"Saya tetap menghormati meskipun saya berbeda pendapat. Beliau kan Ketua Umum, ya saya hormati. Tidak berarti berubah sikap saya. Namun, sebaiknya tidak menimbulkan pada pemecatan, pemberhentian," kata Agung seusai acara pidato kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (15/8/2014).
Menurut Agung, isu pemecatan itu sangat tidak relevan dan tidak mendidik. Hal ini, kata Agung, bertentangan dengan semangat Partai Golkar yang memberikan ruang atas perbedaan pendapat. Dia menilai, pemecatan baru bisa dilakukan apabila ada kader yang benar-benar melakukan pelanggaran.
"Yang memang jelas-jelas merugikan nama baik partai, melakukan pencurian, tindakan korupsi, atau tindakan pelanggaran kriminal. Kalau hanya berbeda pendapat masa sih? Ini logika saya berdasar pada semangat berdemokrasi," kata Agung.
Seperti diberitakan sebelumnya, pilihan sikap Agung terkait pelaksanaan munas berbeda dengan keinginan Aburizal. Ia menginginkan munas digelar sesuai AD/ART partai, yaitu Oktober 2014. Sementara itu, Aburizal menegaskan bahwa munas dilakukan tahun 2015 sesuai amanat Munas Golkar tahun 2009.
Menurut Agung, sikapnya itu bukan sikap pribadi, melainkan partai, yang harus menjalankan AD/ART yang menyebutkan periode kepengurusan hanya lima tahun sehingga masa bakti kepengurusan Aburizal selesai pada Oktober 2014 ini.
"Tidak boleh ada pemaksaan. Hari gini masa dipaksa-paksa," ungkap Ketua Umum Kosgoro 57 itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.