Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Spektrum Ramadhan di Penjuru Dunia

Kompas.com - 23/07/2013, 10:20 WIB

Spektrum awal Ramadhan 1434 H yang merentang pada tiga hari dan tanggal Masehi (Tarikh Umum) berbeda, di satu sisi bisa dilihat sebagai dinamisnya Umat Islam masa kini dalam menghadapi perbedaan pendapat (khilafiyah). Namun, di sisi lain, hal semacam ini membuat dahi berkerut, mengapa bisa terjadi?

Sebab, meskipun beda pendapat merupakan hal wajar di antara Umat Islam namun menjadi tak wajar jika terpelihara/dipelihara dan terlalu ditonjolkan sehingga mengabaikan kepentingan bersama yang lebih luas. Termasuk dalam hal kalender Hijriah, yang menjadi cerminan dari daya lenting peradaban Islam.

Muncul pula pertanyaan tentang bagaimana peranan suprastruktur seperti OKI (Organisasi Kerjasama Islam) dalam mencari soluasi atas hal ini, khususnya ISESCO (Islamic Educational, Scientific and Cultural Organization)?

Spektrum awal Ramadhan 1434 H tak terlepas dari kegamangan Umat Islam dalam memosisikan kalendernya pada dinamika dunia masakini, khususnya pasca 1884. Saat itu, hampir semua kekuatan adidaya bertemu di Washington (AS) dalam tajuk Konferensi Meridian guna mengharmonisasi kalender Matahari yang sudah meluas penggunaannya. Namun, belum baku sehingga antar negara masih bertikai satu dengan lain terutama dalam garis acuan (garis bujur nol).

Apalagi, tak ada metode obyektif untuk menentukan posisi garis bujur nol. Sangat berbeda dengan metode penentuan garis khatulistiwa yang bisa dilakukan dengan mengacu pada peredaran semu tahunan benda-benda langit. Sedangkan peranan garis bujur nola sangat penting, selain sebagai acuan kalender juga sebagai acuan pembagian zona waktu bagi seluruh permukaan Bumi.

Maka, penentuannya hanya bisa secara subyektif, atas kesepakatan bersama antar manusia. Dan konferensi itu memutuskan dengan cara voting, bahwa garis bujur nol adalah garis imajiner yang melintasi kompleks Observatorium Kerajaan di Greenwich (Inggris). Dan garis sebaliknya, yakni garis bujur 180, dinyatakan sebagai Garis Tanggal Internasional. Dalam konferensi itu Dunia Islam diwakili Turki Utsmani, yang secara mengejutkan menyatakan dukungannya bagi garis Greenwich.

Pasca 1884 terbentuk pemahaman “dunia” (yakni muka Bumi) adalah merentang di antara garis bujur 180 BB hingga 180 BT, yakni kawasan satu hari (Masehi) dan satu tanggal (Masehi) secara global. Pemahaman ini berimplikasi dalam praktik penggunaan kalender Hijriah antarnegara-negara Islam/berpenduduk mayoritas Muslim maupun komunitas Muslim, khususnya setelah ide mengglobalkan kalender Hijriyyah lahir.

Muncul harapan agar seluruh dunia bisa menjalani satu hari dan satu tanggal Hijriah yang sama tanpa terkecuali, sebagaimana yang telah terjadi pada kalender Masehi.

Namun, gagasan ini harus terbentur realitas bahwa kalender Hijriah dan Masehi memiliki perbedaan amat mendasar salah satunya dalam pergantian hari. Bagi kalender Masehi, pergantian hari terjadi pukul 00:00 waktu lokal, saat Matahari rata-rata (bukan aktual) mengalami kulminasi bawah. Kulminasi Matahari, baik atas maupun bawah, selalu terjadi tatkala proyeksi Matahari di persis berada di garis imajiner utara-selatan setempat, atau persis di garis bujur setempat.

Waktu terjadinya kulminasi bawah Matahari di sepanjang satu garis bujur selalu sama sehingga wajar bila pergantian hari Masehi bisa dilakukan mengacu garis bujur saja. Sebaliknya pergantian hari Hijriah terjadi pada saat Matahari aktual terbenam. Dan titik-titik di sepanjang satu garis bujur yang sama tidak mengalami terbenamnya Matahari pada jam yang sama pula. Sehingga sangat sulit untuk menggunakan garis bujur tertentu sebagai acuan bagi pergantian hari Hijriah.

* Muh Ma'rufin Sudibyo, Koordinator Riset Jejaring Rukyatul Hilal Indonesia & Ketua Tim Ahli Badan Hisab dan Rukyat Daerah Kebumen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com