Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Negeri Sulapan Anggaran Siluman Bertebaran

Kompas.com - 06/03/2015, 00:31 WIB

Menurut Agus, suasana sangat ricuh. Saking ricuhnya, ia mengaku tak sempat mendengar celetukan-celetukan dari anggota DPRD.

Diduga, celetukan dari para anggota DPRD-lah yang membuat emosi Ahok terpancing dan mengajak anak buahnya meninggalkan ruang pertemuan.

"Saya tidak sempat dengar karena udah crowded banget. Habis itu kami keluar. Suasananya udah kayak di Gedung DPRD," ujar Agus.

Tentu, lantaran gajah dan gajah bertarung, pelanduk juga yang mati di tengah. Setidaknya, karena konflik itu, APBD DKI Jakarta belum bisa cair. Maka dari itu, masyarakat Kota Jakarta pun harus siap jika fasilitas umumnya acakadut karena anggaran yang sedianya untuk memperbaiki fasilitas umum belum selesai dibahas.
 
Lalu, apa sebenarnya dana siluman itu? "Anggaran siluman itu, anggaran yang diselipkan dalam APBD setelah selesainya pembahasan antara eksekutif dan legislatif," ujar Direktur CBA Centre For Budget Analysis, Uchok Sky Khadafi, kepada Kompas.com, Kamis.

"Kalau ada program dalam APBD, tetapi tidak dibahas dalam pembahasan legislatif dengan eksekutif, program ini namanya siluman," kata Uchok.

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok pun senang menyebutnya sebagai anggaran siluman.

Namun, terlepas dari itu, menurut Uchok, justru ada yang lebih mengerikan dari anggaran siluman, yaitu APBD siluman.

"Tetapi, yang berpotensi saat ini bukan lagi anggaran siluman, melainkan APBD siluman yang diberikan Ahok kepada Kemendagri, apalagi tanpa persetujuan dan pembahasan dari DPRD," ujarnya.

Siluman menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti makhluk halus yang sering menampakkan diri sebagai manusia atau binatang atau sesuatu yang tersembunyi dan tidak kelihatan, juga bisa berarti biaya yang sulit dipertanggungjawabkan (seperti uang suap dan sebagainya).

Sesungguhnya, peristiwa Ahok versus DPRD DKI Jakarta hanyalah bagian dari persoalan dana siluman yang sudah mengurat dan mengakar di lembaga pemerintah.

Pribadi maupun perusahaan swasta yang kerap berhubungan dengan proyek-proyek pemerintah pasti hafal betul dengan permainan dana siluman. Pelajaran pertama yang harus dihafal dan dikerjakan oleh pembuat proposal adalah menaikkan angka hingga 100 persen agar angka sesungguhnya tidak tekor setelah nanti dipotong separuh oleh orang dalam (pejabat pemerintah).

Serombongan anak muda yang memenangi lomba desain dan diajak melawat ke luar negeri menceritakan pengalamannya kepada saya betapa mereka harus menandatangani blangko anggaran kosong sebelum menerima uang saku saat sudah berada di negara tujuan.

Bagai hantu, dana-dana siluman bisa menyelusup ke semua lini dan bidang, mulai dari pucuk pimpinan hingga bawahan. Jika di tingkat pimpinan mereka bermain melalui angka-angka anggaran, di level bawahan, biasanya mereka bermain angka di kuitansi hotel, sewa mobil, dan pembelian barang.

Maka dari itu, janganlah heran jika bepergian bersama rombongan pegawai dari kementerian untuk sebuah acara atau proyek tertentu, oleh-oleh yang mereka beli kadang melebihi kapasitas koper yang mereka bawa dari rumah.

Tradisi anggaran dan uang siluman yang sudah menahun ini sebetulnya diketahui oleh pucuk-pucuk pimpinan dalam sebuah kementerian atau lembaga negara lainnya. Bahkan, kabarnya, para bawahan yang berbakti kepada atasan selalu menyiapkan upeti buat para "big boss".

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Airlangga Bertemu Khofifah Malam Ini, Bahas soal Emil Dardak di Pilkada Jatim

Airlangga Bertemu Khofifah Malam Ini, Bahas soal Emil Dardak di Pilkada Jatim

Nasional
Prabowo Sebut Punya Gaya Kepemimpinan Sendiri, PDI-P: Kita Berharap Lebih Baik

Prabowo Sebut Punya Gaya Kepemimpinan Sendiri, PDI-P: Kita Berharap Lebih Baik

Nasional
RUU Penyiaran Larang Jurnalisme Investigasi, PDI-P: Akibat Ketakutan yang Berlebihan

RUU Penyiaran Larang Jurnalisme Investigasi, PDI-P: Akibat Ketakutan yang Berlebihan

Nasional
Prabowo Ingin Jadi Diri Sendiri Saat Memerintah, PDI-P: Kita Akan Melihat Nanti

Prabowo Ingin Jadi Diri Sendiri Saat Memerintah, PDI-P: Kita Akan Melihat Nanti

Nasional
Sepanjang 2023, Pertamina Hulu Rokan Jadi Penghasil Migas Nomor 1 Indonesia

Sepanjang 2023, Pertamina Hulu Rokan Jadi Penghasil Migas Nomor 1 Indonesia

Nasional
Djarot dan Risma Dinilai Lebih Berpotensi Diusung PDI-P pada Pilkada DKI 2024 ketimbang Ahok

Djarot dan Risma Dinilai Lebih Berpotensi Diusung PDI-P pada Pilkada DKI 2024 ketimbang Ahok

Nasional
Polri Pastikan Kasus Pembunuhan 'Vina Cirebon' Masih Berjalan, Ditangani Polda Jawa Barat

Polri Pastikan Kasus Pembunuhan "Vina Cirebon" Masih Berjalan, Ditangani Polda Jawa Barat

Nasional
KPK Dalami Gugatan Sengketa Lahan di MA

KPK Dalami Gugatan Sengketa Lahan di MA

Nasional
KPK Duga Tahanan Korupsi Setor Uang Pungli ke Rekening Orang Dekat Eks Karutan Achmad Fauzi

KPK Duga Tahanan Korupsi Setor Uang Pungli ke Rekening Orang Dekat Eks Karutan Achmad Fauzi

Nasional
Status Gunung Ibu di Halmahera Meningkat, Warga di 3 Desa Dievakuasi

Status Gunung Ibu di Halmahera Meningkat, Warga di 3 Desa Dievakuasi

Nasional
Pakar: Tidak Ada Urgensi Merevisi UU Kementerian Negara

Pakar: Tidak Ada Urgensi Merevisi UU Kementerian Negara

Nasional
Mesin Pesawat yang Ditumpanginya Sempat Terbakar Saat Baru Terbang, Rohani: Tidak Ada yang Panik

Mesin Pesawat yang Ditumpanginya Sempat Terbakar Saat Baru Terbang, Rohani: Tidak Ada yang Panik

Nasional
Prabowo Berharap Bisa Tinggalkan Warisan Baik buat Rakyat

Prabowo Berharap Bisa Tinggalkan Warisan Baik buat Rakyat

Nasional
Bertemu David Hurley, Jokowi Ingin Perkuat Pengajaran Bahasa Indonesia di Australia

Bertemu David Hurley, Jokowi Ingin Perkuat Pengajaran Bahasa Indonesia di Australia

Nasional
Pemerintah Diminta Kejar Target Pembangunan 25 Sabo Dam di Aliran Sungai Gunung Marapi

Pemerintah Diminta Kejar Target Pembangunan 25 Sabo Dam di Aliran Sungai Gunung Marapi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com