hamzah Anggap Moratorium Pembangunan Gedung akibat Kegagalan Pemerintah)

Dengan melihat dua sisi ini, kata dia, pembangunan tujuh proyek di Kompleks Parlemen harus dibicarakan dengan semua pihak yang berkepentingan.

"Saya ingin tahu sampai sedetail-detailnya. Jadi, kebutuhan parlemen apa, kebutuhan publik apa, kebutuhan hari ini apa, harus dipertimbangkan matang-matang," ucap dia.

Pemerintah memutuskan tetap melanjutkan kebijakan moratorium pembangunan gedung baru. Hal ini dilakukan untuk memprioritaskan belanja modal untuk pembangunan infrastruktur yang berdampak langsung kepada masyarakat. Moratorium ini juga berlaku untuk pembangunan Kompleks DPR.

(Baca: Pemerintah Tak Punya Uang, PDI-P Setuju Proyek Gedung DPR Dibatalkan)

Presiden Joko Widodo menegaskan hal itu saat membuka rapat terbatas tentang permohonan izin untuk sarana dan prasarana kementerian serta lembaga tinggi negara di Kantor Presiden, Kompleks Istana, Jakarta, Senin (29/2/2016).

Kendati demikian, pemerintah tetap membangun gedung yang sangat dibutuhkan, seperti kepentingan pendidikan serta antiterorisme dan narkoba.

"Seperti Saudara-saudara ketahui, pada sidang kabinet Desember 2014, sudah saya sampaikan dan saya perintahkan bahwa dilakukan moratorium pembangunan gedung kantor kementerian dan lembaga. Namun, apabila sangat diperlukan dan sangat mendesak sekali, bisa minta izin kepada Presiden," ujar Presiden.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com