Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sampai Kapan Kita Akan Bermusuhan?

Kompas.com - 26/10/2014, 11:30 WIB

Saya tidak tahu soal kebenarannya, tapi mungkin ada benarnya. Orang penyuka kuda pasti karakter dan wataknya beda dengan penyuka kodok... Begitu sebaliknya, orang penyuka kodok pasti karakter dan wataknya beda dengan penyuka kuda.
Begitu halnya dengan seorang pemimpin penyuka kuda dan penyuka kodok pasti karakter, watak dan gaya kepemimpiannya juga beda. Suka dipimpin KESATRIA BERKUDA atau KESATRIA BERKODOK...???"

Lalu dibalas oleh kawan di seberang sana begini:

"KODOK -- biar pun kodok sering direndahkan sebagai binatang buruk muka dan diremehkan karena dianggap tiada guna, ia adalah makhluk ciptaan Allah penguasa langit dan bumi. Tak seorang pun mampu menciptakan kodok sebagaimana kodok hidup dan bernapas, bersuara berat, buruk dan kadang menyeramkan. Bahkan manusia yang merasa paling nyekolah di dunia, pintar tiada kepalang, ganteng atau cantik tiada banding, takkan mampu hanya sekadar membuat selaput di jemarinya yang berfungsi sebagai dayung saat berenang. Kodok memang sering dianggap binatang rendah, kalah jauh dibanding kuda yang kerap disebut binatang gagah perkasa, banyak manfaat, dan setia. Jelas, hanya idiot saja yang memaksa membandingkan keperkasaan kuda dengan kelemahan kodok secara terbuka. Kodok dan kuda memang beda dalam banyak hal, tak perlu dibandingkan. Satu hal yang membuatnya sama, keduanya sama-sama makhluk ciptaan Allah. Menghina dan merendahkan kodok, sama saja menghina dan merendahkan-Nya, kecuali bagi seorang idiot."

"Status di atas hanya contoh kecil.Seperti kau tahu, media sosial adalah belantara yang tak terkira luasnya. Di dalamnya tak cuma berisi keindahan ucapan, tapi juga kebuasan kata-kata," simpul Juha.

"Terus saya harus bagaimana?" kata saya mencoba melucu.
"Kamu ke laut aja!" Juha mencibir.
"Asyik dong, bisa berenang dan jalan-jalan di pantai.
"Dasar cumi!"
"Dasar ubur-ubur!"
"Stop! Kita mengimbau supaya kawan-kawan berkata baik, sementara kita malah saling ejek."
"Cuma becanda."
"Kawan-kawan itu awalnya juga cuma becanda, lama-lama keterusan."
"Terus aku harus bagaimana?"
"Harus tahu batas."
"Maksud lo?"
"Kalau sudah selesai perbincangan, ya selesai juga urusan. Kalau Pilpres sudah selesai, selesai pula urusan kita dengan jagoan-jagoan kita. Kita sudahi semua ejekan, semua konflik, kita bersalaman dan saling bersenda gurau kembali."
"Setuju."
"Setuju apa?"
"Setuju untuk bersendau gurau kembali, ngopi bersama lagi, bersilaturahmi kembali..."
"Pinter."
"Kamu juga cerdas."

Akhirnya kami pun bersalaman. Tersenyum dan bersulang bersama untuk kebaikan kawan-kawan semua, kebaikan negeri ini. Cheers...!

@JodhiY

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Berkaca Kecelakaan di Ciater, Polisi Imbau Masyarakat Cek Dulu Izin dan Kondisi Bus Pariwisata

Berkaca Kecelakaan di Ciater, Polisi Imbau Masyarakat Cek Dulu Izin dan Kondisi Bus Pariwisata

Nasional
Dugaan SYL Memeras Anak Buah dan Upaya KPK Hadirkan 3 Dirjen Kementan Jadi Saksi

Dugaan SYL Memeras Anak Buah dan Upaya KPK Hadirkan 3 Dirjen Kementan Jadi Saksi

Nasional
Jokowi Santap Nasi Goreng dan Sapa Warga di Sultra

Jokowi Santap Nasi Goreng dan Sapa Warga di Sultra

Nasional
Prabowo Klaim Serasa Kubu 'Petahana' saat Pilpres dan Terbantu Gibran

Prabowo Klaim Serasa Kubu "Petahana" saat Pilpres dan Terbantu Gibran

Nasional
Prabowo Mengaku Diuntungkan 'Efek Jokowi' dalam Menangkan Pilpres

Prabowo Mengaku Diuntungkan "Efek Jokowi" dalam Menangkan Pilpres

Nasional
Bantah Menang Pilpres Akibat Bansos, Prabowo: Tuduhan Kosong

Bantah Menang Pilpres Akibat Bansos, Prabowo: Tuduhan Kosong

Nasional
[POPULER NASIONAL] Reaksi Usai Prabowo Tak Mau Pemerintahannya Diganggu | Auditor BPK Minta 'Uang Pelicin' ke Kementan

[POPULER NASIONAL] Reaksi Usai Prabowo Tak Mau Pemerintahannya Diganggu | Auditor BPK Minta "Uang Pelicin" ke Kementan

Nasional
Sejarah Hari Buku Nasional

Sejarah Hari Buku Nasional

Nasional
Tanggal 15 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 15 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
UPDATE BNPB: 19 Orang Meninggal akibat Banjir Bandang di Agam Sumbar

UPDATE BNPB: 19 Orang Meninggal akibat Banjir Bandang di Agam Sumbar

Nasional
KNKT Investigasi Kecelakaan Bus Rombongan Siswa di Subang, Fokus pada Kelayakan Kendaraan

KNKT Investigasi Kecelakaan Bus Rombongan Siswa di Subang, Fokus pada Kelayakan Kendaraan

Nasional
Partai Buruh Berniat Gugat Aturan Usung Calon Kepala Daerah ke MK

Partai Buruh Berniat Gugat Aturan Usung Calon Kepala Daerah ke MK

Nasional
Cerita Sulitnya Jadi Ketua KPK, Agus Rahardjo: Penyidik Tunduk ke Kapolri, Kejaksaan, Sampai BIN

Cerita Sulitnya Jadi Ketua KPK, Agus Rahardjo: Penyidik Tunduk ke Kapolri, Kejaksaan, Sampai BIN

Nasional
Jemaah Haji Mulai Diberangkatkan, Fahira Idris: Semoga Sehat, Selamat, dan Mabrur

Jemaah Haji Mulai Diberangkatkan, Fahira Idris: Semoga Sehat, Selamat, dan Mabrur

Nasional
Jemaah Haji Gelombang Pertama Tiba di Madinah, Disambut Meriah

Jemaah Haji Gelombang Pertama Tiba di Madinah, Disambut Meriah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com