JAKARTA, KOMPAS.com — Tobat nasional yang diserukan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Anis Matta, dinilai sebagai kebijakan setengah hati. Seharusnya ajakan itu juga ditujukan ke partai lain.
"Momentum tobat ini, PKS harus ajak semua parpol untuk sama-sama bertobat," kata pengamat politik, J Kristiadi, di Jakarta, Minggu (3/2/2013). Tujuannya, kata dia, mewujudkan partai politik di Indonesia yang bersih dari korupsi.
"Mereka (partai politik) sudah banyak menikmati madu kenikmatan dari hasil tidak halal," kata Kristiadi. Menurut dia, semua partai politik harus memulai "gerakan pendapat", yaitu memilah beragam pendapat yang beredar di publik untuk kemudian diaplikasikan dalam tindakan nyata.
PKS, menurut Kristiadi, sudah mencoba memulai. Sayangnya, PKS terjebak dalam keeksklusifan. "Hanya menyertakan kadernya dalam tobat nasional," katanya.
Padahal, di dalam partai politik lain juga masih banyak kader idealis yang bersih, tidak hanya PKS. "Ini (tobat nasional dari korupsi) kepentingan semua (partai politik)," tutur Kristiadi.
Harapannya, jika gerakan seperti tobat nasional bisa menyebar ke seluruh partai politik, akan terwujud keadilan dan kesungguhan memerangi korupsi. "Medan kepentingan itu seharusnya terbuka untuk semua, tidak hanya satu pihak," ujarnya.
Kristiadi juga mengecam, seharusnya PKS tak bersyak wasangka ada konspirasi untuk menjatuhkan pamor partai itu. Justru seharusnya PKS merangkul semua partai politik.
Apalagi, lanjut Kristiadi, kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sudah profesional dan tak ada intervensi partai politik lain untuk menjatuhkan PKS. Pernyataan bahwa ada konspirasi menjatuhkan PKS hanya memperlihatkan PKS belum siap bekerja sama dengan partai politik lain untuk memerangi korupsi.
Energi tobat nasional dari korupsi ini, kata Kristiadi, akan lebih efektif jika dipakai mengajak kekuatan-kekuatan lain untuk memperbaiki sistem. "Menuju sistem yang lebih baik. Sistem pendanaan partai harus akuntabel dan transparan," ujarnya.
Berita terkait dapat juga diikuti dalam topik Skandal Suap Impor Daging Sapi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.