Hidupkan Pancasila
Ada yang bilang, kementerian Anda ini jantung revolusi mental. Tanggapan Anda?
Ya. Saya sudah bilang kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bahwa kita punya kurikulum Pancasila. Ini harus diterapkan sejak SD kelas I hingga SMP. Pancasila itu awal bagaimana kita paham dari mana diri kita berasal, sebagai dasar negara. Pelajaran Pancasila ini beda sekali dengan P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) yang dulu, P4 yang kita anggap sebagai alat politik itu.
Pancasila itu NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Contohnya, semua daerah, sejengkal pun, tidak boleh kita berikan kepada pihak luar. Kita tidak akan tahu soal itu kalau tidak tahu Persatuan Indonesia. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab itu juga visi dari Trisakti, berdaulat secara politik dan lain-lain. Tapi, anak-anak sekarang tidak bisa tiba-tiba kita ajak revolusi mental, harus dimulai dari kecil.
Jadi, harus ada kurikulum Pancasila?
Sejak zaman Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) ada pelajaran Budi Pekerti. Kenapa pelajaran itu tidak diintegrasikan dengan Pancasila.
Apa saran atau nasihat dari Ibu Megawati terkait dengan jabatan Menko PMK?
Kebetulan cita-cita dari Ibu Megawati itu sama dengan cita-cita saya. Pemikirannya sama. Saya dan Ibu Mega yakin bangsa Indonesia adalah bangsa besar dan punya sumber daya alam amat kaya. Tetapi, kenapa kita tidak bisa maju? Itu karena SDM-nya tidak mumpuni. Kalau kita sudah sehat dan berpendidikan paling tidak SMA/SMK, lebih banyak peluangnya. Dan, ini untuk mengisi perut. Apa pun masalah yang terjadi di hari ini karena kita kelaparan. Susah karena kita susah.
Jadi, apa target di Kemenko PMK terkait dengan rencana jangka pendek, menengah, panjang?
Sekneg (Sekretaris Negara) sedang membuat RPJMN (rencana pembangunan jangka menengah nasional) yang akan diberikan kepada setiap kementerian. Sekarang, saya melanjutkan program dan anggaran yang dialokasikan. Kita harus lihat dulu RPJMN-nya dan disesuaikan dengan anggaran, lalu dilihat skala prioritasnya.
Sebagai Menko PMK, tentu saja target saya tidak muluk-muluk. Saya tidak mau terlalu banyak program. Saya mau program yang memang bisa dinikmati rakyat dan tidak terlalu banyak proses birokrasi berbelit-belit. Itu saja.
(LUK/IVV)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.