Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita dari Kalijodo

Kompas.com - 20/02/2016, 23:37 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorJodhi Yudono



Kini kalijodo seperti sedang mempersiapkan "pesta perpisahan". Meski nampak meriah, tapi di sana tak ada umbul-umbul atau lampion sebagai tanda pesta perpisahan akan dimulai. Yang ada adalah ribuan aparat keamanan, barisan mobil stasiun televisi dan sejumlah wartawan dari berbagai media.

Para petugas keamanan tentu saja hendak mengamankan jalannya penerapan kebijakan Pemprov DKI yang hendak mengembalikan wilayah itu menjadi Ruang Terbuka Hijau (RTH). Cuma kabarnya, saking banyaknya petugas keamanan yang datang lengkap dengan peralatan senjata, membuat warga panik. Kuasa Hukum Warga Kalijodo Razman Arif Nasution menyebut ada dua warga yang langsung sakit akibat rencana pembongkaran kawasan tersebut. Bahkan salah seorang di antaranya sudah meninggal dunia.

"Saat rumah mereka ditempel surat peringatan, akibatnya satu orang, Pak Idris seketika stroke dan Pak Mamat meninggal dunia dua hari yang lalu setelah dibawa ke ICU," kata Razman, di Gedung DPRD DKI Jakarta, Jumat (19/2/016).

Razman mengatakan, mereka sangat terkejut melihat banyaknya aparat bersenjata laras panjang berjaga di lingkungan rumahnya.

Sementara para awak media itu tentu saja tak hendak melepas kepergian para Pekerja Seks Kometsial (PSK) dan para pekerja lainnya yang selama ini turut menafasi kehidupan di kalijodo. Tidak. Para pekerja media itu, sedang menjalankan pekerjaannya sebagai pelapor peristiwa dan mengabarkannya kepada dunia melalui koran, majalah, online, radio, dan televisi.
Mengapa sedemikian pentingnya kalijodo bagi para wartawan hingga mereka rela berhari-hari memantau di tempat ini?

"Penting dong mas, kan kita seperti melihat Waduk Pluit, Kampung Pulo, Waduk Ria Rio, reklamasi Jakarta, dll," kata kawan saya Wahana, wartawan sebuah media online asal Kebumen.

Menurut Wahana, peristiwa yang terjadi di Kalijodo merupakan sebuah premis, apakah pembangunan akan memanusiakan atau menjauhkan manusia dari lingkungan.

Lebih dari itu, Kalijodo itu bak magnet bagi banyak orang. Dari dulu sampai sebelum digusur, Kalijodo adalah tempat hang out, tempat bersenang-senang, hiburan buat mereka yang hendak sekedar minum-minum, berjudi, hingga mereka yang hendak melampiaskan hasrat biologisnya. "Nah kalau sudah dibangun apa tetap bisa memenuhi hasrat masyarakat untuk mencari hiburan?" ujar Wahana.

"Intinya, mengapa para awak media berbondong-bondong ke Kalijodo belakangan ini, ya kita akan kawal relokasi Kalijodo agar damai, masyarakat senang, pembangunan berjalan, hasilnya bisa dinikmati kembali oleh masyarakat," imbuh Wahana.

Menurut Wahana, yang tak kalah menariknya dari Kalijodo adalah sisi sejarahnya. Dari zaman Batavia sampai sekarang tempat itu adalah salah satu saksi sejarah perkembangan Jakarta. Itu kan dari tempat kumpul orang-orang Tionghoa, pelarian preman eks Pasar Senen di zaman Ali Sadikin, pelarian eks lokalisasi Kramat Tunggak, tempat tiga kelompok preman (Bugis, Mandar, Banten) bersaing mencari rezeki. Wajah ibu kota lengkap di sana. Wajah "kerasnya" ya dari preman, prostitusi, pedagang kecil, slum area, sungai.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com