Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemecatan Suryadharma Janggal, Sinyal PPP Merapat ke Jokowi Makin Kuat

Kompas.com - 11/09/2014, 13:34 WIB
Ihsanuddin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Pengamat politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Pangi Syarwi Chaniago melihat ada dua kejanggalan dalam pemecatan Suryadharma Ali sebagai Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan. Dua kejanggalan itu yang membuat sinyal bakal bergabungnya PPP ke gerbong koalisi pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla semakin menguat.

Kejanggalan pertama, kata dia, pelengseran Suryadharma yang sudah dekat dengan agenda forum Muktamar untuk memilih ketua umum baru.

"Pertanyaan retoris saya adalah apa kepentingan PPP memecat SDA, padahal pergelaran Muktamar tinggal hitungan hari. Harusnya kan pengurus PPP menahan diri sejenak untuk tidak memecat SDA sampai Mukhtamar digelar, sehingga soft landing SDA di PPP berjalan dengan baik," kata Pangi kepada Kompas.com, Kamis (11/9/2014).

Kejanggalan kedua, kata Pangi, adalah alasan pemecatan Suryadharma. PPP memecat Suryadharma karena kasus dugaan korupsi penyelenggaraan haji yang saat ini sedang berjalan di Komisi Pemberantasan Korupsi.

Namun, Pangi heran kenapa mantan Menteri Agama itu tak langsung dilengserkan begitu ditetapkan sebagai tersangka pada Mei lalu.

"Nah, seharusnya jauh-jauh hari SDA sudah diberhentikan, kenapa baru sekarang? Ambil contoh ketua umum Partai Demokrat (Anas Urbaningrum), dan Presiden PKS (Luthfi Hasan Ishaq), begitu ditetapkan tersangka oleh KPK, dia langsung berhenti," ujarnya.

Pangi menengarai, penggulingan ini sudah direncanakan secara sistematis oleh para elite PPP. Satu-satunya cara agar partai berlambang kabah itu bisa bergabung ke gerbong Jokowi-JK, kata Pangi, adalah dengan melengserkan Suryadharma.

Apalagi sebelumnya, Suryadharma dan kubunya juga merasa ada yang tidak beres dalam proses pemberhentian ini. (baca: Ketua DPP PPP: Pemecatan Suryadharma Persekongkolan Jahat)

"Jadi ini bagian dari upaya menghilangkan dampak besar SDA di PPP yang dianggap selama ini tembok tinggi yang menghalangi keinginan Emron Pengkapi dan teman temannya. Ujung atau misi Emron sudah bisa kita baca, PPP merapat ke Jokowi. Emron kita kan tahu berseberangan sikap politiknya dengan SDA, ia bahkan menolak PPP mendukung Prabowo. Emron dari dahulu menginginkan PPP mendukung Jokowi," jelas Pangi.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal PPP M Romahurmuziy mengklaim partainya tidak akan keluar dari koalisi Merah Putih meskipun Suryadharma sudah dipecat sebagai Ketum. Menurut dia, PPP akan menjadi contoh konsistensi partai politik sebagai penyeimbang di luar pemerintahan. (baca: Sekjen: Tidak Ada Rencana PPP Keluar dari Koalisi Merah Putih)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prajurit TNI AL Tembak Sipil di Makassar, KSAL: Proses Hukum Berjalan, Tak Ada yang Kebal Hukum

Prajurit TNI AL Tembak Sipil di Makassar, KSAL: Proses Hukum Berjalan, Tak Ada yang Kebal Hukum

Nasional
Demokrat Tak Keberatan PKS Gabung Pemerintahan ke Depan, Serahkan Keputusan ke Prabowo

Demokrat Tak Keberatan PKS Gabung Pemerintahan ke Depan, Serahkan Keputusan ke Prabowo

Nasional
Polri Tangkap 28.861 Tersangka Kasus Narkoba, 5.049 di Antaranya Direhabilitasi

Polri Tangkap 28.861 Tersangka Kasus Narkoba, 5.049 di Antaranya Direhabilitasi

Nasional
Soal Kekerasan di STIP, Menko Muhadjir: Itu Tanggung Jawab Institusi

Soal Kekerasan di STIP, Menko Muhadjir: Itu Tanggung Jawab Institusi

Nasional
Pertamina Goes To Campus 2024 Dibuka, Lokasi Pertama di ITB

Pertamina Goes To Campus 2024 Dibuka, Lokasi Pertama di ITB

Nasional
Demokrat Sudah Beri Rekomendasi Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jawa Timur

Demokrat Sudah Beri Rekomendasi Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jawa Timur

Nasional
14 Negara Disebut Akan Ambil Bagian dalam Super Garuda Shield 2024

14 Negara Disebut Akan Ambil Bagian dalam Super Garuda Shield 2024

Nasional
Khofifah Ingin Duet dengan Emil Dardak, Gerindra: Kami Akan Komunikasi dengan Partai KIM

Khofifah Ingin Duet dengan Emil Dardak, Gerindra: Kami Akan Komunikasi dengan Partai KIM

Nasional
Wamenkeu Sebut Pemilu 2024 Berkontribusi Besar Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Wamenkeu Sebut Pemilu 2024 Berkontribusi Besar Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Nasional
Mensos Risma Janjikan 3 Hal kepada Warga Kabupaten Sumba Timur

Mensos Risma Janjikan 3 Hal kepada Warga Kabupaten Sumba Timur

Nasional
SYL Renovasi Rumah Pribadi, tapi Laporannya Rumah Dinas Menteri

SYL Renovasi Rumah Pribadi, tapi Laporannya Rumah Dinas Menteri

Nasional
Jaksa KPK Sebut Nilai Total Gratifikasi dan TPPU Gazalba Saleh Capai Rp 62,8 M

Jaksa KPK Sebut Nilai Total Gratifikasi dan TPPU Gazalba Saleh Capai Rp 62,8 M

Nasional
Ratas Evaluasi Mudik, Jokowi Minta 'Rest Area' Diperbanyak

Ratas Evaluasi Mudik, Jokowi Minta "Rest Area" Diperbanyak

Nasional
Dugaan TPPU Hakim Gazalba Saleh: Beli Alphard, Kredit Rumah Bareng Wadir RSUD di Jakarta

Dugaan TPPU Hakim Gazalba Saleh: Beli Alphard, Kredit Rumah Bareng Wadir RSUD di Jakarta

Nasional
Anggota Bawaslu Intan Jaya Mengaku Disandera KKB Jelang Pemilu, Tebus Ratusan Juta Rupiah agar Bebas

Anggota Bawaslu Intan Jaya Mengaku Disandera KKB Jelang Pemilu, Tebus Ratusan Juta Rupiah agar Bebas

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com