Menurut Amien, koalisi baru yang digagasnya ini tak akan hanya melibatkan partai berbasis massa Islam tetapi melibatkan sebanyak-banyaknya partai, termasuk partai nasionalis. Saat ini komunikasi masih terus dijalin untuk mematangkan koalisi tersebut.
Namun, Wakil Sekretaris Jenderal DPP PDI-P Achmad Basarah mengatakan partainya akan tetap teguh dengan semangat membangun kerja sama politik yang ketat. Semua peluang dan risiko telah dihitung dan secara sadar dipahami. Termasuk bila harus mengulangi pengalaman pahit, gagal menang dalam pilpres.
"Tentu semua perjuangan bukan tanpa risiko. Tapi sikap itu kami bangun dengan suatu kesadaran, dengan partai politik yang sudah belajar dari kesalahan masa lalu," kata Basarah. Karenanya, peluang PDI-P untuk menang dan kalah pun menjadi masih sama-sama terbuka.
Setidaknya ada dua bakal capres yang dianggap dapat menyaingi Jokowi. Satu kandidat adalah bakal capres dari Gerindra, Prabowo Subianto. Kandidat lain, bakal capres dari Golkar Aburizal Bakrie. Asumsinya, tokoh-tokoh ini bermodalkan perolehan suara dari partai masing-masing yang menempati posisi tiga besar menurut perkiraan hitung cepat saat ini.
Barangkali, kuncinya ada pada keputusan soal bakal cawapres Jokowi. Keputusan yang tepat akan membawa langkah PDI-P menuju kemenangan. Sebaliknya, bila keputusan salah, maka kandidat lain bisa jadi akan menyalip di tikungan terakhir.
Direktur Eksekutif Pol-Tracking Hanta Yudha mengatakan, semua partai akan menerima bila figur berlatar belakang partai politik berbasis massa Islam dipinang menjadi bakal cawapres bagi Jokowi. Langkah itu, imbuh dia, sekaligus akan memastikan wacana koalisi Indonesia Raya akan hilang dan terlupakan.
Menurut Hanta, wacana membangun koalisi Indonesia Raya dilakukan untuk meningkatkan posisi tawar dari partai yang bergabung. Gabungan suara dari partai politik berbasis massa Islam dalam pileg lebih dari 20 persen, sebut dia, bisa memastikan dukungan untuk Jokowi cukup mencorong. "Semua partai lagi menunggu, kalau ada yang diminta jadi cawapres Jokowi, maka koalisi (Indonesia Raya) ini tak akan dibahas lagi," kata Hanta.
PDI-P tentu tak ingin membuang kesempatan emas ini. Komunikasi dengan semua partai politik terus dilakukan. Ada tiga figur yang diutus membuka peta koalisi, yakni Tjahjo, Ketua Badan Pemenangan Pemilu DPP PDI-P Puan Maharani, dan Jokowi. Mereka pun berjanji akan segera mengumumkan bakal pendamping Jokowi.
Namun, definisi "segera" menurut PDI-P itu bisa hitungan jam, hari, bahkan pekan. Semua langkah barangkali sekarang sedang dihitung dengan sangat cermat, atas nama hasrat menang dan menjalankan kekuasaan.
Satu hal yang mungkin harus dicatat baik-baik oleh PDI-P adalah masyarakat yang menitipkan harap kepada partai ini akan menagih pelunasan janji tentang pemerintahan yang solid, program pro rakyat, dan mewujudkan "Indonesia hebat" sebagaimana slogannya dalam pemilu kali ini. Rakyat menunggu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.