Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belum Aman, Ical Akan Terus Digoyang soal Jabatan Ketum

Kompas.com - 26/11/2013, 09:04 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie alias Ical tersenyum lebar saat penutupan acara Rapat Pimpinan Nasional V Partai Golkar di Jakarta, Sabtu (23/11/2013). Tak ada lagi suara sumbang yang menginginkan pencalonan Ical sebagai presiden 2014 dievaluasi, termasuk soal logistik yang sebelumnya ramai diributkan.

Namun, posisi Ical dinilai tetap belum aman. Wakil Sekretaris Jenderal Partai Golkar Tubagus Ace Hasan Syadzily mengakui masih ada satu hal yang bisa menggoyang posisi Ical, yakni terkait masa jabatan ketum yang diprotes pengurus daerah.

Masa jabatan Ical kini dianggap telah menyalahi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Partai Golkar. Di dalam AD/ART, jabatan ketum hanya 5 tahun. Namun, saat Ical terpilih dalam Musyawarah Nasional (Munas) pada 2009, masa jabatannya mencapai 6 tahun sehingga berakhir pada 2015.

Ace mengatakan, di dalam Rapimnas disepakati bahwa persoalan masa jabatan ini dipendam lebih dulu agar tidak memecah konsentrasi kader dalam mempersiapkan diri untuk pemilihan legislatif yang digelar pada April 2014.

"Sekarang kami abaikan dulu secara resmi karena ini tergantung pileg. Kalau Golkar jeblok, misalnya suaranya di bawah 20 persen, maka munas diwacanakan untuk dipercepat karena terkait evaluasi kepemimpinan partai," kata Ace di Jakarta, Senin (25/11/2013).

Menurut Ace, persoalan masa jabatan Ical ini sangat krusial. Pasalnya, siapa pun ketum nantinya, pemimpin itu memiliki kuasa yang sangat besar dalam menentukan koalisi hingga menyusun kabinet. "Dia (ketum baru) juga akan memutuskan terlibat dalam pemerintahan atau tidak," katanya.

Ace mengakui dipendamnya persoalan bursa ketum ini lantaran isu tersebut sangat sensitif dan dapat memecah belah internal Partai Golkar. Apalagi, Partai Golkar sudah memiliki faksi-faksi yang tumbuh subur.

Jika isu ini terus digulirkan, Ace menyebut friksi-friksi tidak bisa dihindari yang akhirnya membuat kacau persiapan Pemilu 2014.

Isu suksesi ketum

Dalam forum Rapimnas, sebanyak 33 Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar di seluruh Indonesia menyuarakan ketidaksenangan atas isu suksesi ketum Partai Golkar. Isu itu dinilai akan mengganggu konsolidasi Partai Golkar menjelang Pemilu 2014.

"Pergerakan komunikasi politik terkait suksesi kepemimpinan Golkar pasca-ARB ini bisa mengganggu pileg dan pilpres," ujar Ketua DPD Partai Golkar Sulawesi Tenggara Ridwan Bae saat mewakili pengurus DPD Partai Golkar tingkat provinsi memberikan pandangan dalam Rapimnas V Partai Golkar, Sabtu (23/11/2013).

Ridwan menyatakan, pengurus daerah tingkat I mengharapkan para elite partai berlambang pohon beringin itu untuk segera menghentikan agenda suksesi. Elite Golkar, sambung Ridwan, juga harus memfokuskan tenaga dan pikirannya dalam persiapan pileg dan pilpres.

"Hindari agenda politik internal yang dapat mengganggu konsolidasi internal," ucap Ridwan.

Saat ini, baru ada satu calon ketum Partai Golkar yang sudah resmi mendeklarasikan diri bakal mengganti posisi Ical, yakni Waketum Golkar dan Ketua Umum Kosgoro, Agung Laksono. Bahkan Agung mengusulkan agar masa jabatan Ical dipersingkat menjadi 5 tahun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Nasional
Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Nasional
Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Nasional
Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Nasional
Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Nasional
9 Kabupaten dan 1 Kota  Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

9 Kabupaten dan 1 Kota Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

Nasional
KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat 'Dirawat Sampai Sembuh'

KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat "Dirawat Sampai Sembuh"

Nasional
BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

Nasional
BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

Nasional
PBNU Gelar Karpet Merah Sambut Prabowo-Gibran

PBNU Gelar Karpet Merah Sambut Prabowo-Gibran

Nasional
KPK Nonaktifkan Dua Rutan Buntut Pecat 66 Pegawai yang Terlibat Pungli

KPK Nonaktifkan Dua Rutan Buntut Pecat 66 Pegawai yang Terlibat Pungli

Nasional
BNPB: 4 Orang Luka-luka Akibat Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut

BNPB: 4 Orang Luka-luka Akibat Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut

Nasional
Prahara di KPK: Usai Laporkan Albertina Ho, Nurul Ghufron Dilaporkan Novel Baswedan Cs Ke Dewas

Prahara di KPK: Usai Laporkan Albertina Ho, Nurul Ghufron Dilaporkan Novel Baswedan Cs Ke Dewas

Nasional
BNPB: Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut Rusak 27 Unit Rumah, 4 di Antaranya Rusak Berat

BNPB: Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut Rusak 27 Unit Rumah, 4 di Antaranya Rusak Berat

Nasional
Tanggal 1 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 1 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com