Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Sinyal "Emergency" yang Diterima Basarnas Masih Tanda Tanya

Kompas.com - 30/12/2014, 08:47 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Badan SAR Nasional (Basarnas) menerima dua sinyal emergency berkekuatan lemah sepanjang Senin (29/12/2014) kemarin. Kedua sinyal tersebut sama-sama berlokasi di perairan dekat Bangka Belitung, area yang disebut-sebut menjadi titik terakhir pesawat AirAsia QZ8501 melakukan kontak dengan menara Air Traffic Control (ATC) sebelum dinyatakan hilang. Pesawat dengan rute Surabaya-Singapura itu hilang kontak sejak Minggu (28/12/2014) lalu.

Sinyal pertama berada di titik koordinat antara koordinat 03 derajat 24 menit 8 detik utara dan 110 derajat 24 menit 8 detik timur atau berada di laut Jawa (tepatnya Selat Karimata). Sementara, sinyal kedua berada di antara titik koordinat 02 derajat 35 menit 10 detik utara dengan 207 derajat 23 menit 22 detik timur. Posisinya berada di perairan antara Kepulauan Bangka-Belitung.

Kepala Basarnas Marsekal Madya FHB Soelistyo mengatakan, awalnya Basarnas mengira sinyal emergency tersebut berasal dari Emergency Located Transmitter (ELT). Namun, setelah diidentifikasi, sinyal lemah itu berasal dari Personal Locater Beacons (PLB). PLB berfungsi sebagai pelontar sinyal pandu saat kondisi marabahaya dan hanya dipegang pilot dan co-pilot pesawat. Sinyal itu akan menyala jika pilot dan co-pilot menyalakan secara manual.

"Di kedua koordinat yang dilontarkan sinyal ini sudah kita lakukan pencarian melalui laut dan udara. Tapi, secara visual belum dapat kita temukan keberadaan fisik pesawat," ujar Soelistyo di Kantor Basarnas, Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin malam.

Soelistyo mengatakan, tidak ada pembeda antara sinyal PLB pilot pesawat yang satu dengan pesawat lainnya. Jika sinyal PLB sudah diaktifkan, akan ditangkap dengan bunyi yang sama oleh radar, yakni, "ping, ping, ping". Oleh sebab itu, lanjut Soelistyo, Basarnas belum bisa menyimpulkan apakah kedua sinyal lemah itu berasal dari awak kabin AirAsia yang hilang kontak atau bukan.

Basarnas menjadikan dua titik koordinat yang dipancarkan sinyal itu sebagai pegangan demi mencari keberadaan pesawat. Lantaran berada di tengah laut dalam, Basarnas pun tak dapat mengandalkan penyelam Denjaka atau Intai Amfibi TNI Angkatan Laut.

Soelistyo mengatakan, Basarnas tengah berkomunikasi dengan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi untuk bisa mendapatkan pinjaman Submersil Vehicle dari Inggris, Perancis, dan Amerika Serikat.

"Submersil Vehicle adalah teknologi untuk menyelam secara otomatis. Jadi peralatan itu bisa mensasar kedalaman laut yang tidak dapat dijangkau oleh manusia," ujar Soelistyo.

Namun, ia belum dapat memastikan kapan Basarnas mendapatkan peralatan canggih tersebut. Sementara ini, Basarnas mengandalkan sistem sonar dan penyapu ranjau di laut milik Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) milik TNI AL untuk memantau keberadaan metal di bawah laut. Alat sonar tidak terlalu efektif karena tidak dapat menangkap bentuk metal dan hanya mendeteksi keberadaan saja.

Harapan Jokowi

Presiden Joko Widodo yang meninjau Kantor Basarnas, Senin sore, mengatakan, pemerintah telah mengerahkan semua kekuatan yang ada untuk mencari pesawat AirAsia QZ8501 yang hilang kontak. Ia berharap upaya pencarian segera membawa hasil dan kabar baik.

Jokowi menyebutkan, pemerintah telah menerjunkan 23 pesawat dan 24 kapal untuk mencari pesawat AirAsia. Upaya pencarian juga bertambah atas bantuan dari pemerintah negara sahabat, seperti Malaysia yang menerjunkan 3 kapal dan 1 helikopter; Australia dengan 2 pesawat, dan Singapura yang menerjunkan 2 pesawat dan 2 kapal.

"Semuanya sudah kita kerahkan. Marilah bersama-sama kita dukung pencarian pesawat ini, semoga mendapat hasil, dan kejelasan. Kita berdoa semoga upaya pencarian ini dimudahkan, seluruh penumpang bisa ditemukan," ujar Jokowi.

Seperti diberitakan, pesawat AirAsia QZ8501 hilang kontak Minggu pukul 07.55 WIB. Pesawat sempat menghubungi Air Traffic Control (ATC) Bandara Soekarno-Hatta untuk meminta izin naik ke ketinggian 38.000 kaki dari yang sebelumnya 32.000 kaki untuk menghindari cuaca buruk. Namun, tak lama setelah, itu pesawat hilang dari radar.

Pesawat Airasia QZ8501 ini membawa 155 orang penumpang yang terdiri dari 138 orang dewasa, 16 orang anak-anak, dan 1 orang balita. Di dalam pesawat itu, ada pula warga negara asing penumpang dan awak kabin yakni Singapura 1 orang, Inggris 1 orang, Malaysia 1 orang, Korea Selatan 3 orang, dan Perancis 1 orang.  

Mulai hari ini, Selasa (30/12/2014), selain memfokuskan pencarian pada dua titik sinyal PLB, Basarnas juga memperluas area pencarian. Basarnas menambah enam sektor dari sebelumnya tujuh sektor pencarian. Enam sektor pencarian baru itu berada di Pangkalan Bun dan Bangka Belitung. Diketahui, wilayah Pangkalan Bun turut disasar setelah adanya laporan nelayan setempat yang melihat ada pesawat terbang rendah dan terjadi dentuman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Masyarakat Sipil Minta DPR Batalkan Pembahasan Revisi UU TNI karena Bahayakan Demokrasi

Masyarakat Sipil Minta DPR Batalkan Pembahasan Revisi UU TNI karena Bahayakan Demokrasi

Nasional
Aksi Cepat Tanggap Kementerian KP Bantu Korban Banjir Bandang dan Longsor di Sumbar

Aksi Cepat Tanggap Kementerian KP Bantu Korban Banjir Bandang dan Longsor di Sumbar

Nasional
Bertemu PBB di Bali, Jokowi Tegaskan Akar Konflik Palestina-Israel Harus Diselesaikan

Bertemu PBB di Bali, Jokowi Tegaskan Akar Konflik Palestina-Israel Harus Diselesaikan

Nasional
Lemhannas: Transisi Kepemimpinan Jokowi ke Prabowo Relatif Mulus, Tak Akan Ada Gejolak

Lemhannas: Transisi Kepemimpinan Jokowi ke Prabowo Relatif Mulus, Tak Akan Ada Gejolak

Nasional
Jokowi Sampaikan Dukacita atas Meninggalnya Presiden Iran

Jokowi Sampaikan Dukacita atas Meninggalnya Presiden Iran

Nasional
Laporkan Dewas KPK yang Berusia Lanjut ke Bareskrim, Nurul Ghufron Tak Khawatir Dicap Negatif

Laporkan Dewas KPK yang Berusia Lanjut ke Bareskrim, Nurul Ghufron Tak Khawatir Dicap Negatif

Nasional
Bertemu Presiden Fiji di Bali, Jokowi Ajak Jaga Perdamaian di Kawasan Pasifik

Bertemu Presiden Fiji di Bali, Jokowi Ajak Jaga Perdamaian di Kawasan Pasifik

Nasional
Saat Revisi UU Kementerian Negara Akan Jadi Acuan Prabowo Susun Kabinet, Pembahasannya Disebut Kebetulan...

Saat Revisi UU Kementerian Negara Akan Jadi Acuan Prabowo Susun Kabinet, Pembahasannya Disebut Kebetulan...

Nasional
Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron Laporkan Dewas KPK Ke Bareskrim Polri Atas Dugaan Pencemaran Nama Baik

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron Laporkan Dewas KPK Ke Bareskrim Polri Atas Dugaan Pencemaran Nama Baik

Nasional
Marinir Ungkap Alasan Tak Bawa Jenazah Lettu Eko untuk Diotopsi

Marinir Ungkap Alasan Tak Bawa Jenazah Lettu Eko untuk Diotopsi

Nasional
MK: Tak Ada Keberatan Anwar Usman Adili Sengketa Pileg yang Libatkan Saksi Ahlinya di PTUN

MK: Tak Ada Keberatan Anwar Usman Adili Sengketa Pileg yang Libatkan Saksi Ahlinya di PTUN

Nasional
Kemenag Sayangkan 47,5 Persen Penerbangan Haji Garuda Alami Keterlambatan

Kemenag Sayangkan 47,5 Persen Penerbangan Haji Garuda Alami Keterlambatan

Nasional
Laporan Fiktif dan Manipulasi LPJ Masih Jadi Modus Korupsi Dana Pendidikan

Laporan Fiktif dan Manipulasi LPJ Masih Jadi Modus Korupsi Dana Pendidikan

Nasional
Dana Bantuan dan Pengadaan Sarana-Prasarana Pendidikan Masih Jadi Target Korupsi

Dana Bantuan dan Pengadaan Sarana-Prasarana Pendidikan Masih Jadi Target Korupsi

Nasional
Lettu Eko Terindikasi Terlilit Utang Karena Judi Online, Dankormar: Utang Almarhum Rp 819 Juta

Lettu Eko Terindikasi Terlilit Utang Karena Judi Online, Dankormar: Utang Almarhum Rp 819 Juta

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com