Hidup adalah proses. Masalah yang satu diikuti masalah lain, dengan solusi sebagai mata rantainya. Kadang-kadang, masalah manusia satu dengan yang lain memang sama. Namun, kondisi manusia tak pernah bisa ditebak sehingga akhir cerita tak serta-merta sama.
Setelah memiliki kesadaran lebih baik akan kekuatan dan tanggung jawab, Peter dihadapkan pada masalah remaja pada umumnya: percintaan.
Ia sibuk membantu orang sampai tak punya waktu untuk Mary Jane. Di sisi lain, ia juga tak ingin mengungkapkan identitasnya sebagai Spiderman kepada Mary Jane, karena mengkhawatirkan keselamatan Mary Jane.
Peter lagi-lagi kembali "pulang". Dari May, Peter mendapatkan pelajaran bahwa sekuat atau sehebat apa pun seseorang, ia tak bisa mendapatkan segalanya. Ada titik di mana ia harus memilih satu dari dua--atau lebih--pilihan yang sama beratnya. Dalam situasi itu, seseorang harus melupakan kepentingan pribadi.
"Kita membutuhkan seorang pahlawan, orang yang berani berkorban, menjadi contoh bagi kita semua. Semua orang menyukai pahlawan, orang berbaris untuk melihatnya, bersorak-sorai untuknya, dan bertahun-tahun setelahnya, mereka berdiri di tengah hujan selama berjam-jam hanya untuk sekilas melihat seseorang, yang dulu pernah mengingatkan mereka untuk bertahan lebih lama," tutur May
"(Namun), saya percaya, ada pahlawan dalam diri setiap manusia, yang membuat kita tetap jujur, memberi kita kekuatan, menjadikan kita mulia, dan akhirnya membuat kita bisa mati dengan bangga, meski kadang kala kita harus menguatkan diri dan melepaskan hal-hal yang paling kita inginkan, termasuk impian kita," lanjut May.
Musuh terkuat
Akhirnya, pada sekuel ketiga, Spiderman bertemu musuhnya yang paling kuat, dirinya sendiri. Kostum Venom membuat Peter menjadi semakin kuat, tetapi di sisi lain dia pun kesulitan melawan keinginan untuk memenuhi kepentingan pribadi.
Peter menjadi sosok yang menyebalkan. Ia berusaha membuat Mary Jane cemburu dengan mendekati Gwen Stacy. Peter juga "mengerjai" rivalnya di Daily Bugle, Eddie Brock.
Belakangan, Peter menyadari bahwa Venom mengubahnya setelah tak sengaja memukul Mary Jane dalam perkelahian di sebuah bar. Dia kemudian berusaha dan berhasil melepaskan diri dari Venom. Dengan bantuan Harry Osborn, Peter mengalahkan Venom.
Jokowi dan Spiderman
Jokowi memang bukan Spiderman. Jokowi mendapatkan "kekuatan super" dengan kesadaran, bukan ketidaksengajaan seperti Peter. Dengan mengamini mandat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Jokowi sudah memperhitungkan konsekuensi menjadi orang nomor satu negeri ini.
Juga tidak seperti Peter yang menyembunyikan identitas Spiderman-nya, Jokowi sudah disanjung dan dipuja, bahkan sebelum tugas sebagai Gubernur DKI Jakarta usai.
Namun, sebagai manusia yang berkekuatan super dan, apalagi, dikenal semua orang, Jokowi jelas akan mengalami konflik seperti yang dialami Peter.
Jokowi akan menghadapi banyak orang dengan kepentingan berbeda yang membutuhkan bantuan Jokowi, berhadapan dengan pilihan-pilihan sulit, dan bukan mustahil "tergoda" menyalahgunakan mandat.