Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelanggaran HAM, Pemerintah Jangan Diam…

Kompas.com - 08/11/2013, 11:33 WIB

KOMPAS.com - Puluhan orang berdiri membentuk lingkaran di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (7/11) sekitar pukul 17.00. Seseorang yang berada di tengah lingkaran berteriak, ”Hidup korban….” Yang membentuk lingkaran serempak menjawab, ”Jangan diam! Jangan diam!” Yang lain serempak menjawab, ”Lawan…!”

Aksi puluhan orang itu adalah aksi rutin yang dilakukan setiap Kamis, yang disebut Aksi Kamisan. Aksi yang dimulai sejak 2007 ini dimaksudkan untuk menuntut penuntasan berbagai kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Indonesia.

Beberapa di antaranya maju ke tengah lingkaran untuk mengungkapkan unek-uneknya. Salah seorang di antaranya Ruyati Darwin. Dia diminta sekaligus untuk memimpin doa.

Ruyati Darwin, perempuan berusia 65 tahun itu, mengungkapkan unek-unek dan memimpin doa. Ia adalah ibu Eten Karyana, korban kerusuhan 13-15 Mei 1998. Dalam kerusuhan itu, menurut hasil penyelidikan Tim Pro Justisia Komisi Nasional HAM, 293 orang tewas, 1.344 bangunan rusak dan dibakar, 1.009 kendaraan roda empat rusak/dibakar, dan 205 kendaraan roda dua rusak/dibakar.

Mata Ruyati tampak berkaca-kaca. Suaranya lirih dan terbata-bata. ”Kita berdiri supaya pemerintah tahu bahwa kita masih ada. Kita menuntut keadilan dan berharap pemerintah cepat sadar,” katanya.

Setiap Kamis, dia berangkat naik kereta dari Stasiun Buaran menuju Stasiun Cikini. Dari Stasiun Cikini, dia berjalan kaki menuju kantor Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), kemudian bersama rombongan menuju Istana Merdeka. ”Ibu merasa enggak puas kalau enggak ikut KamisPemerintah Jangan Diam…an. Ibu berjuang untuk anak ibu,” tuturnya.

Aksi Kamisan kemarin adalah aksi yang ke-328. Bedjo Untung, korban Gerakan 30 September 1965, mengatakan, aksi diam yang mereka lakukan adalah upaya untuk melawan lupa. Menurut dia, pemerintah terkesan mengabaikan peristiwa yang terjadi di masa lalu dan menganggap semuanya sudah selesai.

Aksi Kamisan diilhami aksi kaum ibu di Plaza de Mayo, Buenos Aires, Argentina. Setiap Kamis sore, setengah jam, mereka berjalan mengitari Plaza de Mayo di depan Istana Presiden Argentina The Casa Rosada.

Aksi yang dimulai 30 April 1977 ini dipelopori 14 ibu yang anak atau keluarganya diculik rezim militer Argentina tahun 1976-1983. Setelah 25 tahun, tuntutan ibu-ibu di Plaza de Mayo akhirnya didengar dan dipenuhi pemerintah. Bahkan, mendorong lahirnya Konvensi Anti-penghilangan Orang secara Paksa yang disahkan Majelis Sidang Umum PBB pada 19 Desember 2006. (JUM)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemendesa PDTT Apresiasi Konsistensi Pertamina Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

Kemendesa PDTT Apresiasi Konsistensi Pertamina Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

Nasional
Pospek Kinerja Membaik, Bank Mandiri Raih Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings

Pospek Kinerja Membaik, Bank Mandiri Raih Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings

Nasional
Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem 'Mualaf Oposisi'

Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem "Mualaf Oposisi"

Nasional
Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi 'King Maker'

Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi "King Maker"

Nasional
Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

Nasional
Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Nasional
Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Nasional
Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

Nasional
Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

Nasional
Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

Nasional
Refly Harun Ungkap Bendera Nasdem Hampir Diturunkan Relawan Amin Setelah Paloh Ucapkan Selamat ke Prabowo

Refly Harun Ungkap Bendera Nasdem Hampir Diturunkan Relawan Amin Setelah Paloh Ucapkan Selamat ke Prabowo

Nasional
UU Pilkada Tak Izinkan Eks Gubernur Jadi Cawagub, Wacana Duet Anies-Ahok Buyar

UU Pilkada Tak Izinkan Eks Gubernur Jadi Cawagub, Wacana Duet Anies-Ahok Buyar

Nasional
Jemaah Haji Tak Punya 'Smart Card' Terancam Deportasi dan Denda

Jemaah Haji Tak Punya "Smart Card" Terancam Deportasi dan Denda

Nasional
Sebelum Wafat, Jampidum Kejagung Sempat Dirawat di RSCM 2 Bulan

Sebelum Wafat, Jampidum Kejagung Sempat Dirawat di RSCM 2 Bulan

Nasional
Jampidum Kejagung Fadil Zumhana Meninggal Dunia

Jampidum Kejagung Fadil Zumhana Meninggal Dunia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com