"Dalam kesehariannya Prsesiden berhadapan langsung dengan partai dan kepentingan koalisi di parlemen. Maka yang harus dijaga adalah stabilitas politik," ujar Hanta saat ditemui di Jakarta, Sabtu (9/5/2015).
Menurut Hanta, opsi pertama yang dapat dilakukan adalah opsi konfigurasi. Dengan opsi ini, Presiden membangun pola bipolar dua kekuatan, misalnya sama-sama menguasai Koalisi Merah Putih (KMP) dan Koalisi Indonesia Hebat (KIH).
Kata dia, opsi tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Meski partai pendukung pemerintah semakin banyak, dan kebijakan dipermudah, tujuan pemerintah yang ingin dicapai belum tentu berhasil sesuai rencana.
Opsi berikutnya adalah pola tripolar, atau segitiga kekuasan. Pola yang sama pernah diterapkan oleh Presiden pertama RI Soekarno. Saat itu, Soekarno menguasai tiga kekuatan sekaligus, yaitu Presiden, Partai Komunis Indonesia (PKI), dan Angkatan Darat.
Strategi ini membuat kedudukan Presiden tetap dominan. "Dalam opsi ini, Presiden adalah penentu. Ketika yang satu tidak mendukung, Presiden bisa mencari dukungan yang lain," kata Hanta. Sementara opsi yang ketiga adalah multipolar.
Dalam opsi ini, Presiden tidak terpengaruh dengan kepentingan koalisi mana pun. Menurut Hanta, Presiden bisa membangun koalisi ad hoc, yang didirikan dengan memilih pembantunya berdasarkan isu per isu yang sedang ditangani.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.