Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hayono Isman Akui Kaderisasi Jadi PR bagi Demokrat

Kompas.com - 25/03/2015, 18:58 WIB
SURABAYA, KOMPAS.com - Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Hayono Isman menilai bahwa kaderisasi menjadi pekerjaan rumah bagi partainya. Sebab, hingga saat ini masih belum ada tokoh internal yang layak menggantikan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai ketua umum.

"Sampai sekarang masih SBY yang layak memimpin kembali Partai Demokrat karena belum ada tokoh lain mampu menggantikannya memimpin," ujarnya kepada wartawan di Surabaya, Rabu (25/3/2015).

Ketua Umum Pimpinan Pusat Kolektif Kesatuan Organisasi Serbaguna Gotong Royong (Kosgoro) tersebut berharap partainya mulai mengedepankan proses kaderisasi agar muncul tokoh-tokoh politik seperti SBY. Menurut dia, hingga kini hanya SBY yang mampu membawa Demokrat keluar dari berbagai permasalahan karena ketokohan dan terbukti bersih dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).

Kendati demikian, menjelang Kongres III Partai Demokrat yang rencananya diselenggarakan Mei mendatang, pihaknya tidak mempersoalkan jika ada kandidat lain yang ingin berkompetisi dengan sehat.

"Silakan kalau ada yang mencoba maju menjadi ketua umum. Semua diserahkan ke peserta kongres," tutur mantan Menteri Pemuda dan Olahraga tersebut.

Terkait posisi Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP, Hayono Isman menilai posisi itu harus diisi oleh orang yang tepat dan berperan penting untuk partai.

"Sebenarnya, Gubernur Jatim Soekarwo yang juga Wakil Ketua Umum DPP Demokrat sangat layak jadi sekjen. Tapi pertanyaannya, apakah beliau mau melepas jabatan gubernur dan konsentrasi di partai?" kata politisi yang pernah mengikuti konvensi calon Presiden dari Partai Demokrat tersebut.

Sementara itu, dalam beberapa kali kesempatannya, Soekarwo yang juga menjabat Ketua DPD Partai Demokrat Jatim itu tak bersedia dicalonkan, baik sekjen atau bahkan ketua umum.

"Tidaklah, saya tidak mau. Kalau ada yang mendorong, saya tetap tidak mau karena kualitas saya belum cocok," tutur Pakde Karwo, sapaan akrabnya.

Selain itu, lanjut dia, alasan enggan maju sebagai pengganti Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) karena seorang sekjen harus berdomisili di DPP atau di Jakarta.

"Sekjen itu harus di Jakarta, sedangkan saya di Surabaya. Serahkan ke kongres saja bagaimana hasilnya dan siapa sekjennya. Yang pasti bukan Mas Ibas lagi, karena tidak mungkin ayah ketua umum dan anaknya sekjen. Etikanya juga kurang baik," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Poin-poin Pidato Megawati di Rakernas PDI-P, Bicara Kecurangan Pemilu sampai Kritik Revisi UU MK

Poin-poin Pidato Megawati di Rakernas PDI-P, Bicara Kecurangan Pemilu sampai Kritik Revisi UU MK

Nasional
Pidato Megawati Kritisi Jokowi, Istana: Presiden Tak Menanggapi, Itu untuk Internal Parpol

Pidato Megawati Kritisi Jokowi, Istana: Presiden Tak Menanggapi, Itu untuk Internal Parpol

Nasional
Kader PDI-P Teriakkan Nama Jokowi, Saat Megawati Bertanya Penyebab Kondisi MK Seperti Saat Ini

Kader PDI-P Teriakkan Nama Jokowi, Saat Megawati Bertanya Penyebab Kondisi MK Seperti Saat Ini

Nasional
Megawati Singgung Pemimpin Otoriter Populis, Hukum Jadi Pembenar Ambisi Kekuasaan

Megawati Singgung Pemimpin Otoriter Populis, Hukum Jadi Pembenar Ambisi Kekuasaan

Nasional
Persilakan Rakyat Kritik Pemerintahannya, Prabowo: Tapi yang Obyektif

Persilakan Rakyat Kritik Pemerintahannya, Prabowo: Tapi yang Obyektif

Nasional
Garuda Indonesia Minta Maaf Usai Mesin Pesawat Pengangkut Jemaah Haji Rusak 2 Kali

Garuda Indonesia Minta Maaf Usai Mesin Pesawat Pengangkut Jemaah Haji Rusak 2 Kali

Nasional
Kembangkan Layanan Digital, Presiden Jokowi Akan Buka SPBE Summit 2024 dan Luncurkan GovTech Indonesia

Kembangkan Layanan Digital, Presiden Jokowi Akan Buka SPBE Summit 2024 dan Luncurkan GovTech Indonesia

Nasional
Pidato Megawati di Rakernas Dinilai Jadi Isyarat PDI-P Bakal Jadi Oposisi Prabowo

Pidato Megawati di Rakernas Dinilai Jadi Isyarat PDI-P Bakal Jadi Oposisi Prabowo

Nasional
Ketika Megawati Ungkap Isi Curhatnya pada Andika Perkasa soal TNI...

Ketika Megawati Ungkap Isi Curhatnya pada Andika Perkasa soal TNI...

Nasional
Jokowi Bagikan Sembako di Yogyakarta Saat PDI-P Gelar Rakernas di Jakarta

Jokowi Bagikan Sembako di Yogyakarta Saat PDI-P Gelar Rakernas di Jakarta

Nasional
Ganjar Yakin PDI-P Bakal Rumuskan Sikap Politik terhadap Pemerintahan Prabowo-Gibran di Rakernas Kali Ini

Ganjar Yakin PDI-P Bakal Rumuskan Sikap Politik terhadap Pemerintahan Prabowo-Gibran di Rakernas Kali Ini

Nasional
PAN Tak Mau Partai Baru Gabung Prabowo Dapat 3 Menteri, PKB: Jangan Baper

PAN Tak Mau Partai Baru Gabung Prabowo Dapat 3 Menteri, PKB: Jangan Baper

Nasional
Prananda Tak Hadir Pembukaan Rakernas V PDI-P, Ada Apa?

Prananda Tak Hadir Pembukaan Rakernas V PDI-P, Ada Apa?

Nasional
Soal Ganjar, Megawati: Belum Dipensiunkan, Terus Berjuang

Soal Ganjar, Megawati: Belum Dipensiunkan, Terus Berjuang

Nasional
Upaya PDI-P Agar Kader Berprestasi Tak Dibajak Partai Lain Saat Pilkada: Beri Surat Tugas

Upaya PDI-P Agar Kader Berprestasi Tak Dibajak Partai Lain Saat Pilkada: Beri Surat Tugas

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com