Hal itu dialaminya tahun lalu. Saat itu, Ryu harus menjalani operasi jantung. Awalnya, sang ayah biasa saja. Tak ada perasaan cemas bercampur bingung hingga akhirnya, dia dan istri melakukan tes di laboratorium rumah sakit untuk mendonorkan darahnya buat Ryu.
Ternyata hasil laboratorium menunjukkan bahwa mereka berdua sebagai orang tua tak bisa mendonorkan darah untuk putra mereka.
"Saya bingung saat itu. Kok bisa, saya dan istri kan rhesusnya positif tapi Ryu negatif," kata Joko di Bentara Budaya, Jakarta, Kamis (25/2/2016).
Ia mengira, jika ayah dan ibu memiliki golongan darah dengan rhesus positif, otomatis anak-anak juga sama. Ternyata tidak, anak pertamanya Ryu bergolongan darah O dengan rhesus negatif.
Ia lalu bertanya ke teman-temannya guna mendapatkan golongan darah dan rhesus yang sesuai dengan anaknya. Joko mengaku, dalam pencarian itu ia sempat kesulitan.
Akhirnya ia mendapat informasi dari petugas di bank darah terkait komunitas yang beranggotakan pemilik darah dengan rhesus negatif. Dari situ, ia mencari bantuan untuk mendapat donor yang sesuai untuk Ryu.
"Rasanya alhamdulilah sekali ada," ucapnya.
Kini, Joko tak lagi khawatir dalam mencari pendonor darah untuk operasi Ryu selanjutnya.
Ketua Umum Rhesus Negatif Indonesia, Lici Murniati, mengatakan, pihaknya secara sukarela membantu siapa pun yang membutuhkan darah dengan rhesus negatif tanpa dipungut bayaran. Ia menyampaikan bahwa rhesus negatif memang amat langka di Indonesia maupun di dunia.
Di Indonesia saja, pemilik darah dengan rhesus negatif jumlahnya tak sampai satu persen dari total penduduk.
"Walaupun jarang, tapi kita yang darah dengan rhesus negatif ini tidak ada perbedaannya sama sekali dengan yang rhesus positif. Sehatnya sama-sama saja," ujar Lici.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.