Hingga Minggu (19/1/2014), banjir di Jakarta juga semakin parah. Hujan deras yang mengguyur hulu sungai dan wilayah Jabodetabek membuat saluran air dan 13 sungai di Jakarta meluap dan menggenangi 564 rukun tetangga di 30 kecamatan di DKI Jakarta. Ketinggian air sekitar 5 sentimeter hingga 3 meter. Kondisi ini membuat 30.784 warga harus mengungsi.
Banjir juga menggenangi sejumlah titik jalan di Ibu Kota, termasuk jalur utama ke Jakarta Utara, yakni ruas Jalan S Parman di Tomang dan Grogol, Jalan RE Martadinata dan Jalan Gunung Sahari di Pademangan Barat, serta Jalan Yos Sudarso di Sunter dan Kelapa Gading. Arus barang dari dan menuju Pelabuhan Tanjung Priok pun tersendat, terutama di ruas Jalan Cakung-Cilincing dan Jalan Yos Sudarso.
Di beberapa titik jalan, seperti Jalan S Parman, Jalan Boulevard Barat Kelapa Gading, dan Jalan Gunung Sahari, beberapa jenis kendaraan tak bisa melintas karena tinggi genangan 40-60 sentimeter.
Di Jawa, banjir hampir merata di seluruh wilayah, dari Jawa Barat hingga Jawa Timur. Banjir di Kabupaten Subang, Jawa Barat, kemarin menyebabkan jalur utama pantura putus, mulai dari Kecamatan Patokbeusi, Ciasem, Sukasari, Pamanukan, hingga Pusakajaya. Ketinggian air di ruas jalan tersebut hingga 60 sentimeter. Hingga berita ini diturunkan, jalur utama pantura Subang masih macet total dengan panjang antrean sekitar 1,5 kilometer di kedua arah.
Kepala Taruna Siaga Bencana Kabupaten Subang Jajang mengatakan, alur kendaraan dialihkan ke jalur tengah, yakni melalui Sadang-Kalijati-Subang-Cikamurang-Kadipaten-Cirebon. Namun, jalur alternatif itu pun macet.
Banjir di Kabupaten Subang kemarin melanda 12 kecamatan dengan ketinggian air antara 30 sentimeter hingga 2 meter. Wilayah yang paling parah banjir adalah di Pamanukan, Ciasem, Pusakajaya, Sukasari, Legon Kulon, dan Tambak Dahan. Posko banjir di Pamanukan juga terendam air. Banjir di Jabar terjadi di 8 dari 28 kabupaten dan kota.
Kemacetan arus lalu lintas juga terjadi di jalur pantura (jalur Cirebon-Jakarta dan sebaliknya) di Desa Cilet, Simpang Sumber Mas, dan Desa Patrol, Kecamatan Patrol, Kabupaten Indramayu. Ruas jalan itu tergenang dengan ketinggian air 40 sentimeter. Banjir di Kecamatan Patrol terjadi sejak Jumat (17/1) dengan ketinggian air semula mencapai 1,5 meter.
Saat ini, banjir di Jateng terjadi di sejumlah wilayah utara, seperti Kota dan Kabupaten Pekalongan, Kota Semarang, Kabupaten Kudus, serta Kabupaten Pati. Banjir di wilayah utara Jateng ini cenderung lama surut karena pada saat bersamaan terjadi pasang air laut. Banjir di Kota dan Kabupaten Pekalongan, misalnya, terjadi sejak tiga hari lalu.
Di luar Jawa, banjir terjadi di sejumlah wilayah di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua. Di sejumlah wilayah bahkan terjadi banjir bandang, seperti di Manado, Sulawesi Utara; Kabupaten Dinggala, Sulawesi Tengah, dan di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Utara.
Banjir bandang ini tidak hanya menimbulkan kerugian material karena jalan putus, bangunan termasuk rumah rusak, serta harta benda hilang, tetapi juga menelan korban jiwa. Di Manado, banjir bandang dan longsor di sejumlah wilayah menyebabkan paling tidak 16 orang meninggal dan sekitar 10 orang masih tertimbun. Selain itu, sekitar 40.000 orang harus mengungsi. Pemerintah menetapkan banjir di Manado sebagai bencana nasional.
Bencana alam di sejumlah wilayah di Indonesia yang terjadi sejak akhir tahun lalu itu menimbulkan kerugian material yang tidak sedikit. Di Sulawesi Utara, misalnya, kerugian material akibat banjir bandang dan longsor di lima kabupaten/kota mencapai Rp 1,871 triliun. Di daerah lain, kerugian material belum terdata, tetapi yang jelas ribuan rumah dan gedung rusak, ribuan hektar lahan pertanian juga tergenang dan terancam gagal panen.
Kerugian material akibat bencana juga dialami warga korban erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Paling tidak 1.204 rumah hancur akibat erupsi Sinabung, kerugian diperkirakan Rp 20 miliar. Jumlah kerugian tersebut belum termasuk kerugian akibat kerusakan lahan pertanian akibat tersiram abu vulkanik.