Oleh Ahmad Arif
Seluruh Pulau Palue seluas 39,5 kilometer persegi sejatinya adalah tubuh gunung api Rokatenda. Tak hanya tingginya ancaman letusan, mata air pun tak ada di sana. Untuk mendapatkan air bersih, warga mengandalkan hujan, menyuling uap panas bumi, dan batang pisang.
Walau dibayangi ancaman letusan gunung api dan sulitnya mencari air bersih, pulau kecil di Laut Flores, Nusa Tenggara Timur, ini tetap dihuni. Bahkan, menurut Camat Palue, Laurensus Regi, jumlah penduduk di pulau ini kini mencapai 9.990 orang. Mereka tersebar di delapan desa, yaitu Maluriwu, Reuwarere, Kesukoja, Lidi, Lodaloka, Tuanggeo, Rokirole, dan Nitunglea.
Hampir 50 persen dari luas pulau ini masuk dalam kategori Kawasan Rawan Bencana (KRB) III—tingkat bahaya tertinggi— yang berpotensi terlanda awan panas, aliran lava, dan sangat berpotensi tertimpa lontaran batu pijar berdiameter lebih dari 6 sentimeter. Seluruh pulau ini masuk dalam KRB II, yang berpotensi tertimpa lontaran batu pijar dan abu tebal.
Di sisi lain, walau gunung api ini berketinggian 875 meter dari permukaan laut, jika diukur dari dasar laut ketinggiannya mencapai 3.000 meter. Ini berarti desa-desa yang terdapat di pesisir Pulau Palue sebenarnya terletak dekat puncak.
Berdasarkan Data Dasar Gunung Api Indonesia (2011), Rokatenda tercatat meletus pertama kali tahun 1928. Namun, gunung ini dipercaya pernah meletus hebat 200 tahun sebelumnya, ditandai adanya lima kawah dan satu buah kubah lava.
Letusan tahun 1928 terjadi pada 4 Agustus-25 September, menewaskan 266 orang. Menurut laporan penelitian Neuman van Padang dalam The Tidal Waves During Rokatenda Volcano Eruption (1930), kebanyakan korban tewas karena sapuan tsunami.
Warga yang menghindari letusan Rokatenda berkumpul di pinggir pantai ketika tsunami tiba-tiba melanda. Tsunami kemungkinan dipicu gempa vulkanik yang beriringan dengan letusan Gunung Rokatenda.
Neuman menyebutkan, tinggi tsunami yang melanda perkampungan warga di pesisir Palue mencapai 5-7 meter. Gelombang tsunami juga melanda pantai utara Pulau Flores, 35 kilometer dari Pulau Palue. ”Berdasarkan laporan residen, 7 rumah di Maoroleh (Marole) rusak, 6 orang tewas, dan 5 kapal dagang hancur,” tulis Neuman.