Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saksi Mengaku Diancam Supaya Menyeret Anas Dalam Kasus Hambalang

Kompas.com - 18/08/2014, 20:36 WIB
Icha Rastika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Mindo Rosalina Manulang, bekas anak buah mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin mengaku diancam untuk menyampaikan keterangan palsu kepada penegak hukum. Rosa mengaku diminta atasannya untuk menyeret mantan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum.

"Pokoknya Ros, kamu harus sebutkan Anas, bagaimana supaya dia lengser jadi ketua umum," kata Rosa menirukan perkataan Nazaruddin kepadanya saat bersaksi dalam persidangan kasus dugaan korupsi proyek Hambalang di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Senin (18/8/2014) dengan terdakwa Anas.

Menurut Rosa, ketika dia ditahan di Rumah Tahanan Pondok Bambu, sejumlah orang dekat Nazaruddin mendatanginya. Rosa ditahan di sana setelah ditangkap KPK terkait kasus dugaan suap wisma atlet Sea Games. Herannya, kata Rosa, orang-orang dekat Nazaruddin tersebut bisa membawa masuk telepon seluler ke rutan. Mereka lalu menghubungkan Rosa dengan Nazaruddin melalui telepon.

"Waktu di Pondok Bambu, saya rutin didatangi Pak Hasyim, Nasir, Aan, mereka selalu lolos handphone. Ketika saya dipanggil, dari sel langsung handphone nih bicara sm Bapak (Nazaruddin). Saya bilang, jangan saya bicara langsung sama Bapak, saya bisa stres," ucap Rosa.

Ketika itu, menurut Rosa, Nazaruddin meneleponnya dari Singapura atau dalam proses pelarian Nazaruddin. Mantan bos-nya itu juga meminta Rosa untuk membuat keterangan palsu jika diperiksa sebagai saksi dalam kasus dugaan korupsi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang menjerat istri Nazaruddin, Neneng Sri Wahyuni. Bahkan, Rosa diancam akan ditembak di tempat jika tidak mengikuti perintah Nazaruddin.

"Saya dipaksa bikin BAP (berita acara pemeriksan) palsu, disumpah di Pondok Bambu, kalau tidak saya ditembak di situ. Saya dipukulin Pak Nasir," ucap Rosa kemudian menangis.

Terkait Anas, lanjut dia, Nazaruddin sering memintanya untuk menyeret mantan anggota DPR itu agar Anas lengser dari kursi ketua umum Partai Demokrat. Nazaruddin, menurut Rosa, juga mengatakan akan mendorong diselenggarakannya kongres luar biasa (KLB) dan mengupayakan Ketua DPR Marzuki Alie bisa menjadi ketua umum, menggantikan Anas.

Karena mendapatkan ancaman di rutan, Rosa kemudian meminta perlindungan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK). Hingga kini, Rosa berada di bawah perlindungan LPSK.

Menurut Rosa, bukan hanya dia yang mendapatkan ancaman dari Nazaruddin. Dia menyebut ada beberapa bekas anak buah Nazar yang kini dipenjara karena dilaporkan ke Polisi.

"Karena nama kita ada di perusahaan-perusahaan itu dan di beberapa penegak hukum lainnya ada mantan anak buah Pak Nazar yang dipenjara sampai sekarang," ujar Rosa.

Anas kini berstatus terdakwa. Dia didakwa menerima pemberian hadiah atau janji dan pencucian uang terkait proyek Hambalang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Idul Adha 2024, Ma'ruf Amin Ajak Umat Islam Tingkatkan Kepedulian Sosial dan Saling Bantu

Idul Adha 2024, Ma'ruf Amin Ajak Umat Islam Tingkatkan Kepedulian Sosial dan Saling Bantu

Nasional
Jokowi, Megawati, hingga Prabowo Sumbang Hewan Kurban ke Masjid Istiqlal

Jokowi, Megawati, hingga Prabowo Sumbang Hewan Kurban ke Masjid Istiqlal

Nasional
KIM Disebut Setuju Usung Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta, Golkar: Lihat Perkembangan Elektabilitasnya

KIM Disebut Setuju Usung Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta, Golkar: Lihat Perkembangan Elektabilitasnya

Nasional
Isu Perombakan Kabinet Jokowi, Sandiaga: Saya Siap Di-'reshuffle' Kapan Pun

Isu Perombakan Kabinet Jokowi, Sandiaga: Saya Siap Di-"reshuffle" Kapan Pun

Nasional
Hadiri Lion Dance Exhibition, Zita Anjani Senang Barongsai Bertahan dan Lestari di Ibu Kota

Hadiri Lion Dance Exhibition, Zita Anjani Senang Barongsai Bertahan dan Lestari di Ibu Kota

Nasional
Timwas Haji DPR Ajak Masyarakat Doakan Keselamatan Jemaah Haji dan Perdamaian Palestina

Timwas Haji DPR Ajak Masyarakat Doakan Keselamatan Jemaah Haji dan Perdamaian Palestina

Nasional
5 Perbaikan Layanan Haji 2024 untuk Jemaah Indonesia: 'Fast Track' hingga Fasilitas buat Lansia

5 Perbaikan Layanan Haji 2024 untuk Jemaah Indonesia: "Fast Track" hingga Fasilitas buat Lansia

Nasional
Timwas Haji DPR Ingatkan Panitia di Arab Saudi untuk Selalu Awasi Pergerakan Jemaah

Timwas Haji DPR Ingatkan Panitia di Arab Saudi untuk Selalu Awasi Pergerakan Jemaah

Nasional
Safenet Nilai Pemblokiran X/Twitter Bukan Solusi Hentikan Konten Pornografi

Safenet Nilai Pemblokiran X/Twitter Bukan Solusi Hentikan Konten Pornografi

Nasional
Pastikan Keamanan Pasokan Energi, Komut dan Dirut Pertamina Turun Langsung Cek Kesiapan di Lapangan

Pastikan Keamanan Pasokan Energi, Komut dan Dirut Pertamina Turun Langsung Cek Kesiapan di Lapangan

Nasional
Bersikeras Usung Ridwan Kamil di Jawa Barat, Golkar: Di Jakarta Surveinya Justru Nomor 3

Bersikeras Usung Ridwan Kamil di Jawa Barat, Golkar: Di Jakarta Surveinya Justru Nomor 3

Nasional
Soal Tawaran Masuk Kabinet Prabowo-Gibran, Sandiaga: Lebih Berhak Pihak yang Berkeringat

Soal Tawaran Masuk Kabinet Prabowo-Gibran, Sandiaga: Lebih Berhak Pihak yang Berkeringat

Nasional
PPP Tak Lolos Parlemen, Sandiaga: Saya Sudah Dievaluasi

PPP Tak Lolos Parlemen, Sandiaga: Saya Sudah Dievaluasi

Nasional
Respons Menko PMK, Komisi VIII DPR: Memberi Bansos Tidak Hentikan Kebiasaan Berjudi

Respons Menko PMK, Komisi VIII DPR: Memberi Bansos Tidak Hentikan Kebiasaan Berjudi

Nasional
Eks Penyidik Sebut KPK Tak Mungkin Asal-asalan Sita HP Hasto PDI-P

Eks Penyidik Sebut KPK Tak Mungkin Asal-asalan Sita HP Hasto PDI-P

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com