Persiapan perpisahan memang sedang berlangsung di Kalijodo. Aparat pemerintah sudah siap siaga hendak meratakan Kalijodo, sementara penghuni Kalijodo juga tak kalah sibuknya. Mereka naga-naganya sudah bisa memastikan nasib mereka di Kalijodo akan tamat begitu mesin buldozer masuk ke area tersebut. Maklumlah, di belakang kebijakan yang dikeluarkan Pemda DKI itu, Gubernur Ahok juga mengerahkan ribuan polisi dan tentara yang siap melibas mereka yang akan jadi penghalang.
Warga Kalijodo hanya diberi waktu 11 hari dari Kamis (18/2/2016) untuk mengosongkan atau membongkar sendiri bangunannya.
Sebelas hari itu terdiri atas tujuh hari untuk masa berlaku surat peringatan pertama, tiga hari untuk masa berlaku surat peringatan kedua, dan satu hari untuk masa berlaku surat peringatan ketiga. Jika tidak mengosongkan wilayah Kalijodo, pemerintah akan melakukan eksekusi.
Walhasil, para pemilik kafe di kawasan Kalijodo, Jakarta Utara, diketahui sudah banyak yang kabur dari kawasan tersebut. Mereka tidak ditemukan saat ribuan aparat gabungan menggelar operasi pemberantasan penyakit masyarakat, Sabtu (20/2/2016) pagi.
"Sudah banyak yang kabur, ya. Premannya juga (kabur). Tetapi, enggak apa-apa," kata Kapolda Metro Jaya Komisaris Besar Tito Karnavian seperti dikutip Kompas.com, di lokasi.
Sebagian lainnya sibuk membereskan barang-barang di rumah sekaligus tempat usahanya. Baju-baju dibungkus dengan seprei. Kursi-kursi, meja, lemari pendingin dibereskan. Begitu juga dengan pendingin ruangan.
Tentu, sebagian dari mereka masih tak percaya masa tinggalnya di Kalijodo tidak akan lama lagi. Kafe Intan milik Abdul Azis alias Daeng Azis, pentolan di Kalijodo, kini tampak berantakan.
Dalam beberapa malam terakhir, kafe-kafe di Kalijodo memang sudah menutup operasionalnya, tak terkecuali Kafe Intan. Pantauan Kompas.com, tampak botol dan minuman bekas pengunjung dibiarkan begitu saja di atas meja. Sebagian botol terlihat berserakan di kursi dan lantai.
Kondisi beberapa sofa pun sudah penuh debu. Selain penuh debu, posisi sofa juga terlihat tak beraturan. Hal serupa juga terlihat di bagian panggung musik. Tampak beberapa standing mic dan satu set drum yang ditutup oleh kain
Di antara mereka juga tak tahu harus ke mana setelah pemukiman Kalijodo dibongkar. Namun sebagian lainnya menganggap peristiwa ini sebagai jalan untuk hijrah, berpindah ke tempat yang lebih baik. Maklumlah, Kalijodo tidak selalu terkait dengan dunia prostitusi ataupun perjudian. Karena sebagian besar warga di sana punya kehidupan normal laiknya masyarakat pada umumnya, yang sama sekali tak berhubungam dengan prostitusi, perjudian, apalagi kelompok Azis.