Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Anak-Cucu Saya Saja Belum Ketemu, Sudah 'Nawarin' Uang..."

Kompas.com - 07/01/2015, 15:40 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


SURABAYA, KOMPAS.com
 — Imam Sampurno (65) tersinggung dengan sikap perusahaan AirAsia yang menyodorkan uang kompensasi kepadanya. Padahal, keberadaan anak, menantu, hingga dua cucunya yang menjadi penumpang AirAsia QZ8501 hingga kini belum jelas.

"Anak cucu saya saja belum ketemu, ini sudah nawarin uang. Enggak etis," ujar Imam kepada Kompas.com di Kompleks Markas Polda Jawa Timur, Surabaya, Rabu (7/1/2015) siang.

Imam adalah ayah dari Dona Indah (39), salah satu penumpang AirAsia. Di dalam pesawat itu, Dona terbang bersama sang suami, Bobi Sidarta (44), serta dua anaknya, Permatasari (16) dan Keisa Putri (10).

Hari kedelapan sejak pesawat itu dinyatakan hilang pada Minggu (28/12/2014) lalu, Imam dihampiri oleh perwakilan AirAsia. Ia dan istrinya ditawarkan untuk menerima uang kompensasi sebesar Rp 300 juta.

"Saya dan istri saat itu jelas nolak. Meskipun keluarga lain ada yang menerimanya, ada juga yang enggak menerima," ujar Imam.

Lebih jauh, Imam merasa janggal terhadap tawaran sebagian uang kompensasi tersebut. Selain mencabik-cabik harapannya terhadap anggota keluarganya, dia juga mempertanyakan dasar hukum langkah AirAsia tersebut.

Sepengetahuan Imam, satu penumpang pesawat yang meninggal dunia akibat kecelakaan akan mendapat uang kompensasi sebesar Rp 1,25 miliar. Dia menyebut bahwa hal itu sesuai dengan aturan pemerintah.

Peraturan Menteri (Permen) Perhubungan Nomor PM 77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara menyebutkan, "Penumpang yang meninggal dunia di dalam pesawat udara karena akibat kecelakaan pesawat udara atau kejadian yang semata-mata ada hubungannya dengan pengangkutan udara diberikan ganti kerugian sebesar Rp 1.250.000.000 per penumpang."

"Nah, kalau ada DP semacam itu, apa iya ada dasar hukumnya? Ya, aku orang kampung, ya ndak ngerti," ujar dia.

Sudah 10 hari Imam dan sang istri menunggu kepastian mengenai keberadaan keluarganya. Ia bersikeras belum mau menyentuh uang asuransi dan fokus pada proses pencarian anak serta keluarganya, dalam kondisi apa pun.

Presiden Direktur AirAsia Indonesia Sunu Widyatmoko membenarkan bahwa pihaknya memberikan uang Rp 300 juta bagi keluarga korban. Dia menyebut langkah itu sebagai inisiatif AirAsia. (Baca: Ini Penjelasan AirAsia soal Pemberian Rp 300 Juta untuk Keluarga Korban)

"Keluarga ini punya konsekuensi keuangan. Ada yang mampu, ada yang tidak. Yang kami tawarkan itulah sebagian dari kompensasi final untuk membantu mereka menghadapi kesulitan keuangan yang timbul dari musibah ini," ujar Sunu. (Baca: Presdir: AirAsia Akan Tunduk pada Aturan Terkait Kompensasi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com