Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mereka Tinggalkan Harta Benda dan Eksodus Massal untuk Gafatar

Kompas.com - 22/01/2016, 05:55 WIB
PONTIANAK, KOMPAS.com - Polemik keberadaan kelompok Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) telah membuat warga Mempawah, Kalimantan Barat mengusir para mantan pengikut kelompok itu dan membakar wilayah pemukiman mereka.

Ribuan jiwa kini harus berada di pengungsian menunggu dipulangkan kembali ke kampung halamannya. Awalnya, sejumlah mantan pengikut Gafatar menolak dipulangkan karena seluruh harta bendanya habis karena untuk biaya pindah ke Kalimantan.

Banyak tanda tanya soal latar belakang mereka sampai harus pindah ke Kalimantan dan merelakan semua yang mereka miliki di kampung halaman.

Fenomena ini pula yang membuat banyak laporan orang hilang dikaitkan dengan organisasi yang dibina oleh Ahmad Mosshadeq itu.

(Baca: 100 Orang Lebih Dilaporkan Hilang, Diduga Eksodus Pengikut Gafatar)

Salah seorang mantan Gafatar mengungkapkan alasannya sampai harus meninggalkan kediamannya di Cilacap, Jawa Tengah.

Tera (31), mengaku hanya ingin bercocok tanam di Kalimantan sebagai salah satu bagian dari program kedaulatan pangan Gafatar.

"Kami datang ke sini hanya mau bercocok tanam saja," kata Tera (31) saat ditemui di penampungan yang berlokasi di Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Rabu (20/1/2016).

Dia datang bersama beberapa temannya satu bulan lalu di Desa Pasir, Kecamatan Mempawah Hilir, Mempawah.

(Baca: Bupati Mempawah Menangis Saksikan Permukiman Eks Gafatar Dibakar)

"Istri dan anak saya belum ikut, rencananya setelah siap, baru mereka saya bawa, tetapi keburu terjadi permasalahan sehingga kami dievakuasi," ungkapnya.

Tera menambahkan, alasan dirinya tetap bergabung dengan kelompok tersebut, karena ingin mengembangkan sektor pertanian dan tidak ada motivasi lainnya.

"Karena sesuai dengan motto, Presiden pertama RI Soekarno, suatu negara kalau mau kuat dan maju, maka sektor pangan atau pertaniannya harus bagus, sehingga tidak tergantung pada negara lainnya," ujar Tera yang mengaku sarjana pendidikan alumni Universitas Negeri Yogyakarta tersebut.

"Generasi sekarang umumnya tidak mau bertani, tetapi giliran kami mau bercocok tanam kok dipermasalahkan," sambungnya.

Selain itu, Tera mengungkapkan alasan dikumpulkannya pengikut Gafatar di satu tempat agar aktivitas kelompok ini bisa lebih mudha dipantau pemerintah atau instansi terkait lainnya.

Sementara itu, Wasito (41) eks Gafatar yang juga asal Cilacap mengaku masih trauma barak mereka dibakar massa.

Halaman:


Terkini Lainnya

Tanggal 1 Juli 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 1 Juli 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Antisipasi Serangan Siber, Imigrasi Siapkan Sistem 'Back Up' Data Cepat

Antisipasi Serangan Siber, Imigrasi Siapkan Sistem "Back Up" Data Cepat

Nasional
Puncak Hari Bhayangkara Digelar 1 Juli 2024 di Monas, Jokowi dan Prabowo Diundang

Puncak Hari Bhayangkara Digelar 1 Juli 2024 di Monas, Jokowi dan Prabowo Diundang

Nasional
4 Bandar Judi 'Online' Terdeteksi, Kapolri: Saya Sudah Perintahkan Usut Tuntas

4 Bandar Judi "Online" Terdeteksi, Kapolri: Saya Sudah Perintahkan Usut Tuntas

Nasional
Usai Bertemu Jokowi, MenPAN-RB Sebut Jumlah Kementerian Disesuaikan Kebutuhan Prabowo

Usai Bertemu Jokowi, MenPAN-RB Sebut Jumlah Kementerian Disesuaikan Kebutuhan Prabowo

Nasional
Imigrasi Ancam Deportasi 103 WNA yang Ditangkap karena Kejahatan Siber di Bali

Imigrasi Ancam Deportasi 103 WNA yang Ditangkap karena Kejahatan Siber di Bali

Nasional
Imigrasi Akui Sudah Surati Kominfo untuk 'Back Up' Data Sejak April, tapi Tak Direspons

Imigrasi Akui Sudah Surati Kominfo untuk "Back Up" Data Sejak April, tapi Tak Direspons

Nasional
Disebut Tamak, SYL Klaim Selalu Minta Anak Buah Ikuti Aturan

Disebut Tamak, SYL Klaim Selalu Minta Anak Buah Ikuti Aturan

Nasional
Bantah Hasto Menghilang Usai Diperiksa KPK, Adian Pastikan Masih Berada di Jakarta

Bantah Hasto Menghilang Usai Diperiksa KPK, Adian Pastikan Masih Berada di Jakarta

Nasional
Dirjen Imigrasi Enggan Salahkan Siapapun Soal Peretasan: Sesama Bus Kota Enggak Boleh Saling Menyalip

Dirjen Imigrasi Enggan Salahkan Siapapun Soal Peretasan: Sesama Bus Kota Enggak Boleh Saling Menyalip

Nasional
Adian Sebut PDI-P Siap jika Jokowi 'Cawe-cawe' di Pilkada 2024

Adian Sebut PDI-P Siap jika Jokowi "Cawe-cawe" di Pilkada 2024

Nasional
KPK Sebut Keluarga SYL Kembalikan Uang Rp 600 Juta

KPK Sebut Keluarga SYL Kembalikan Uang Rp 600 Juta

Nasional
Dituntut 12 Tahun Bui, SYL Sebut KPK Tak Pertimbangkan Kontribusinya di Masa Krisis

Dituntut 12 Tahun Bui, SYL Sebut KPK Tak Pertimbangkan Kontribusinya di Masa Krisis

Nasional
Pastikan Upacara HUT RI Ke-79 di IKN Aman, BNPT Gelar Asesmen di Beberapa Titik Vital

Pastikan Upacara HUT RI Ke-79 di IKN Aman, BNPT Gelar Asesmen di Beberapa Titik Vital

Nasional
KPK Cecar Said Amin soal Sumber Uang Pembelian 72 Mobil dan 32 Motor Eks Bupati Kukar

KPK Cecar Said Amin soal Sumber Uang Pembelian 72 Mobil dan 32 Motor Eks Bupati Kukar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com