Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/01/2015, 06:49 WIB

Akibatnya, hampir semua orang, terutama mereka yang mengaku sebagai pemimpin, hanya punya horizon sempit terkait kepentingan dirinya. Individualisme dan egoisme dirayakan secara berderap-derap.

Keinginan kaya dan terkenal (tanpa peduli dengan caranya meraih kekayaan) telah menjadi impian kolektif. Ini menandai tragedi besar sebuah bangsa yang akhirnya berujung pada semangat colong-njupuk (korupsi) demi hedonisme.

Bangsa ini berharap, dengan kabinetnya yang berspirit kerja, rezim baru Jokowi-JK mampu mengembalikan kesadaran etik dan etos bangsa yang berbasis pada solidaritas sehingga terwujud mimpi besar hamemayu hayuning buwana lan menungsa yang turunannya adalah keadilan sosial dan kesejahteraan rakyat.

Konsep etik

Untuk itu, konsep dan tindakan etik hamemayu hayuning buwana lan menungsa dapat diperluas menjadi hamemayu hayuning budaya, bangsa lan negara.

Ini penting karena selama ini yang lebih diutamakan adalah hamemayu mundaking honorarium alias memuja naiknya penghasilan atau upah sehingga berlaku
rame ing honorarium sepi ing gawe (maju dalam hal imbalan, sepi dalam kerja/pengabdian). Terminologi wani pira sejatinya berakar dari runtuhnya konsep hamemayu hayuning buwana, menungsa, budaya, negara, lan bangsa.

Beranikah Kabinet Kerja Jokowi-JK menghirup kopi pahit, bersusah payah demi mewujudkan konsep hamemayu hayuning buwana, menungsa, budaya, negara, lan bangsa?

Beranikah Kabinet Jokowi mengakhiri ”pengkhianatan kaum intelektual” yang selama ini terus berulang dan hanya menghasilkan intelektual dan politisi salon yang culas dan hedonistik?

Memimpin negara-bangsa membutuhkan kemampuan berlapis-lapis, baik dalam skala budaya ide (melahirkan gagasan visioner, ber- nilai), budaya perilaku/ekspresi (budaya bertindak, baik secara etik maupun pragmatik), maupun budaya karya (hasil bernilai yang memberi makna atas kehidupan kolektif).

Tak kalah penting adalah ketangguhan sebagai kesatria konstitusi yang pro rakyat, pro keadilan, dan pro kesejahteraan serta steril dari korupsi.

Indra Tranggono
Pemerhati Kebudayaan dan Sastrawan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Bersepeda di CFD Sudirman-Thamrin sambil Menyapa Warga Jakarta

Jokowi Bersepeda di CFD Sudirman-Thamrin sambil Menyapa Warga Jakarta

Nasional
KPK Kantongi Data Kerugian Ratusan Miliar dalam Kasus PT Taspen, tapi Masih Tunggu BPK dan BPKP

KPK Kantongi Data Kerugian Ratusan Miliar dalam Kasus PT Taspen, tapi Masih Tunggu BPK dan BPKP

Nasional
4 Kapal Perang Angkut Puluhan Rantis Lapis Baja demi Pengamanan WWF ke-10 di Bali

4 Kapal Perang Angkut Puluhan Rantis Lapis Baja demi Pengamanan WWF ke-10 di Bali

Nasional
Prabowo Pilih Rahmat Mirzani Djausal sebagai Bacagub Lampung

Prabowo Pilih Rahmat Mirzani Djausal sebagai Bacagub Lampung

Nasional
KPK Masih Telusuri Pemberi Suap Izin Tambang Gubernur Maluku Utara

KPK Masih Telusuri Pemberi Suap Izin Tambang Gubernur Maluku Utara

Nasional
Menhub Budi Karya Diminta Jangan Cuma Bicara soal Sekolah Kedinasan Tanggalkan Atribut Militer

Menhub Budi Karya Diminta Jangan Cuma Bicara soal Sekolah Kedinasan Tanggalkan Atribut Militer

Nasional
Potret 'Rumah Anyo' Tempat Singgah Para Anak Pejuang Kanker yang Miliki Fasilitas Bak Hotel

Potret 'Rumah Anyo' Tempat Singgah Para Anak Pejuang Kanker yang Miliki Fasilitas Bak Hotel

Nasional
Logo dan Moto Kunjungan Paus Fransiskus Dirilis, Ini Maknanya

Logo dan Moto Kunjungan Paus Fransiskus Dirilis, Ini Maknanya

Nasional
Viral Pengiriman Peti Jenazah Dipungut Bea Masuk, Ini Klarifikasi Bea Cukai

Viral Pengiriman Peti Jenazah Dipungut Bea Masuk, Ini Klarifikasi Bea Cukai

Nasional
Pemilihan Calon Pimpinan KPK yang Berintegritas Jadi Kesempatan Jokowi Tinggalkan Warisan Terakhir

Pemilihan Calon Pimpinan KPK yang Berintegritas Jadi Kesempatan Jokowi Tinggalkan Warisan Terakhir

Nasional
Saat 'Food Estate' Jegal Kementan Raih 'WTP', Uang Rp 5 Miliar Jadi Pelicin untuk Auditor BPK

Saat "Food Estate" Jegal Kementan Raih "WTP", Uang Rp 5 Miliar Jadi Pelicin untuk Auditor BPK

Nasional
Usai Prabowo Nyatakan Tak Mau Pemerintahannya Digangggu...

Usai Prabowo Nyatakan Tak Mau Pemerintahannya Digangggu...

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Berangkat, Menag: Luruskan Niat Jaga Kesehatan

Kloter Pertama Jemaah Haji Berangkat, Menag: Luruskan Niat Jaga Kesehatan

Nasional
Ketua KPU yang Tak Jera: Perlunya Pemberatan Hukuman

Ketua KPU yang Tak Jera: Perlunya Pemberatan Hukuman

Nasional
Nasib Pilkada

Nasib Pilkada

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com