Bagaimana dengan lebaran kali ini, apakah anda juga pulang mudik seperti saya? Membawa serta keluarga menuju rumah di mana orang tua dan saudara-saudara kita bermukim di kampung atau kota kecil yang jauh dari hiruk-pikuk Jakarta?
Saya sungguh bersyukur, bahwa ternyata saya memiliki kampung. Sekali lagi kampung! Sebuah tempat bagi saya untuk menemukan kembali kepingan-kepingan jiwa saya yang berantakan oleh kesibukan kota Jakarta.
Kampung, ya kampung, nama lain untuk desa atau kelurahan yang merupakan satuan pembagian administratif daerah yang terkecil di bawah kecamatan/mukim/distrik/banua (benua). Kampung sebagai sinonim dari istilah desa ini dipakai di beberapa tempat. Di Lampung, istiah kampung dipakai di (Kab. Lampung Tengah, Tulangbawang, Tulangbawang Barat, Mesuji, dan Way Kanan), Papua dan Kalimantan Timur (Berau dan Kutai Barat).
Kampung bagi saya adalah 'rumah' untuk mengawali pergi dan pulang. Serupa pusaka yang senantiasa terekam di benak dan hati kendati saya telah menjelajah ke tempat-tempat yang jauh. Sebab, di kampung itulah saya diajari kebaikan pekerti dan ketulusan hati.
Makanya saya suka keheranan, manakala ada orang yang menyebut 'kampungan' kepada orang yang kurang berbudi. Entah siapa yang memulai, orang kota sering berolok-olok kepada mereka yang norak dan tak tahu aturan dengan sebutan "kampungan!". Padahal yang kerap tak tahu tata-krama biasanya orang kota, kenapa sekali-sekali kita tak menyebutnya "kotaan", begitu?
Kata kampung, konon, diambil dari bahasa Portugis; campo, tempat perkemahan. Nama-nama daerah di Kamboja juga sering disebut kompong yang merupakan sebuah distrik yang seringkali dipakai sebagai nama provinsinya. Istilah kampung dalam bahasa Aceh disebut gampong dan dalam bahasa Minang disebut kampuang.
Setelah setahun meninggalkan ibu, saudara dan tetangga di kampung, kini saya kembali lagi hendak menjenguk kampung saya. Sebuah perjalanan paling akbar bagi orang Indonesia, bahkan mungkin peristiwa migrasi paling besar di dunia setiap tahunnya. Dari data Kementerian Perhubungan, total jumlah pemudik tahun 2013 mencapai 30 juta orang. Para pemudik tersebut dibagi ke dalam dua bagian yakni pengguna kendaraan pribadi dan pengguna kendaraan umum.
"Total jumlah pemudik menggunakan kendaraan umum dan pribadi diperkirakan lebih dari 30 juta manusia," ujar Menteri Perhubungan EE Mangindaan, Kamis (1/8/2013).
Menhub mengungkapkan pada tahun ini diperkirakan jumlah yang melakukan perjalanan mudik menggunakan angkutan umum saja ada 18.098.837 orang. Sementara itu jumlah kendaraan pribadi yang akan dipergunakan untuk perjalanan mudik tahun ini adalah diperkirakan sebanyak 3.027.263 unit untuk sepeda motor dan mobil pribadi sebanyak 1.756.775 unit
Ya, ya... dalam dua minggu ke depan jutaan orang akan memenuhi jalanan menuju asal muasal cerita: kampung!
Mobil, kereta, pesawat, kapal laut, bus dan motor dipilih orang sesuai selera mereka untuk mudik ke kampung halaman.
Kendati keluarga saya kerap berpindah tempat di kala saya masih kecil hingga remaja, tapi tetap masih di sekitar wilayah Jawa Tengah bagian selatan, tepatnya di eks-Karesidenan Banyumas. Wilayah yang cukup jauh dari pusat kekuasaan negeri ini. Karenanya, saya merasa tetap masih memiliki kampung.
Pernah pada suatu masa, keluarga saya tinggal di sebuah perkebunan, lalu di perkampungan yang tandus–keduanya di Kabupaten Cilacap. Dan kini, keluarga saya menetap di kota kecil bernama Wangon, Kabupaten Banyumas. Sebuah kota yang mendadak ramai tiap kali lebaran tiba, lantaran berada di persimpangan jalan menuju Bandung, Cilacap, Yogyakarta, dan Tegal.