Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Juli-September 2013, Bulan Penembakan Anggota Polisi

Kompas.com - 30/12/2013, 18:26 WIB
Dani Prabowo

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Sepanjang Juli hingga September 2013 sepertinya momok bagi seluruh anggota kepolisian. Lebih khusus, mereka yang tengah bertugas dengan mengenakan seragam dinas. Pasalnya, sepanjang bulan itu setidaknya terjadi lima kali kasus penembakan terhadap anggota kepolisian.

Kasus penembakan terhadap anggota Satuan Lalu Lintas Polsek Gambir, Aipda Patah Saktiyono. pada 27 Juli 2013 menjadi kasus penembakan pertama yang terjadi terhadap anggota kepolisian. Saktiyono ditembak oleh orang tak dikenal di depan Ruko Bali View Point, Jalan Cirendeu Raya, Ciputat, Tangerang Selatan, sekira pukul 04.30 WIB. Beruntung, dalam penembakan tersebut ia hanya mengalami luka.

Kemudian, pada 7 Agustus 2013 sebuah peluru mengenai pelipis kiri Aiptu Dwiyatno. Ia ditembak orang tak dikenal di depan Gang Mandor, Jalan Otista Raya, Ciputat, Tangerang Selatan, sekira pukul 04.30 WIB. Sayangnya, nyawanya tak tertolong meski telah mendapatkan pertolongan di Rumah Sakit Sari Asih, Ciputat.

Selang sepekan, giliran dua anggota Polsek Pondok Aren yang menjadi korban penembakan oleh orang tak dikenal. Kedua korban tersebut yakni Aiptu Kushendratna dan Bripka Ahmad Maulana. Keduanya ditembak di depan Masjid Bani Umar, Jalan Graha Raya, Kelurahan Perigi Baru, Kecamatan Pondok Aren.

Di tengah penyelidikan atas ketiga kasus penembakan tersebut, pada 10 September 2013 justru kembali terjadi kasus penembakan terhadap anggota kepolisian. Kali ini, penembakan telah bergeser ke tengah kota yakni tepatnya di depan Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi. Korban penembakan diketahui bernama Bripka Sukardi, anggota Provos Ditpolairud Baharkam Polri. Sukardi tewas ditembak ketika tengah mengawal enam kontainer truk yang memuat material baja konstruksi.

Kasus penembakan terakhir terjadi di Depok, Jawa Barat, pada 13 September 2013. Saat itu, Briptu Ruslan, anggota Sabhara Mabes Polri tengah mencuci sepeda motor Kawasaki Ninja 250 cc miliknya di Arema Car Wash yang terletak di Perumahan Bhakti ABRI, Cimanggis, Depok. Dalam penembakan tersebut, sepeda motor korban raib digondol pelaku.

Motif penembakan

Berbagai macam spekulasi bermunculan terhadap motif di balik penembakan polisi tersebut. Ada yang menyebutkan jika penembakan polisi didasari atas balas dendam, ada pula yang menyebutkan jika motif di balik penembakan tersebut didasarkan persaingan bisnis.

Seperti pada kasus tiga penembakan pertama. Dapat dikatakan bahwa lokasi penembakan tersebut hampir berdekatan yakni di kawasan Tangerang Selatan. Sejumlah pengamat teroris mengaitkan kasus penembakan ini sebagai upaya balas dendam atas sejumlah penangkapan gembong teroris oleh Detasemen Khusus 88 Antiteror. Dalam beberapa kali penangkapan gembong teroris, tak sedikit teroris yang tewas pasca-baku tembak dengan petugas, salah satunya Noordin M Top yang tewas pada 2009 lalu.

Pengamat teroris, Al Chaidar ketika dihubungi Kompas.com beberapa waktu lalu menyatakan, sebetulnya yang menjadi target serangan para teroris tersebut adalah anggota Densus 88. Namun, tak mudah bagi mereka untuk menjumpai anggota Densus 88 di jalan sehingga mereka cenderung menyerang polisi yang terlihat lemah seperti dari polantas atau yanma.

Namun, untuk kasus penembakan di depan Gedung KPK, Mabes Polri menyatakan bahwa kejadian itu berbeda dengan penembakan sebelumnya. Sayangnya, Polri enggan membeberkan perbedaan mencolok antara penembakan tersebut dan penembakan sebelumnya.

Berdasarkan keterangan yang dihimpun, perbedaan mencolok terlihat dari pelaku penembakan. Pada tiga penembakan pertama, pelaku langsung melarikan diri seusai menembak korban. Namun, pada penembakan Sukardi, pelaku tak langsung kabur, tetapi turun dahulu dari kendaraannya untuk memastikan apakah korban sudah tewas atau belum. Hal itu diketahui dari rekaman CCTV yang ada di KPK pada saat itu.

Dalam hal ini kemudian muncul dugaan jika Sukardi ditembak oleh kelompok profesional. Dugaan itu muncul lantaran menjelang tewas Sukardi tengah mengawal truk pengangkut alat konstruksi. Sejumlah pengamat kemudian mengaitkan kasus ini dengan persaingan bisnis pengawalan yang kerap dilakukan aparat keamanan. Namun, Wakapolri Komisaris Jenderal Oegroseno sendiri ketika itu meminta agar masyarakat bersabar dan tidak menarik kesimpulan sendiri atas kasus penembakan yang terjadi hingga pelaku penembakan tertangkap.

Sementara pada kasus penembakan terakhir, Polri telah menyimpulkan bahwa penembakan terhadap Briptu Ruslan merupakan kasus kriminal biasa. Kesimpulan itu diambil Polri lantaran sepeda motor korban dibawa kabur oleh pelaku seusai penembakan.

Penangkapan pelaku

Pasca-kasus penembakan di Tangerang Selatan, Polda Metro Jaya kemudian menyebar foto wajah pelaku penembakan. Identitas pelaku berdasarkan foto yang disebar diketahui bernama Nurul Haq alias Jeck (28) dan Hendi Albar (30).

Berbagai upaya penangkapan terhadap para pelaku penembakan terus dilakukan Densus 88. Hingga saat ini Polri mengklaim telah menangkap sebanyak delapan orang yang diduga menjadi pelaku penembakan di Tangerang Selatan.

Kedelapan pelaku penembakan tersebut ditangkap di sejumlah lokasi berbeda, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Beberapa di antara lokasi penangkapan adalah Sumedang, Kebumen, Yogyakarta, Tangerang, Bone, dan Nusa Tenggara Barat.

Namun, dari delapan orang yang ditangkap, tidak ada aktor utama eksekusi penembakan yang ditangkap. Mereka yang ditangkap hanya berperan sebagai perakit senjata dan pendistribusi senjatan hingga ke tangan eksekutor. Selain itu, ada pula yang berperan sebagai penyedia sepeda motor bagi kedua pelaku.

Selain menangkap orang yang diduga pelaku, polisi telah mengidentifikasi kelompok penembakan. Hal itu diketahui dari hasil penangkapan dua terduga teroris di Lamongan dan Bekasi pada 15 Desember 2013. Kedua orang itu adalah Raden Irwan alias Arkom dan Abidin.

Raden Irwan ditangkap Densus 88 di Lamongan, Jawa Timur. Sementara Abidin ditangkap di Kali Abang Nangka, Bekasi Utara, Jawa Barat, pada hari yang sama. Kedua terduga teroris berasal dari jaringan Kodrat.

Kendati demikian, Kepala Bagian Penerangan Masyarakat Humas Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan, pihaknya belum memastikan apakah kedua orang tersebut terlibat dalam kasus penembakan polisi. Ia menyatakan, kelompok keduanyalah yang diduga terlibat dalam kasus penembakan tersebut.

Untuk diketahui, kelompok teroris Kodrat alias Deko merupakan bagian dari kelompok yang dibina oleh jaringan teroris Abu Omar. Abu Omar diketahui juga merupakan pimpinan dari kelompok teroris Mujahidin Indonesia Barat (MIB).

PR Sutarman

Banyaknya aksi penembakan terhadap anggota kepolisian tentu saja menjadi keprihatinan  bersama. Namun, hal ini juga menjadi sebuah pekerjaan rumah besar bagi Sutarman untuk mengungkap semua kasus yang ada.

Sebagai institusi yang bertugas untuk melindungi dan mengayomi masyarakat, polisi justru menjadi sasaran tembak oleh orang tak dikenal. Teror serupa tentu dapat pula terjadi terhadap institusi penegak hukum lainnya sehingga akan mengganggu stabilitas keamanan di masyarakat.

Terlebih lagi, hingga saat ini Polri baru dapat menangkap sejumlah pelaku yang diduga terlibat dalam kasus penembakan polisi di Tangerang Selatan. Sementara itu, pelaku penembakan di depan Gedung KPK dan Depok hingga kini masih berkeliaran secara bebas. Artinya, kemungkinan terjadinya kasus penembakan serupa di masa yang akan datang tak tertutup.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PKS Bakal Temui Cak Imin dan PKB, Bahas Rencana Duet Anies-Sohibul di Pilkada Jakarta

PKS Bakal Temui Cak Imin dan PKB, Bahas Rencana Duet Anies-Sohibul di Pilkada Jakarta

Nasional
Dompet Dhuafa Hadiri Kegiatan Peletakan Batu Pertama Pembangunan Masjid di Vietnam

Dompet Dhuafa Hadiri Kegiatan Peletakan Batu Pertama Pembangunan Masjid di Vietnam

Nasional
Yakin Tak Blunder Usung Anies-Sohibul di Pilkada, PKS: Kami Bukan Pemain Baru di Jakarta

Yakin Tak Blunder Usung Anies-Sohibul di Pilkada, PKS: Kami Bukan Pemain Baru di Jakarta

Nasional
Demo Tolak Revisi UU Polri, Aliansi Masyarakat Sipil: Kekuasaan Polisi Bakal Melebihi Presiden

Demo Tolak Revisi UU Polri, Aliansi Masyarakat Sipil: Kekuasaan Polisi Bakal Melebihi Presiden

Nasional
Yakin Partai Lain Tertarik Usung Anies-Sohibul, PKS: Siapa yang Enggak Mau Aman?

Yakin Partai Lain Tertarik Usung Anies-Sohibul, PKS: Siapa yang Enggak Mau Aman?

Nasional
Sejumlah Nama yang Disiapkan PDI-P untuk Pilkada: Risma-Azwar Anas di Jatim, Andika Perkasa di Jateng

Sejumlah Nama yang Disiapkan PDI-P untuk Pilkada: Risma-Azwar Anas di Jatim, Andika Perkasa di Jateng

Nasional
PKS Enggan Tawarkan Partai KIM untuk Usung Anies-Sohibul, tetapi Berbeda dengan PDI-P

PKS Enggan Tawarkan Partai KIM untuk Usung Anies-Sohibul, tetapi Berbeda dengan PDI-P

Nasional
Soal Tawaran Kursi Cawagub Pilkada Jakarta oleh KIM, PKS: Beri Manfaat atau Jebakan?

Soal Tawaran Kursi Cawagub Pilkada Jakarta oleh KIM, PKS: Beri Manfaat atau Jebakan?

Nasional
Yakin Tak Ditinggal Partai Setelah Usung Anies-Sohibul, PKS: Siapa yang Elektabilitasnya Paling Tinggi?

Yakin Tak Ditinggal Partai Setelah Usung Anies-Sohibul, PKS: Siapa yang Elektabilitasnya Paling Tinggi?

Nasional
PKS Ungkap Surya Paloh Berikan Sinyal Dukungan Anies-Sohibul untuk Pilkada Jakarta

PKS Ungkap Surya Paloh Berikan Sinyal Dukungan Anies-Sohibul untuk Pilkada Jakarta

Nasional
Soal Jokowi Tawarkan Kaesang ke Parpol, Sekjen PDI-P: Replikasi Pilpres

Soal Jokowi Tawarkan Kaesang ke Parpol, Sekjen PDI-P: Replikasi Pilpres

Nasional
KPK Segera Buka Data Caleg Tak Patuh Lapor Harta Kekayaan

KPK Segera Buka Data Caleg Tak Patuh Lapor Harta Kekayaan

Nasional
KPK Kembali Minta Bantuan Masyarakat soal Buronan Harun Masiku

KPK Kembali Minta Bantuan Masyarakat soal Buronan Harun Masiku

Nasional
[POPULER NASIONAL] PDI-P Bantah Hasto Menghilang | Kominfo Tak Respons Permintaan 'Back Up' Data Imigrasi

[POPULER NASIONAL] PDI-P Bantah Hasto Menghilang | Kominfo Tak Respons Permintaan "Back Up" Data Imigrasi

Nasional
Tanggal 2 Juli 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 2 Juli 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com