Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Agar Berdaya Jual Lagi, Perlu Penyisihan Konvensi Demokrat

Kompas.com - 02/01/2014, 12:38 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat dinilai masih belum menemukan nilai jualnya di mata publik meski pada bulan Januari 2014 ini akan ada debat antar-11 peserta konvensi. Anggota Komite Konvensi, Effendi Ghazali, mengusulkan penyisihan peserta konvensi dilakukan secara berkala.

"Sebaiknya nanti ada penyisihan kalau melihat pengalaman beberapa bulan ini yang tidak menarik. Dari 11 peserta konvensi ini, misalnya, dilakukan penyisihan setiap kali hasil survei dikeluarkan," ujar Effendi saat dihubungi, Kamis (2/1/2014).

Survei konvensi akan dilakukan sebanyak tiga kali. Setiap hasil survei keluar, kata Effendi, penyisihan harus dilakukan.

"Misalkan dari yang 11 orang, menjadi 8 orang, kemudian 4 orang, dan akhirnya menjadi satu orang," tutur Effendi.

Pakar komunikasi politik Universitas Indonesia ini menyatakan, penyisihan yang selalu terjadi ini akan membuat setiap kandidat merasakan semangat kompetisi. Selain itu, Effendi meyakini sajian konvensi akan semakin menarik berkat adanya kontestasi.

"Walaupun Demokrat sudah menyatakan tak akan ada penyisihan, tapi saya akan usulkan dalam rapat komite besok," ucap Effendi.

Untuk mendukung usulan penyisihan ini, Effendi pun meminta agar hasil survei selalu dibuka kepada publik.

Seperti diberitakan, pelaksanaan Konvensi Capres Partai Demokrat mendapat kritik karena dianggap tidak populer. Berdasarkan survei yang dilakukan Founding Fathers House (FFH) pada 9 Oktober-9 November 2013, sebanyak 76 persen responden mengaku tidak tahu bahwa Partai Demokrat sedang melakukan konvensi. 

Hal senada juga terungkap dalam survei Center for Strategic and International Studies (CSIS) awal Desember 2013 lalu. Sebanyak 83,1 persen responden mengaku tidak mengetahui ajang penjaringan calon presiden partai SBY itu. Hanya16,9 persen masyarakat yang tahu Konvensi Capres Partai Demokrat. Peneliti CSIS, Tobias Basuki, mengatakan, survei ini menunjukkan terjadinya kegagalan dalam pelaksanaan konvensi. Padahal, Konvensi Demokrat ini sejatinya dilakukan untuk mengembalikan citra partai yang telah tersandung dalam banyak kasus korupsi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Nasional
Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Nasional
Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com