Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita dari Kalijodo

Kompas.com - 20/02/2016, 23:37 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorJodhi Yudono

Persiapan perpisahan memang sedang berlangsung di Kalijodo. Aparat pemerintah sudah siap siaga hendak meratakan Kalijodo, sementara penghuni Kalijodo juga tak kalah sibuknya. Mereka naga-naganya sudah bisa memastikan nasib mereka di Kalijodo akan tamat begitu mesin buldozer masuk ke area tersebut. Maklumlah, di belakang kebijakan yang dikeluarkan Pemda DKI itu, Gubernur Ahok juga mengerahkan ribuan polisi dan tentara yang siap melibas mereka yang akan jadi penghalang.

Warga Kalijodo hanya diberi waktu 11 hari dari Kamis (18/2/2016) untuk mengosongkan atau membongkar sendiri bangunannya.

Sebelas hari itu terdiri atas tujuh hari untuk masa berlaku surat peringatan pertama, tiga hari untuk masa berlaku surat peringatan kedua, dan satu hari untuk masa berlaku surat peringatan ketiga. Jika tidak mengosongkan wilayah Kalijodo, pemerintah akan melakukan eksekusi.

Walhasil, para pemilik kafe di kawasan Kalijodo, Jakarta Utara, diketahui sudah banyak yang kabur dari kawasan tersebut. Mereka tidak ditemukan saat ribuan aparat gabungan menggelar operasi pemberantasan penyakit masyarakat, Sabtu (20/2/2016) pagi.

"Sudah banyak yang kabur, ya. Premannya juga (kabur). Tetapi, enggak apa-apa," kata Kapolda Metro Jaya Komisaris Besar Tito Karnavian seperti dikutip Kompas.com, di lokasi.

Sebagian lainnya sibuk membereskan barang-barang di rumah sekaligus tempat usahanya. Baju-baju dibungkus dengan seprei. Kursi-kursi, meja, lemari pendingin dibereskan. Begitu juga dengan pendingin ruangan.

Tentu, sebagian dari mereka masih tak percaya masa tinggalnya di Kalijodo tidak akan lama lagi. Kafe Intan milik Abdul Azis alias Daeng Azis, pentolan di Kalijodo, kini tampak berantakan.

Dalam beberapa malam terakhir, kafe-kafe di Kalijodo memang sudah menutup operasionalnya, tak terkecuali Kafe Intan. Pantauan Kompas.com, tampak botol dan minuman bekas pengunjung dibiarkan begitu saja di atas meja. Sebagian botol terlihat berserakan di kursi dan lantai.

Kondisi beberapa sofa pun sudah penuh debu. Selain penuh debu, posisi sofa juga terlihat tak beraturan. Hal serupa juga terlihat di bagian panggung musik. Tampak beberapa standing mic dan satu set drum yang ditutup oleh kain

Di antara mereka juga tak tahu harus ke mana setelah pemukiman Kalijodo dibongkar. Namun sebagian lainnya menganggap peristiwa ini sebagai jalan untuk hijrah, berpindah ke tempat yang lebih baik. Maklumlah, Kalijodo tidak selalu terkait dengan dunia prostitusi ataupun perjudian. Karena sebagian besar warga di sana punya kehidupan normal laiknya masyarakat pada umumnya, yang sama sekali tak berhubungam dengan prostitusi, perjudian, apalagi kelompok Azis.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Buru WN Nigeria di Kasus Email Bisnis Palsu, Bareskrim Kirim 'Red Notice' ke Interpol

Buru WN Nigeria di Kasus Email Bisnis Palsu, Bareskrim Kirim "Red Notice" ke Interpol

Nasional
Sama Seperti Ganjar, Anies Berencana Berada di Luar Pemerintahan

Sama Seperti Ganjar, Anies Berencana Berada di Luar Pemerintahan

Nasional
Anggap 'Presidential Club' Prabowo Positif, Jusuf Kalla: di Seluruh Dunia Ada

Anggap "Presidential Club" Prabowo Positif, Jusuf Kalla: di Seluruh Dunia Ada

Nasional
Dituntut 1 Tahun Penjara Kasus Pencemaran Nama Ahmad Sahroni, Adam Deni Ajukan Keberatan

Dituntut 1 Tahun Penjara Kasus Pencemaran Nama Ahmad Sahroni, Adam Deni Ajukan Keberatan

Nasional
Anies Mengaku Belum Bicara Lebih Lanjut Terkait Pilkada DKI Jakarta dengan Surya Paloh

Anies Mengaku Belum Bicara Lebih Lanjut Terkait Pilkada DKI Jakarta dengan Surya Paloh

Nasional
KPK Tahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

KPK Tahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

Nasional
Prabowo Tak Perlu Paksakan Semua Presiden Terlibat 'Presidential Club'

Prabowo Tak Perlu Paksakan Semua Presiden Terlibat "Presidential Club"

Nasional
'Presidential Club' Prabowo Diprediksi Jadi Ajang Dialog dan Nostalgia

"Presidential Club" Prabowo Diprediksi Jadi Ajang Dialog dan Nostalgia

Nasional
Gus Muhdlor Kenakan Rompi Oranye 'Tahanan KPK' Usai Diperiksa 7 Jam, Tangan Diborgol

Gus Muhdlor Kenakan Rompi Oranye "Tahanan KPK" Usai Diperiksa 7 Jam, Tangan Diborgol

Nasional
Adam Deni Hanya Dituntut 1 Tahun Penjara, Jaksa: Sudah Bermaafan dengan Sahroni

Adam Deni Hanya Dituntut 1 Tahun Penjara, Jaksa: Sudah Bermaafan dengan Sahroni

Nasional
Ide 'Presidential Club' Prabowo Diprediksi Bakal Bersifat Informal

Ide "Presidential Club" Prabowo Diprediksi Bakal Bersifat Informal

Nasional
Prabowo Mau Bentuk 'Presidential Club', Ma'ruf Amin: Perlu Upaya Lebih Keras

Prabowo Mau Bentuk "Presidential Club", Ma'ruf Amin: Perlu Upaya Lebih Keras

Nasional
Adam Deni Dituntut 1 Tahun Penjara dalam Kasus Dugaan Pencemaran Nama Baik Ahmad Sahroni

Adam Deni Dituntut 1 Tahun Penjara dalam Kasus Dugaan Pencemaran Nama Baik Ahmad Sahroni

Nasional
Polri Ungkap Peran 2 WN Nigeria dalam Kasus Penipuan Berkedok 'E-mail' Bisnis

Polri Ungkap Peran 2 WN Nigeria dalam Kasus Penipuan Berkedok "E-mail" Bisnis

Nasional
Hakim MK Pertanyakan KTA Kuasa Hukum Demokrat yang Kedaluwarsa

Hakim MK Pertanyakan KTA Kuasa Hukum Demokrat yang Kedaluwarsa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com