JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio, mempertanyakan langkah dua kubu Partai Golkar yang melakukan islah terbatas demi mengikuti pemilihan kepala daerah serentak.
Menurut Hendri, langkah yang dilakukan kubu Aburizal Bakrie dan kubu Agung Laksono hanya sebuah sandiwara.
"Inilah politik, semua demi kekuasaan walaupun harus bersandiwara," kata Hendri saat dihubungi, Jumat (29/5/2015).
Hendri khawatir, islah terbatas ini tidak akan membuahkan hasil yang memuaskan. Menurut dia, model islah semacam ini justru berpotensi akan membawa masalah baru.
"Setidaknya masyarakat bersiap mendapatkan pemimpin yang hasil sandiwara juga, hasil kerjanya juga sandiwara," ujar Hendri.
Hendri menyarankan agar Golkar melakukan islah sepenuhnya dengan membentuk suatu kepengurusan baru. Mengenai perebutan jabatan ketua umum, Hendri menyarankan agar baik Aburizal dan Agung sama-sama tak lagi ikut berkompetisi.
"Sebaiknya dua aktor utama lawas dari sandiwara ini turun panggung saja, memberikan ke aktor muda lebih berkarya sehingga hasil akhir polesan sutradara bisa happy ending," ucapnya.
Wakil Presiden Jusuf Kalla sebelumnya mengklaim bahwa proses islah dua kubu Partai Golkar tinggal menunggu finalisasi untuk penandatanganan kesepakatan. (Baca: Jusuf Kalla Klaim Islah Golkar Tinggal Finalisasi)