Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemuda Indonesia Kurang Diperhatikan

Kompas.com - 27/11/2012, 06:35 WIB
M Zaid Wahyudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Dalam 20 tahun mendatang, anak-anak muda saat ini akan menjadi pemimpin bangsa. Namun, perhatian pemerintah terhadap mereka serta pelibatan mereka secara aktif dalam pembangunan sangat kurang. Anak muda masih dipandang sebelah mata.

"Pemuda perlu dilibatkan dalam pengambilan keputusan," kata Nisrina Nadhifah, peserta Forum Pemuda Dunia (Global Youth Forum/GYF) dari Jakarta dalam diskusi Jalan Menuju Bali (Road to Bali) di Jakarta, Senin (26/11/2012).

Saat ini, banyak kebijakan yang menyangkut pemuda diputuskan tanpa melibatkan pemuda secara langsung. Pemuda baru dilibatkan ketika kebijakan tersebut dilaksanakan. Namun, mereka tak paham mengapa mereka harus melaksanakan kebijakan tersebut.

Forum Pemuda Dunia akan diselenggarakan di Bali, 4-6 Desember mendatang. Diperkirakan akan hadir 1.000 peserta dari 194 negara. Suara pemuda Indonesia yang akan disampaikan dalam forum tersebut dihimpun melalui dikusi Jalan Menuju Bali yang diselenggarakan di Palembang, Jakarta, Semarang, Surabaya, Makassar, Kupang, dan Jayapura.

Advokat Pemuda Dana Kependudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFPA) Indonesia, Angga Dwi Martha, mengatakan, salah satu pemicu kurang dilibatkannya pemuda dalam proses pengambilan kebijakan adalah tidak jelasnya batasan usia pemuda.

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan menyebut pemuda jika berusia 16-30 tahun. Namun, UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyebut seseorang yang berumur di bawah 18 tahun sebagai anak-anak.

Di UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, seorang wanita diperbolehkan menikah jika berumur minimal 16 tahun dan pria diizinkan menikah jika berusia 19 tahun. Adapun mengacu ketentuan PBB, pemuda adalah seseorang yang berumur 15-24 tahun.

Jika mengacu pada ketentuan PBB, jumlah pemuda Indonesia sesuai hasil Sensus Penduduk 2010 mencapai 40,8 juta orang atau 17 persen dari jumlah penduduk Indonesia saat itu yang mencapai 237,6 juta jiwa. Sementara itu, dari 7 miliar penduduk dunia pada 2012 sesuai data Biro Sensus Amerika Serikat, yang masuk kelompok pemuda mencapai 1,2 miliar orang atau 17 persen populasi global.

Selain keterbatasan partisipasi dalam pembangunan, pemuda Indonesia juga menghadapi akses pendidikan yang tidak merata, keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan reproduksi, tingginya angka pengangguran, serta makin rendahnya kepedulian pemuda terhadap isu-isu sosial di sekitarnya.

Agus Burniat, peserta GYF Palembang, mengungkapkan, banyak kasus kriminal di daerahnya dilakukan pemuda. Tingginya kasus kriminal dipicu banyaknya pengangguran akibat rendahnya pendidikan.

Kurangnya informasi dan layanan tentang kesehatan reproduksi membuat banyak pemuda terjebak dalam perilaku seksual berisiko, mulai dari seks bebas, seks pranikah, pernikahan usia dini, kekerasan dan pelecehan seksual, hingga aborsi ilegal.

"Pendidikan kesehatan reproduksi harus dilakukan melalui jalur pendidikan formal dan nonformal secara terkoordinasi dan berkesinambungan," tutur Linda Noya, peserta GYF dari Jayapura. Pendidikan kesehatan reproduksi diberikan sesuai usia tumbuh kembang pemuda.

Banyak pemuda juga terjebak pada minuman keras, rokok, dan narkoba. Kondisi ini diperparah dengan budaya lokal di sejumlah daerah yang mendorong konsumsi minuman beralkohol. "Pendidikan dalam keluarga penting untuk membentuk dasar karakter pemuda," ujar Alfrado Raymond Sewar, peserta GYF dari Kupang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Nasional
Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Nasional
Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Nasional
Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Nasional
15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

Nasional
Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Nasional
Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Nasional
9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

Nasional
Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Nasional
Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Nasional
Setelah Mahasiswa, DPR Buka Pintu untuk Perguruan Tinggi yang Ingin Adukan Persoalan UKT

Setelah Mahasiswa, DPR Buka Pintu untuk Perguruan Tinggi yang Ingin Adukan Persoalan UKT

Nasional
Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDI-P, Pengamat: Hubungan Sudah “Game Over”

Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDI-P, Pengamat: Hubungan Sudah “Game Over”

Nasional
Jokowi Tak Diundang Rakernas PDI-P, Pengamat: Sulit Disatukan Kembali

Jokowi Tak Diundang Rakernas PDI-P, Pengamat: Sulit Disatukan Kembali

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com