Fakhri mengungkapkan, sakit yang pernah diderita ibunya lah yang menjadi salah satu alasan ia lebih memilih mendalami ilmu farmasi.
"Awalnya waktu SMA saya mau ambil kedokteran. Tapi tahun 2008 saat mama sakit, saya akhirnya memilih mengambil jurusan farmasi," kata Fakhri, saat dijumpai di kediaman keluarga Badrodin Haiti, kawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan, Rabu (15/4/2015).
Saat itu, kata dia, ibunya, Tejaningsih, menderita sakit pada lambungnya. Namun, setelah menjalani pengobatan dengan mengasup berbagai jenis obat, penyakit sang ibu tak kunjung sembuh.
"Akhirnya kita bawa lagi ke rumah sakit itu, dan sama pihak rumah sakit katanya diberi obat-obatan yang sama seperti waktu pulang," cerita dia.
Setelah mengonsumsi obat-obatan tersebut, Tejaningsih belum juga sembuh. Bahkan, kondisi kesehatannya memburuk. Tejaningsih divonis menderita Stevens-Johnson Syndrome, di mana tubuhnya mengalami pelepuhan dan bengkak pada mata.
"Tangannya melepuh, matanya bengkak menutup, bibirnya juga mengering dan menempel," ujarnya.
Akhirnya, Tejaningsih dibawa ke Singapura dan menjalani perawatan selama beberapa bulan. Fakhri bersyukur, ibunya dianugerahi kesehatan dan bisa mengalahkan sakitnya.
"Saya sempat sedih karena diberitahu tingkat harapan hidupnya saat itu sekitar 5-10 persen saja. Oleh karena itulah saya memilih untuk menjadi ahli farmasi dan bukan dokter supaya bisa mengobati mama," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.