Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tuding Ada Konspirasi, PKS Tak Punya Bukti

Kompas.com - 02/02/2013, 20:21 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Partai Keadilan Sejahtera (PKS) melayangkan tudingan adanya konspirasi di balik kasus dugaan suap impor daging sapi yang turut menjerat Luthfi Hasan Ishaaq, mantan Presiden PKS. Tak hanya konspirasi, PKS juga menduga ada rekayasa kasus dan operasi yang menargetkan sejumlah pimpinan partai politik. Bahkan, dalam pidato politik pertama setelah ditetapkan sebagai presiden baru PKS, Anis Matta kembali menegaskan dugaan konspirasi itu. Apa buktinya?

Ketua DPP PKS Bidang Kehumasan Mardani Ali Sera mengatakan, lontaran konspirasi hanya luapan emosi. Menurut dia, PKS hanya bisa menduga dan merasakan adanya konspirasi tanpa memiliki bukti tersebut.

"Beberapa teman tanya tentang istilah konspirasi ataupun mengatakan ini program zionis. Kami ingin publik memahami bahwa sebagian besar adalah luapan emosi karena kami menghadapi masalah tidak terduga," ujar Mardani, Sabtu (2/2/2013), di Kantor DPP PKS, Jakarta Selatan.

Menurut Mardani, sejak awal, partainya selalu mendukung upaya pemberantasan korupsi. Terkait proses hukum yang harus dijalani Luthfi, PKS menyerahkan sepenuhnya kepada tim kuasa hukum yang ditunjuk partai.

Sementara itu, Ketua DPP PKS Bidang Kebijakan Publik Hidayat Nur Wahid mengatakan, konspirasi tersebut hanya bisa dirasakan dan "dicium", tapi tidak bisa dilihat. Jadi, ia tidak mau berdebat jika ada pihak lain yang tidak merasakan hal serupa.

Saat ditanyakan soal bukti yang mendukung dugaan konspirasi itu, Hidayat berkilah. "Ini bukan persoalan ada bukti atau tidak ada bukti. Ini persoalan perasaan ketidakadilan bahwa ada yang salah dalam kasus ini," kata Hidayat.

Konspirasi?

Tudingan konspirasi ini sebelumnya sempat diembuskan beberapa politisi PKS. Anis Matta saat memberikan pidato politik untuk pertama kalinya juga menyinggung hal tersebut. Pidato berapi-api yang disampaikan Anis ini kemudian membuat banyak kader PKS menangis.

"Yang dihadapi PKS adalah sebuah konspirasi besar yang bertujuan menghancurkan partai ini," ujar Anis, Jumat, saat menyampaikan pidatonya dalam jumpa pers di Kantor DPP PKS, Jakarta Selatan.

Anis mengatakan, peristiwa tersebut akan menjadi hentakan sejarah bagi PKS untuk bangkit. "Ini adalah hentakan sejarah yang membangunkan macan tidur PKS," tutur Anis yang sempat menjabat Sekretaris Jenderal PKS dan Wakil Ketua DPR.

Ia yakin bahwa cobaan yang dihadapi PKS kali ini adalah sebuah isyarat untuk berbenah diri dan kebangkitan partai. Anis mengaku tugas-tugasnya ke depan bersama pengurus PKS lain tidaklah mudah. Ia berharap agar persoalan yang menimpa PKS bisa segera berlalu.

"Saya percaya dengan pertolongan Allah tidak ada satu pun kekuatan di negeri ini yang bisa menghancurkan gerakan PKS. Tidak akan," ujar Anis, yang disambut gema takbir para pengurus dan kader yang memenuhi ruangan.

Berita terkait dapat diikuti dalam topik:
Skandal Suap Impor Daging Sapi

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Projo: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

    Projo: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

    Nasional
    Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

    Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

    Nasional
    5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

    5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

    Nasional
    Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

    Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

    [POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

    Nasional
    Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

    Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

    Nasional
    Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

    Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

    Nasional
    Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

    Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

    Nasional
    Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

    Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

    Nasional
    Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

    Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

    Nasional
    Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

    Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

    Nasional
    Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

    Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

    Nasional
    Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

    Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

    Nasional
    Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

    Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com