Survei Pew Research Project memprediksi, pertambahan populasi Muslim akan lebih cepat dibandingkan dengan pemeluk agama lain hingga tahun 2050. Populasi Muslim di India diperkirakan akan menjadi terbesar dunia menyalip Indonesia.
Menjadi masalah serius ketika berlarutnya konflik politik di kawasan Timur Tengah yang di antaranya dipicu persaingan kutub Arab Saudi dan Iran memengaruhi hubungan antarkelompok sosial-keagamaan di Indonesia. Di satu sisi, hubungan kesejarahan dan arus transmisi intelektualisme Islam dari Jazirah Arab ke Nusantara telah berjasa besar dalam penyebaran dan pertumbuhan tradisi Islam di Indonesia hingga hari ini.
Islam Indonesia
Ahmad Dahlan dan Hasyim Asy'ari, dua tokoh kunci yang melahirkan dua garda organisasi moderat Muhammadiyah dan NU, menimba ilmu di Tanah Suci Mekkah pada awal abad ke-20. Di sisi lain, proyek penyebarluasan Madhab Islam-Sunni Arab Saudi dan Madhab Islam-Syiah Iran beberapa dekade belakangan berimplikasi terhadap dinamika hubungan kelompok keagamaan di Indonesia.
Ada kekhawatiran masyarakat Muslim Indonesia akan terdeterminasi oleh konflik politik kutub Arab dan Iran dengan indikasi peningkatan sektarianisme dan syiar kebencian.
Pilihan bijaknya jelas. Bangsa ini harus punya kesadaran kolektif untuk keluar dari jebakan pengerasan poros Saudi dan Teheran. Asas politik luar negeri "bebas aktif" penting diterjemahkan dalam konteks ini demi kepentingan nasional, tidak terjebak pada ekstremisme ideologi politik sektarian. Indonesia berkesempatan besar bukan sebatas mendapat pengakuan dari negara-negara berpenduduk Muslim, seperti diutarakan pegiat demokrasi Afganistan, melainkan juga menulis "buku baru" dan menjadi bacaan utama dalam konstelasi dunia yang multipolar.
Perlu kerja keras diplomasi pemerintah untuk bersinergi dengan kelompok sipil dalam menyuarakan pengalaman Indonesia melembagakan nilai dan perangkat demokrasi yang selaras dengan prinsip syariah Islam, yaitu kesetaraan, keadilan, dan bebas dari diskriminasi.
Indonesia bukan lagi halaman belakang di tengah perubahan geopolitik global, melainkan poros alternatif yang mewakili kekuatan baru negara berpenduduk Muslim di Asia. Ini menuntut keseriusan pemerintah dengan visi jauh ke depan.
Fajar Riza Ul Haq
Direktur Eksekutif Maarif Institute
* Artikel ini terbit di harian Kompas edisi 6 Juni 2015 dengan judul "Melampaui Kutub Arab dan Iran".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.