Oleh sebab itu, tidak mengherankan rencana pembangunan yang melawan nalar publik mendapat kecaman dan kritik keras dari berbagai kalangan masyarakat, termasuk beberapa pemimpin dan anggota DPR. Pada titik inilah permenungan politik harus menjadi agenda penting. Demokrasi bukan hanya proses dan prosedur, terlebih bukan struktur bangunan apa pun namanya, melainkan nilai-nilai luhur seperti memuliakan perbedaan, merayakan kebersamaan dalam mewujudkan kebahagiaan bersama. Permenungan ulang tahun ke-70 DPR untuk menemukan dan menegaskan bahwa mereka bukan kumpulan "sebuah" manusia, melainkan insan manusia yang mempunyai martabat untuk mampu memberikan dirinya demi kepentingan masyarakat.
Pertanyaannya, bagaimana memanusiakan para anggota DPR yang diidamkan Gus Mus dan masyarakat dapat disemai? Setidak-tidaknya dua jalan perlu ditempuh. Pertama, para kader partai di parlemen harus dibebaskan dari cengkeraman oligarki kekuasaan petinggi partai. Mereka adalah insan manusia yang terpanggil untuk berjuang mewujudkan kesejahteraan umum, bukan petugas partai yang tunduk dan takluk kepada interes elite partai, khususnya ketua umumnya. Banyak kader partai yang memiliki niat luhur, tetapi terbentur dengan praktik kepemimpinan oligarki partai.
Kedua, kader partai harus dimerdekakan dari "kewajiban moral" mencari dana perjuangan partai jika ingin menjadi pejabat publik. Praktik memberikan "upeti" atas nama perjuangan partai banyak menjadi pembicaraan di lingkungan internal partai. Praktik semacam itu juga membuat kader partai merasa miris dan cemas karena pertanggungjawabannya tidak jelas.
Untuk mewujudkan anggota DPR menjadi insan manusia yang bermartabat, diperlukan kolaborasi antara masyarakat sipil dan pemutus politik. Agendanya, menyusun desain pengelolaan kekuasaan negara yang bermartabat. Dengan demikian, pemahaman mengenai demokrasi tidak sebatas simbol dan retorika, tetapi memuliakan kekuasaan sebagai landasan mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera.
J Kristiadi
Peneliti Senior CSIS
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 1 September 2015, di halaman 15 dengan judul "DPR, Jadilah Manusia Dulu!".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.