JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat Saan Mustofa tak percaya dengan hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC). Berdasarkan survei SMRC, elektabilitas Partai Demokrat hanya 8,3 persen. Saan curiga survei tersebut pesanan dari pihak tertentu.
"Tidak semua lembaga survei menunjukkan elektabilitas partai menurun tajam. Bisa juga dengan mudah dirasakan hasil survei itu pesanan pihak tertentu," kata Saan ketika dihubungi, Senin (4/1/2013).
Sebelumnya, SMRC menyebut elektabilitas Partai Demokrat tinggal 8,3 persen. Padahal, perolehan suara Demokrat di Pemilu 2009 mencapai 20,85 persen.
Saan mengatakan, semua kader Demokrat harusnya memiliki perspektif sama ketika menyikapi penurunan elektabilitas partai sehingga dapat mencari jalan keluar yang sama. Desakan agar Anas Urbaningrum mundur sebagai Ketua Umum Demokrat, kata dia, merupakan akibat perbedaan pandangan dalam merefleksikan keprihatian terhadap penurunan elektabilitas Demokrat.
"Kita sepakat bahwa kita prihatin terhadap penurunan elektabilitas berdasarkan hasil survei. Tapi, itu justru harus dibangun oleh kesadaran bersama untuk memperbaiki keadaan partai," kata dia.
Wakil Ketua Dewan Pembina Demokrat Marzuki Alie mengatakan, penurunan elektabilitas tentu akibat terjeratnya sejumlah kader utama Demokrat dalam kasus korupsi. Dia tak mau berpolemik mengenai masalah itu. Marzuki hanya ingin agar semua jajaran Demokrat berkumpul membahas elektabilitas partai.
"Saya yakin dengan duduk bersama antara DPP, Dewan Pembina, Majelis Tinggi, Dewan Kehormatan, tidak ada sesuatu yang tidak bisa diselesaikan. Masalah internal Demokrat adalah urusan internal Demokrat yang harusnya bisa kita selesaikan sesuai mekanisme dalam Demokrat," kata Marzuki.
Seperti diberitakan, dugaan keterlibatan Anas dalam kasus dugaan korupsi proyek Hambalang disebut menjadi salah satu faktor terpuruknya elektabilitas Demokrat. Partai Demokrat merasa tersandera lantaran tidak ada kepastian dari KPK mengenai keterlibatan Anas.
Para elite Demokrat sudah berkali-kali mendesak Anas mundur dari jabatan ketua umum. Hingga saat ini, Anas masih bertahan dan merasa tidak terlibat dalam perkara Hambalang.
Berita terkait dapat diikuti dalam topik:
Demokrat "Terjun" Bebas