Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rhoma Irama: Saya Dinilai Mampu Persatukan Umat Islam

Kompas.com - 13/11/2012, 12:37 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Dengan berbaju koko warna hitam dipadupadankan celana bahan warna senada, sosok Rhoma Irama mendatangi Wisma Nusantara pada Selasa (13/11/2012) pagi ini. Di tangan kanannya, tampak tasbih yang terus digerakkan oleh jemari si "Raja Dangdut" itu. Sambil menggeserkan kursi di sebuah kafe di gedung perkantoran itu, Rhoma langsung bertanya, "Ya, sekarang apa yang mau ditanyakan?"

Saat ditanyakan soal wacana pencalonannya sebagai presiden, Rhoma langsung menyatakan bahwa pencalonan itu sebenarnya bukan datang dari dirinya pribadi, melainkan berasal dari desakan para ulama dan umat muslim. "Saya maju ini karena desakan ulama dan umat. Saya bahkan sempat katakan apakah tidak ada figur lain selain saya kepada ulama-ulama itu," tutur Rhoma.

Para ulama itu, lanjut Rhoma, mengaku tidak ada lagi sosok pemimpin bangsa ini yang merepresentasikan umat Islam. "Anda telah jadi ikon dari umat, hanya Anda yang bisa persatukan umat Islam, dan hanya Anda yang bisa bawa visi dan misi umat Islam," kata Rhoma menirukan ucapan salah seorang ulama.

Dengan desakan itu, Rhoma pun kemudian mempertimbangkan dengan serius usulan ini. Setelah itu, Rhoma mengaku akhirnya hatinya terpanggil untuk berbuat sesuatu untuk negeri ini. Keterpanggilannya sebagai calon presiden itu diakui Rhoma baru terjadi beberapa hari lalu.

Pelantun lagu "Begadang" ini mengaku terpanggil melihat semakin hari demokrasi di negeri ini semakin kebablasan dan di luar komitmen Pancasila. "Kita sudah jauh dari nilai ketuhanan, jauh dari nilai kemanusiaan, persatuan. Indikasinya adalah tidak ada sopan santun dalam berpolitik, berbangsa, dan bernegara," ujar Rhoma.

Ia mengaku prihatin saat seorang kepala negara disamakan dengan kerbau tanpa ada sanksi hukum apa pun. Ia juga melihat kini umat Islam tidak lagi berperilaku layaknya seorang muslim. Bangsa Indonesia menjadi sekuler dan mudah terbakar emosinya.

"Ini sudah terjadi demoralisasi. Kita sudah hanyut dalam demokrasi yang permisif, serbaboleh. Saya ingin kembalikan bangsa ini untuk kembali kepada Pancasila. Menjadi Islam sama saja dengan menegakkan Pancasila itu sendiri," kata Rhoma.

Berita terkait wacana pencapresan Rhoma bisa diikuti dalam topik:
Geliat Politik Jelang 2014

Baca juga:
Ruhut: Rhoma Nyapres, Inul Juga Bisa!
Rhoma Irama Jadi Capres, Ulama Gerilya ke Parpol

Pengamat: Rhoma 'Nyapres', Anggap Saja Joke of the Month

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

    Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

    Nasional
    Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

    Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

    Nasional
    Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

    Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

    Nasional
    Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

    Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

    Nasional
    Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

    Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

    Nasional
    Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

    Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

    Nasional
    15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

    15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

    Nasional
    Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

    Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

    Nasional
    Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

    Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

    Nasional
    Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

    Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

    Nasional
    Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

    Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

    Nasional
    9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

    9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

    Nasional
    Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

    Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

    Nasional
    Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

    Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

    Nasional
    Setelah Mahasiswa, DPR Buka Pintu untuk Perguruan Tinggi yang Ingin Adukan Persoalan UKT

    Setelah Mahasiswa, DPR Buka Pintu untuk Perguruan Tinggi yang Ingin Adukan Persoalan UKT

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com