JAKARTA, KOMPAS.com - Budayawan Ridwan Saidi menilai, persoalan akan muncul jika Partai Amanat Nasional masuk ke dalam kabinet Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Ridwan mengatakan, bergabungnya PAN ke partai pemerintah membuat Jokowi kini berada dalam dua pilihan yang sulit.
Pilihan pertama, Jokowi bisa membenahi kabinet yang menurut dia memang saat ini bekerja jauh dari maksimal.
Namun, menteri-menteri yang berkinerja buruk selama ini justru berasal dari partai politik. Akibatnya, jika menteri-menteri dari parpol itu diganti dengan kader PAN, maka akan terjadi konflik antara Jokowi dan parpol yang selama ini sudsah mendukungnya.
"Mereka sudah berdarah-darah menangkan Jokowi, masa tiba-tiba masuk PAN yang dukung Prabowo," kata Ridwan dalam sebuah diskusi di Jakarta, Minggu (15/10/2015).
Ridwan mencontohkan, menteri dari parol yang tak bekerja maksimal antara lain Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrowi (PKB), Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna H Laoly (PDI-P), Menteri dan Menteri Perindustrian Saleh Husin (Hanura).
Dia melihat Menpora berkinerja buruk karena kisruh sepakbola Indonesia. Adapun Menkumham juga telah melakukan blunder karena dualisme kepengurusan Partai Golkar dan Partai Persatuan Pembangunan.
Menperin, menurut dia, tidak mempunyai kompetensi di bidangnya dan tidak terlihat hasil nyata kinerjaya.
Selain itu, ada pula Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said yang menurutnya merupakan orang Jusuf Kalla.
"Potensi konfliknya sangat besar kalau PAN masuk dan menggantikan orang-orang itu," tambah Ridwan.
Pilihan kedua, kata dia, Jokowi bisa memasukkan PAN dengan menambah nomenklatur kementeriannya. Atau Jokowi bisa juga memasukkan PAN dengan mengganti menteri-menteri profesional yang bukan titipan parpol atau orang per orang.
Namun, kata dia, pilihan ini justru akan membuat kinerja kabinet semakin buruk karena semakin banyak diisi oleh orang-orang yang tidak profesional.
"Kalau kabinet makin gemuk, pemerintahan makin ambruk. Makin gemuk jatuhnya makin gampang," ucap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.