"Pada sebuah malam, aku mendengar letusan. Semuanya menjadi gelap. Pang La'ot mengkhianatiku. Akhirnya aku diasingkan ke Tanah Sunda. Aku Tjoet Nyak Dhien, tetap perempuan merdeka yang pantang tunduk pada siapa pun yang menganiaya bangsaku," ujar Ine, meniru reka kalimat Tjoet Nyak yang heroik itu.
Sejarah mencatat, itulah pengkhianatan paling kontroversial yang dilakukan oleh Pang La’ot. Tindakannya salah, tapi secara kemanusiaan bisa dibenarkan. Sia iba dan tak rela terhadap Tjoet Nyak Dhien yang sangat dicintai dan dihormatinya tersiksa dan mati dalam kesengsaraan. Ia ingin Tjoet Nyak Dhien mati sesuai dengan statusnya sebagai bangsawan Aceh yang dihormati dan dikagumi.
***
Telah 105 tahun Tjoet Nyak Dhien pergi. Keberanian dan keteguhannya masih menggetarkan hingga kini. Sekarang yang tersisa adalah semangatnya dan juga namanya yang terpatri sebagai Pahlawan Nasional yang ditetapkan oleh Presiden Soekarno melalui SK Presiden RI No 106 Tahun 1964 pada tanggal 2 Mei 1964.
Lima tahun lalu juga muncul Perangko Peringatan 100 Tahun Tjoet Nyak Dhien. Makamnya di Sumedang masih terawat hingga kini. Menurut penjaga makam, makam Tjoet Nyak Dhien baru ditemukan pada tahun 1959 berdasarkan permintaan Gubernur Aceh, Ali Hasan.
Makam Tjoet Nyak Dhien pertama kali dipugar pada 1987 dan dapat terlihat melalui monumen peringatan di dekat pintu masuk yang tertulis tentang peresmian makam yang ditandatangani oleh Gubernur Aceh Ibrahim Hasan pada tanggal 7 Desember 1987.
Pada batu nissan Tjoet Nyak Dhien, tertulis riwayat hidupnya, tulisan bahasa Arab, Surah At-Taubah dan Al-Fajr, serta hikayat cerita Aceh.
Perjuangan Tjoet Nyak Dien juga diinterpretasi dalam film drama epos berjudul Tjoet Nja' Dhien pada tahun 1988 yang disutradarai oleh Eros Djarot dan dibintangi Christine Hakim sebagai Tjoet Nja' Dhien, dan merupakan film Indonesia pertama yang ditayangkan di Festival Film Cannes (tahun 1989).
Biografinya juga pernah dituangkan dalam bentuk cerita bergambar secara berseri dalam majalah anak-anak Ananda. Namanya juga terpatri pada sebuah kapal perang TNI AL yang diberi nama KRI Cut Nyak Dhien.
Adapun mata uang rupiah bernilai Rp 10.000 yang dikeluarkan tahun 1998 juga memuat gambar Tjoet Nyak Dhien dengan deskripsi Tjoet Njak Dhien. Namanya pun diabadikan di berbagai kota Indonesia sebagai nama jalan.
@JodhiY
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.