Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

SBY, Memelihara Rasa Aman Setelah 2 Periode

Kompas.com - 14/02/2013, 09:31 WIB
Tomy Trinugroho A.

Penulis

KOMPAS.com - Tak banyak yang menyangka, Susilo Bambang Yudhoyono akan turun memimpin langsung penataan Partai Demokrat. Pengambilalihan kekuasaan secara halus itu ditempuh karena opsi mencopot Ketua Umum Anas Urbaningrum lewat kongres luar biasa bakal membuat partai terbelah.

Meski tidak lewat jalur KLB, pengambilalihan wewenang ketua umum secara halus ini tetap membuat banyak kalangan terkejut. SBY yang dinilai tertib aturan ternyata berani menempuh tindakan yang sangat terbuka untuk ditafsirkan sebagai langkah inkonstitusional.

Sejumlah petinggi Demokrat menyatakan, tindakan SBY merupakan wujud sikap sayangnya kepada Demokrat. Isu korupsi yang menimpa mantan Bendahara Umum M Nazaruddin, mantan Wakil Sekretaris Jenderal Angelina Sondakh, dan Anas dua tahun terakhir memberikan kontribusi bagi turunnya elektabilitas Demokrat.

Namun, langkah SBY yang turun tangan langsung memperbaiki Demokrat membuat dirinya seperti turun level. ”Selama ini, SBY berada di atas faksi-faksi yang berkonflik di Demokrat. Setelah menyatakan perangkat partai bertanggung jawab kepada majelis tinggi, SBY jadi salah satu faksi yang berkonflik. SBY tidak lagi jadi sosok yang dapat menyatukan faksi-faksi,” kata pengamat dari Charta Politika, Yunarto Wijaya.

Ingar-bingar ini tak berhenti di Demokrat. Istana yang merupakan representasi pusat kekuasaan negara, dan seharusnya tak memiliki hubungan dengan Demokrat, juga terseret-seret. Meski dibantah, staf di lingkungan Istana disebut-sebut terlibat membocorkan dokumen KPK yang menyebutkan Anas sebagai tersangka.

Dalam konteks situasi setelah pengambilalihan kekuasaan Demokrat, status hukum Anas adalah kunci dan mendapat legitimasi kuat. Hal sebaliknya akan terjadi jika Anas tak juga ditetapkan sebagai tersangka.

Langkah SBY memimpin langsung penataan juga dikritik banyak pihak karena mengesampingkan tugas sebagai presiden. SBY menggelar konferensi pers di luar negeri dan mengirim pesan singkat dari Arab Saudi soal kondisi Demokrat.

KPK pun seperti terseret dalam pusaran dinamika Demokrat. Gara-gara foto dokumen surat perintah penyidikan yang menyebutkan Anas sebagai tersangka beredar, KPK kalang kabut. Investigasi dilakukan untuk mencari pembocor di KPK.

Dengan dampak Istana terseret, SBY dikecam, dan KPK bentuk tim investigasi, muncul pertanyaan: apa yang ingin dituju SBY? Mengapa penyelamatan yang dapat ditafsirkan inkonstitusional dan menimbulkan ingar-bingar itu ditempuh?

Proses terdekat penentuan calon anggota legislatif Demokrat mungkin menjadi jawabannya. SBY dan orang-orangnya berkepentingan. Padahal, hanya DPP, dalam hal ini Anas, secara resmi menentukan caleg.

Yunarto mengungkapkan, secara teoretis, penentuan caleg merupakan salah satu faktor pemicu konflik. Dalam kerangka waktu lebih panjang, penentuan caleg bakal menentukan wajah Demokrat pada masa depan.

Persoalan caleg memang tak sekadar persoalan Pemilu 2014. Siapa yang menjadi caleg akan menentukan kelompok mana yang akan dominan di Demokrat. Faksi Demokrat dengan caleg terpilih terbanyak akan menguasai Demokrat. Hal ini penting bagi SBY karena pasca-Pemilu 2014, SBY tidak lagi menjadi presiden. Rasa aman perlu dijaga.

Berita terkait dapat dibaca dalam topik:
Kemelut Demokrat

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

    Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

    Nasional
    PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

    PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

    Nasional
    Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

    Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

    Nasional
    PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

    PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

    Nasional
    ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

    ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

    Nasional
    Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

    Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

    Nasional
    PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

    PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

    Nasional
    Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

    Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

    Nasional
    Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

    Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

    Nasional
    Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

    Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

    Nasional
    Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

    Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

    Nasional
    Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

    Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

    Nasional
    Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

    Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

    Nasional
    Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

    Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com