Namun, apakah kaum muda memang telah mendapat kesempatan penuh untuk tampil memimpin?
Suara publik terhadap persoalan ini terbelah. Sebagian responden menilai kaum muda saat ini belum diberi kesempatan penuh untuk tampil dalam proses pergantian kepemimpinan di Indonesia. Sebagian lainnya menilai sebaliknya. Menurut mereka, sejumlah peluang telah diberikan kepada kaum muda, tetapi mereka tidak bersedia merebut tongkat estafet tersebut dan mengambil alih kepemimpinan.
Sejumlah dinamika di masyarakat sendiri merekam bagaimana kaum muda menyimpan potensinya sebagai aktor perubahan itu sendiri.
Sebut saja Pemilihan Kepala Daerah Jakarta 2012. Sejumlah relawan pendukung pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama dimotori oleh kalangan muda. Mereka kreatif menciptakan bentuk kampanye yang akrab bagi kaum muda, mulai dari lagu, baju kotak-kotak, sampai kampanye melalui sosial media. Upaya ini akhirnya sukses mengantarkan pasangan ini menang di pilkada.
Di luar urusan politik, banyak anak muda Indonesia sukses meraih prestasi, bahkan mendunia. Sebut saja profesor muda Khoirul Anwar (35) yang menjadi pemilik paten sistem telekomunikasi berbasis teknologi 4G (M Alfan dan Arimy Adi S, 2013).
Kecenderungan yang lain juga bisa dilihat dari peluang kaum muda memasuki dunia politik. Komposisi kursi anggota DPR dari 1999-2009 memperlihatkan jumlah politisi muda (usia 25-50 tahun) terus meningkat. Periode 2009-2014 jumlah politisi muda mencapai 66 persen. Angka ini melonjak dibandingkan dua periode sebelumnya, yakni 49 persen (2004-2009) dan 38,8 persen (1999-2004).
Terkait regenerasi kepemimpinan, lebih dari separuh responden (62,3 persen) menginginkan kepemimpinan nasional mendatang berasal dari tokoh-tokoh muda yang berusia 31-50 tahun, bahkan sebagian di antaranya berharap mereka yang berusia 31-40 tahun tampil sebagai pemimpin.
Sikap responden ini menjadi potret keinginan publik akan sebuah perubahan. Umum diketahui bahwa hingga saat ini, mayoritas pemimpin wilayah, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten kota, masih dikuasai mereka yang berusia di atas 50 tahun.
Namun, di sisi lain, publik menyadari bahwa kemampuan pemuda memegang tampuk kepemimpinan nasional masih harus diuji. Pemuda sebaiknya membuktikan diri, terutama dalam menelurkan gagasan-gagasan segar yang menyangkut kehidupan kemasyarakatan. Sebagian besar responden dari kelompok muda sendiri (17-30 tahun) menilai gagasan-gagasan pemuda dalam mengatasi sejumlah persoalan bangsa cenderung hanya mengikuti apa yang telah dilakukan generasi sebelumnya.
Inilah tantangan sekaligus ujian sesungguhnya bagi kaum muda saat ini. Di satu sisi, mereka dilihat sebagai entitas yang belum memberi kontribusi bagi bangsa. Di sisi lain, mereka menyimpan potensi dan diharapkan mampu tampil dalam panggung kepemimpinan politik nasional. (LITBANG KOMPAS)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.