Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cari 16 WNI yang Hilang, Kemlu Kirim Tim ke Turki

Kompas.com - 10/03/2015, 06:46 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri mengirimkan tim khusus ke Turki untuk melacak keberadaan 16 warga negara Indonesia (WNI) yang hilang di negara itu. Juru Bicara Kemlu RI Arrmanatha Nasir mengatakan, tim tersebut akan membantu pihak keamanan Turki dalam melakukan pencarian. (Baca: Imigrasi Rilis Foto Tiga WNI yang Hilang di Turki)

"Sudah ada tim dari Indonesia yang ke sana untuk membantu pihak keamanan Turki (mencari WNI yang hilang)," kata Arrmanatha, di Jakarta, Senin (9/3/2015).

Menurut Arrmanatha, hilangnya belasan WNI di Turki bukanlah perkara mudah sehingga dibutuhkan kerja sama berbagai pihak. Dia mengatakan, tim khusus yang dikirim ke Turki akan memberikan latar belakang 16 WNI kepada otoritas dan pihak berwenang di Turki untuk memudahkan pencarian. (Baca: Wapres Ragu 16 WNI yang Hilang di Turki Terkait ISIS)

"Turki bukan negara kecil. Turki itu luasnya 770.000 kilometer persegi, di sana banyak pegunungan dan area yang cukup sulit. Jadi, apabila ada orang yang tidak ingin dicari atau diketahui keberadaannya, itu gampang bersembunyi di sana," ujar dia.

Kemlu, kata Arrmanatha, tidak ingin berspekulasi tentang alasan atau tujuan 16 WNI itu memisahkan diri dari rombongan tur wisata yang diikutinya. (Baca: Sebelum Dinyatakan Hilang di Turki, Fauzi Sempat Telepon Kakaknya)

"Kemlu enggan berspekulasi apa tujuan dari 16 WNI sengaja memisahkan diri. Termasuk dugaan bahwa kelompok ini masuk menuju Suriah untuk bergabung bersama ISIS," kata dia.

"Semua masih dalam proses investigasi. Kami juga belum tahu apa motif mereka memisahkan diri. Kami tak mau berspekulasi karena masih dalam proses investigasi," lanjut Arrmanatha.

Sementara itu, Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia (PWNI-BHI) Kemlu RI Lalu Muhammad Iqbal menyampaikan, hingga saat ini, belum ada anggota keluarga dari 16 WNI yang hilang di Turki yang melaporkan tentang kehilangan.

"Sampai hari ini kami belum menerima pengaduan dari keluarga keenam belas WNI yang hilang di Turki," kata dia.

Senada dengan Arrmanatha, Iqbal mengatakan, pihak Kemlu belum mengetahui penyebab hilangnya 16 WNI di Turki.

"Kami dari Kemlu belum bisa melompat ke kesimpulan bahwa mereka akan ke Suriah. Bahkan, kami belum bisa memutuskan apakah kasus ini ada hubungannya dengan radikalisasi atau tidak," ujar dia.

Sejauh ini, Interpol Indonesia telah menyurati sejawatnya di Turki terkait pencarian terhadap 16 WNI yang menghilang pada 24 Februari 2015 tersebut.

"Kami sudah menyurati interpol Turki," kata Ses National Central Bureau (NCB) Interpol Indonesia, Brigjen Setyo Wasisto.

Menurut dia, surat tersebut telah dilayangkan ke Interpol Turki minggu lalu, namun belum ada jawaban.

Sebelumnya, 24 WNI pergi berwisata ke Turki menggunakan biro jasa perjalanan Smailing Tour. Dalam perjalanannya, 16 di antaranya memisahkan diri dari rombongan. Keenam belas WNI itu sebagian besar berasal dari Surabaya dan Surakarta. Begitu tiba di Bandara di Istanbul, 16 WNI itu memisahkan diri dari kelompok tur dan tidak ikut ke tempat wisata yang telah direncanakan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua KPK Ogah Tanggapi Masalah Ghufron Laporkan Dewas ke Bareskrim

Ketua KPK Ogah Tanggapi Masalah Ghufron Laporkan Dewas ke Bareskrim

Nasional
KPU Sebut Upaya PPP Tembus Parlemen Kandas Sebab Gugatan Banyak Ditolak MK

KPU Sebut Upaya PPP Tembus Parlemen Kandas Sebab Gugatan Banyak Ditolak MK

Nasional
Dugaan Rayu PPLN, Ketua KPU Hadiri Sidang DKPP Bareng Korban

Dugaan Rayu PPLN, Ketua KPU Hadiri Sidang DKPP Bareng Korban

Nasional
Jokowi Ingatkan BPKP untuk Cegah Penyimpangan, Bukan Cari Kesalahan

Jokowi Ingatkan BPKP untuk Cegah Penyimpangan, Bukan Cari Kesalahan

Nasional
Indonesia Jadi Tuan Rumah WWF 2024, Fahira Idris Paparkan Strategi Hadapi Tantangan SDA

Indonesia Jadi Tuan Rumah WWF 2024, Fahira Idris Paparkan Strategi Hadapi Tantangan SDA

Nasional
Asa PPP Tembus Parlemen Jalur MK di Ambang Sirna

Asa PPP Tembus Parlemen Jalur MK di Ambang Sirna

Nasional
Ingatkan BPKP Jangan Cari-cari Kesalahan, Jokowi: Hanya Akan Perlambat Pembangunan

Ingatkan BPKP Jangan Cari-cari Kesalahan, Jokowi: Hanya Akan Perlambat Pembangunan

Nasional
Ada Serangan Teroris di Malaysia, Densus 88 Aktif Monitor Pergerakan di Tanah Air

Ada Serangan Teroris di Malaysia, Densus 88 Aktif Monitor Pergerakan di Tanah Air

Nasional
Mahfud Blak-blakan Hubungannya dengan Megawati Semakin Dekat Sesudah Ditunjuk Jadi Cawapres

Mahfud Blak-blakan Hubungannya dengan Megawati Semakin Dekat Sesudah Ditunjuk Jadi Cawapres

Nasional
Mahfud Nilai Pemikiran Megawati Harus Diperhatikan jika Ingin Jadi Negara Maju

Mahfud Nilai Pemikiran Megawati Harus Diperhatikan jika Ingin Jadi Negara Maju

Nasional
Mahfud Pesimistis dengan Pemberantasan Korupsi di Era Prabowo-Gibran

Mahfud Pesimistis dengan Pemberantasan Korupsi di Era Prabowo-Gibran

Nasional
KPK Akui Langkah Ghufron Laporkan Anggota Dewas ke Polisi Gerus Reputasi Lembaga

KPK Akui Langkah Ghufron Laporkan Anggota Dewas ke Polisi Gerus Reputasi Lembaga

Nasional
Kasus Covid-19 Melonjak di Singapura, Anggota DPR: Kita Antisipasi

Kasus Covid-19 Melonjak di Singapura, Anggota DPR: Kita Antisipasi

Nasional
Mahfud Ungkap Hubungannya dengan Prabowo Selalu Baik, Sebelum atau Setelah Pilpres

Mahfud Ungkap Hubungannya dengan Prabowo Selalu Baik, Sebelum atau Setelah Pilpres

Nasional
Pesimistis KRIS BPJS Terlaksana karena Desain Anggaran Belum Jelas, Anggota DPR: Ini PR Besar Pemerintah

Pesimistis KRIS BPJS Terlaksana karena Desain Anggaran Belum Jelas, Anggota DPR: Ini PR Besar Pemerintah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com