Hukum
Islah juga menjadi lebih relevan untuk dibicarakan ketika ajang pemilu kepala daerah secara serentak sudah di depan mata. Terlebih, hingga dua bulan sebelum pendaftaran peserta dibuka pada Juli mendatang, belum ada kata sepakat dari dua kubu terkait siapa yang lebih berhak mengikuti pilkada.
Proses di pengadilan sejauh ini menjadi tumpuan. Majelis hakim akhirnya didesak untuk segera memutuskan.
Seandainya ada putusan yang berkekuatan hukum tetap sebelum Juli 2015 pun, dampaknya belum tentu positif bagi Golkar dan kader mereka yang akan mencalonkan diri sebagai kepala daerah. Hal ini tentunya juga akan dipertimbangkan oleh parpol lain yang hendak berkoalisi dengan Golkar dalam menghadapi pilkada serentak.
Mengapa? Karena perseteruan yang telanjur merembet ke daerah dalam bentuk musyawarah daerah (musda) juga telah "membelah" para kader Golkar di daerah.
Ketika salah satu kubu Golkar dimenangkan oleh pengadilan hingga memperoleh tiket untuk melaju di pilkada, belum tentu kader Golkar di suatu daerah—dari kubu lain—akan sepenuhnya mendukung calon itu.
Kondisi ini tentu telah dipikirkan matang-matang oleh kubu Munas Bali dan Munas Jakarta. Sikap mau menang sendiri hanya akan menjerumuskan Partai Golkar.
Kini, masih ada waktu bagi kedua kubu di Golkar untuk menggelar islah demi pilkada Desember mendatang. Demi kepentingan Golkar yang lebih luas, langkah ini perlu dipikirkan.
Apabila kedua kubu bisa sepakat untuk islah, segeralah islah tanpa ditunda-tunda. Kemudian, belajar dari praktik pada masa kepemimpinan Akbar Tandjung, gelar konvensi Golkar di tingkat daerah untuk mendapatkan calon kepala daerah terbaik.
Dengan cara ini, Golkar bisa berperan optimal dalam pilkada, bahkan untuk bangsa. Ini karena baik disadari maupun tidak, dua kubu yang saat ini ada di Partai Golkar sama-sama mempunyai pengikut jempolan yang masing-masing menjadi bintang di daerah asalnya. (HARYO DAMARDONO)
* Artikel ini terbit di harian Kompas edisi 23 Mei 2015 dengan judul "Pilkada, Mahkamah Partai, dan Islah...".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.