Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Pemburu Novel Juga Terlibat Peristiwa Penembakan

Kompas.com - 08/10/2012, 19:59 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Bengkulu Komisaris Besar Dedy Irianto, yang memimpin usaha penangkapan terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi Komisaris Novel Baswedan, juga terlibat dalam peristiwa penembakan terhadap seseorang yang diduga polisi sebagai pelaku kejahatan tiga bulan lalu.

Dedy Irianto memimpin operasi yang berujung pada tewasnya Edi Purwanto alias Edi Bagong, warga Desa Blitar, Kecamatan Binduriang, Rejang Lebong, Bengkulu. Edi tewas dengan luka di mata kiri dan peluru di kepalanya. Sementara seorang korban lainnya mengalami luka di kaki.

Dalam tayangan berita streaming rakyatbengkulutv.com, Dedy Irianto memberikan pernyataan dalam peristiwa ini. "Kami kemarin melakukan patroli bersama. Kami tidak mau keamanan terganggu, dan kami akan melindungi masyarakat yang lain," ujar Deddy dalam tayangan yang disiarkan 12 Juli 2012.

Dedy keberatan hal itu disebut sebagai penembakan. Sebab, menurutnya, penembakan mengandung makna salah sasaran. "Ini bukan terjadi penembakan. Memang terjadi curat (pencurian disertai pemberatan). Kalau penembakan berarti salah sasaran, tapi ini curat. Anda bisa bayangkan, sekarang di polres sudah ada dua bus, dan itu terjadi setiap malam. Kalau tidak terpaksa, kami tidak melakukan itu," kata Dedy.

Ia menerangkan, polisi melepas tembakan karena mendapat perlawanan dari puluhan pelaku perampokan. "Bukan melakukan penembakan, kami menembak pelaku, karena TKP (tempat kejadian perkara) ada di situ dengan pelaku sekitar 30 orang," ucap Dedy.

Tidak menjawab

Saat dikonfirmasi Tribun, Minggu (7/10/2012), Komisaris Besar Dedy tidak berkenan menjawab. "Maaf ini sudah malam, besok saja ya," katanya melalui saluran telepon.

Senin (8/10/2012), saat ditelepon dan di-SMS, Kombes Dedy tidak menanggapi. "Silakan saja langsung ke Kabid Humas, Pak," tulis Dedy melalui SMS.

Dalam laman berita rakyatbengkulutv.com, Kabid Humas Polda Bengkulu Ajun Komisaris Besar Hery Wiyanto mengakui, penembakan Edi dilakukan anggota polisi. "Terjadinya penembakan karena sebelumnya pelaku yang berjumlah sekitar 30 orang melakukan pelemparan ke arah mobil anggota polisi, yang juga Timsus Polda Bengkulu yang dipimpin langsung oleh Direktur Reserse Kriminal Umum Kombes Dedy Irianto," jelas Hery seperti dikutip dari laman tersebut.

Herry membenarkan bahwa pelaku penembakan adalah anggota polisi. Namun, kata dia,  penembakan dilakukan untuk melindungi diri dari serangan pelaku yang menyerang lebih dulu.

Perampokan bus

Ia menuturkan, kejadian berawal ketika sebuah bus dari Jambi menuju Bengkulu dihadang tiga sepeda motor persis di tengah jalan. Jurmin, sopir bus, menghentikan kendaraannya. Saat itulah, menurut Herry, muncul sekitar 30 orang, yang langsung merusak bus dan masuk, serta merampok harta benda dan barang berharga milik 27 penumpang, termasuk sopir bus.

Kapolres Rejang Lebong yang menerima laporan langsung menerjunkan anggotanya untuk mengamankan lokasi. Namun, saat mendekati lokasi kejadian, kata dia, mobil Kapolres yang ditumpangi salah satu anggota Presidium Pemekaran Kabupaten Lembak mendapat serangan dari para pelaku. Operasi polisi mendapat perlawanan. Sekelompok orang bersenjata tajam melempari mobil polisi dengan batu dan bom molotov. Merasa terdesak, polisi lantas melepaskan tembakan.

Seorang lelaki yang kemudian diketahui bernama Edi Purwanto alias Edi Bagong tewas dengan luka di mata kiri dan kepala. Menurut Herry, Edi diduga sebagai salah seorang pelaku perampokan. Selain mengenai Edi, peluru polisi juga mengenai korban lainnya, warga Desa Cahaya Negeri. Ia terkena tembakan di kaki dan langsung dibawa ke Rumah Sakit Linggau. Dari pihak penumpang bus, tiga orang dilukai perampok, yaitu Basar, Sulik, dan Rusmini.

Seusai peristiwa penembakan, warga sekitar protes atas penembakan Edi dengan memblokade jalan. Edi adalah warga yang tinggal tidak jauh dari lokasi kejadian. Aksi massa ini membuat jalan utama Bengkulu-Sumatera Selatan tertutup. Polisi berhasil membubarkan massa dan membuka blokade.

Tukang azan

Mengutip pemberitaan bengkuluekspress.com, Sutarti (51), ibu Edi, menuturkan, ia mengetahui anaknya bekerja sebagai petani dan berjualan. Menurutnya, Edi juga aktif dalam kegiatan pengajian di masjid dekat rumahnya. Keaktifan Edi di masjid juga diakui oleh Kepala Desa Belitar Muka, Suryono. Masih menurut pemberitaan bengkuluekspress.com, Edi dikenal sebagai tukang azan di masjid desa dan sering menyampaikan dakwah.

Sementara harianrakyatbengkulu.com memberitakan, berdasarkan keterangan keluarga, saat itu Edi Purwanto justru menyusul mobil yang dikendarai polisi karena ingin tahu apa masalah yang sebenarnya terjadi sehingga dilempar warga. Namun malang, ia kena tembak.

Dalam pemberitaan lain bengkuluekspress, Kapolda Bengkulu Brigjen (Pol) Burhanudin Andi menegaskan, Edi adalah salah seorang pelaku perampokan bus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tanggal 19 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 19 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Tanggal 18 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 18 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Di Sidang SYL, Saksi Akui Ada Pembelian Keris Emas Rp 105 Juta Pakai Anggaran Kementan

    Di Sidang SYL, Saksi Akui Ada Pembelian Keris Emas Rp 105 Juta Pakai Anggaran Kementan

    Nasional
    Dede Yusuf Minta Pemerintah Perketat Akses Anak terhadap Gim Daring

    Dede Yusuf Minta Pemerintah Perketat Akses Anak terhadap Gim Daring

    Nasional
    Mesin Pesawat Angkut Jemaah Haji Rusak, Kemenag Minta Garuda Profesional

    Mesin Pesawat Angkut Jemaah Haji Rusak, Kemenag Minta Garuda Profesional

    Nasional
    Anggota Fraksi PKS Tolak Presiden Bebas Tentukan Jumlah Menteri: Nanti Semaunya Urus Negara

    Anggota Fraksi PKS Tolak Presiden Bebas Tentukan Jumlah Menteri: Nanti Semaunya Urus Negara

    Nasional
    Usai Operasi di Laut Merah, Kapal Perang Belanda Tromp F-803 Merapat di Jakarta

    Usai Operasi di Laut Merah, Kapal Perang Belanda Tromp F-803 Merapat di Jakarta

    Nasional
    Kriteria KRIS, Kemenkes: Maksimal 4 Bed Per Ruang Rawat Inap

    Kriteria KRIS, Kemenkes: Maksimal 4 Bed Per Ruang Rawat Inap

    Nasional
    Soroti DPT Pilkada 2024, Bawaslu: Pernah Kejadian Orang Meninggal Bisa Memilih

    Soroti DPT Pilkada 2024, Bawaslu: Pernah Kejadian Orang Meninggal Bisa Memilih

    Nasional
    Direktorat Kementan Siapkan Rp 30 Juta Tiap Bulan untuk Keperluan SYL

    Direktorat Kementan Siapkan Rp 30 Juta Tiap Bulan untuk Keperluan SYL

    Nasional
    Setuju Sistem Pemilu Didesain Ulang, Mendagri: Pilpres dan Pileg Dipisah

    Setuju Sistem Pemilu Didesain Ulang, Mendagri: Pilpres dan Pileg Dipisah

    Nasional
    Menko Airlangga: Kewajiban Sertifikasi Halal Usaha Menengah dan Besar Tetap Berlaku 17 Oktober

    Menko Airlangga: Kewajiban Sertifikasi Halal Usaha Menengah dan Besar Tetap Berlaku 17 Oktober

    Nasional
    Serius Transisi Energi, Pertamina Gandeng KNOC dan ExxonMobil Kembangkan CCS

    Serius Transisi Energi, Pertamina Gandeng KNOC dan ExxonMobil Kembangkan CCS

    Nasional
    Bawaslu Akui Kesulitan Awasi 'Serangan Fajar', Ini Sebabnya

    Bawaslu Akui Kesulitan Awasi "Serangan Fajar", Ini Sebabnya

    Nasional
    Kontras Desak Jokowi dan Komnas HAM Dorong Kejagung Selesaikan Pelanggaran HAM Berat Secara Yudisial

    Kontras Desak Jokowi dan Komnas HAM Dorong Kejagung Selesaikan Pelanggaran HAM Berat Secara Yudisial

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com