Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sampai Kapan Kita Akan Bermusuhan?

Kompas.com - 26/10/2014, 11:30 WIB

Catatan Kaki Jodhi Yudono

Kisah ini bermula dari peristiwa Pemilu dan mengerucut pada Pilpres 2014. Kawan-kawan Juha yang manis, kawan-kawan Juha yang hangat, akhirnya terbelah menjadi dua. Sebagian mendukung Prabowo, sebagian lainnya mendukung Joko Widodo.

Semula Juha senang-senang saja ketika melihat kawan-kawannya yang berada di dua kubu itu saling sindir dan ejek. Juha pikir, hal itu bagian dari demokrasi, bagian dari ekspresi dukungan. Kedua kubu kadang menggunakan kata-kata atau gambar-gambar lucu. Tapi lama kelamaan, sindir menyindir dua kubu kian tajam dan sengit. Hingga sampai akhirnya Juha terhenyak saat mendapatkan kedua kubu itu ternyata tak sedang merayakan demokrasi, melainkan sedang perang antar saudara sendiri. Kedua kubu sudah saling melempar kata-kata kotor dan fitnah yang menjurus pada kekejaman yang jauh dari akal waras.

Juha juga mendengar, banyak kisah yang tak masuk akal yang terjadi sepanjang Pilpres. Sepasang kekasih berpisah karena keduanya memiliki pilihan berbeda. Hubungan anak dan orang tua menjadi renggang, dan tak terhitung jumlahnya mereka yang semula berkawan kemudian saling bermusuhan.

Hari demi hari ketegangan terus terjadi. Padahal Pemilu sudah lama berlalu, Pilpres juga sudah beres, wakil rakyat dan presiden sudah terpilih, tapi mengapa kita belum bisa berdamai dengan diri sendiri dan orang lain yang kebetulan berbeda pilihan saat Pemilu dan Pilpres?

Inilah fakta yang kita jumpai pada kehidupan sehari-hari melalui media sosial. Status-status yang ditulis, komentar-komentar yang diwedar, masih banyak yang bernada musuhan. Inilah yang membuat hati Juha nelangsa, mengapakah kawan-kawan baiknya kini masih saja saling mengibarkan bendera kebencian.

Kepada saya Juha berkata, padahal kawan-kawannya itu dari golongan orang-orang yang mapan dan dari kalangan intelektual pula.

"Bagaimana bisa mereka memelihara kebencian sedemikian lama, padahal hajatan Pemilu dan Pilpres sudah usai," kata Juha sambil nggersah.
"Mungkin begitu besarnya cinta kawan-kawanmu itu terhadap idolanya," saya menjawab sekenananya.

Juha melotot seraya bicara panjang lebar. Katanya, bukankah idola mereka yang semula berseberangan kini sudah saling berjabat tangan? Bukankah idola mereka juga sudah saling mendukung dan saling menghormati? Apa lagi sebeenarnya yang masih dipersoalkan?

"Mungkin mereka masih kecewa, sehingga unek-unek mereka belum tuntas," kata saya.
"Mau sampai kapan?" tanya Juha.
"Ya sampai tuntas."
"Kapan?"
"Mungkin besok setelah susunan kabinet diumumkan, semuanya sudah usai. Mungkin minggu depan, mungkin..."
"Mungkin tahun depan, mungkin sampai pemilu mendatang... Wah..."

Juha pun menyesalkan, mengapa kawan-kawannya yang saling berseberangan tak segera menyudahi ejekan, hujatan, kebencian kepada yang bukan idolanya? Padahal setahu Juha, kawan-kawannya itu juga dari golongan orang-orang yang soleh, orang-orang baik yang penuh kasih sayang.

Demi apa sebenarnya mereka menebarkan kebencian dan cacian jika mereka sendiri sebetulnya tak mendapatkan apa-apa dari perbuatannya? Adakah mereka akan mendapatkan kekuasaan? Harta? Atau lainnya? Tidak bukan? Bahkan tahukah mereka, di antara kawan-kawan mereka yang tak menyukai keributan justru menjauhi mereka.

"Ya... itu hak mereka untuk berekspresi," saya menimpali.
"Iya saya tahu. Ini semua saya lakukan karena saya menyayangi mereka. Saya ingin kita balik seperti dulu lagi sebelum Pilpres berlangsung, sebelum mereka terbelah menjadi dua. Saya ingin kita bersatu lagi. Jangan seperti sekarang..."
"Memang sekarang masih saling ejek gitu?"
"Jangan pura-pura nggak tahu, lihat saja contoh di bawah ini..."

Juha pun memberi contoh sebuah status didinding Facebook seorang kawan yang menulis begini:

"Dalam dunia horoskop perbinatangan, binatang sering dijadikan simbolisasi karakter dan watak manusia. Bahkan ada yang bilang bahwa binatang peliharaan akan mencerminkan pula simbolisasi karakter dan watak si empunya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggapi Prabowo, Ganjar: Jangan Sampai yang di Dalam Malah Ganggu Pemerintahan

Tanggapi Prabowo, Ganjar: Jangan Sampai yang di Dalam Malah Ganggu Pemerintahan

Nasional
Tanggapi Prabowo, PDI-P: Partai Lain Boleh Kok Pasang Gambar Bung Karno

Tanggapi Prabowo, PDI-P: Partai Lain Boleh Kok Pasang Gambar Bung Karno

Nasional
Zulhas: Hubungan Pak Prabowo dan Pak Jokowi Dekat Sekali, Sangat Harmonis...

Zulhas: Hubungan Pak Prabowo dan Pak Jokowi Dekat Sekali, Sangat Harmonis...

Nasional
Lapor Hasil Rakornas PAN ke Presiden, Zulhas: Pak Jokowi Owner

Lapor Hasil Rakornas PAN ke Presiden, Zulhas: Pak Jokowi Owner

Nasional
Budiman Sudjatmiko Pastikan Tak Ada “Deadlock” Pertemuan Prabowo dan Megawati

Budiman Sudjatmiko Pastikan Tak Ada “Deadlock” Pertemuan Prabowo dan Megawati

Nasional
Kode PAN soal Jatah Menteri ke Prabowo, Pengamat: Sangat Mungkin Dapat Lebih

Kode PAN soal Jatah Menteri ke Prabowo, Pengamat: Sangat Mungkin Dapat Lebih

Nasional
Pengamat Usul Anggota BPK Diseleksi Panitia Independen Agar Tak Dimanfaatkan Parpol

Pengamat Usul Anggota BPK Diseleksi Panitia Independen Agar Tak Dimanfaatkan Parpol

Nasional
KPU Tak Masalah Caleg Terpilih Dilantik Belakangan Usai Kalah Pilkada

KPU Tak Masalah Caleg Terpilih Dilantik Belakangan Usai Kalah Pilkada

Nasional
Zulhas: Katanya PAN Cuma Bisa Joget-joget, Eh Capres yang Menang Bisa Joget

Zulhas: Katanya PAN Cuma Bisa Joget-joget, Eh Capres yang Menang Bisa Joget

Nasional
Prabowo Bilang Ada Partai Klaim Sosok Bung Karno, Budiman Sudjatmiko: Bukan Diskreditkan PDI-P

Prabowo Bilang Ada Partai Klaim Sosok Bung Karno, Budiman Sudjatmiko: Bukan Diskreditkan PDI-P

Nasional
Ketua KPU: Caleg Terpilih Tak Perlu Mundur jika Maju Pilkada 2024

Ketua KPU: Caleg Terpilih Tak Perlu Mundur jika Maju Pilkada 2024

Nasional
Zulhas dan Elite PAN Temui Jokowi di Istana, Mengaku Tak Bahas Kursi Kabinet

Zulhas dan Elite PAN Temui Jokowi di Istana, Mengaku Tak Bahas Kursi Kabinet

Nasional
Demokrat Tak Khawatir Jatah Kursi Menteri, Sebut Prabowo Kerap Diskusi dengan SBY

Demokrat Tak Khawatir Jatah Kursi Menteri, Sebut Prabowo Kerap Diskusi dengan SBY

Nasional
PAN Lempar Kode soal Jatah Menteri, Demokrat: Prabowo yang Punya Hak Prerogatif

PAN Lempar Kode soal Jatah Menteri, Demokrat: Prabowo yang Punya Hak Prerogatif

Nasional
Zulhas Bawa 38 DPW PAN Temui Jokowi: Orang Daerah Belum Pernah ke Istana, Pengen Foto

Zulhas Bawa 38 DPW PAN Temui Jokowi: Orang Daerah Belum Pernah ke Istana, Pengen Foto

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com