Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Din Syamsuddin: Ironis, Islam Selalu Tertuduh

Kompas.com - 06/09/2012, 19:59 WIB
Aditya Revianur

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Din Syamsuddin meminta aksi terorisme tidak dikaitkan dengan Islam. Dia mengingatkan bahwa setiap agama di dunia, termasuk Islam, mengharamkan setiap perbuatan teror.

Din mengatakan, seharusnya polisi dapat menegakkan hukum dengan menangkap pelaku hidup-hidup, agar dalang intelektual aksi teror dapat dibekuk aparat keamanan.

"Proses hukum pelaku teror harus ditegakkan. Jangan kaitkan terorisme dengan agama yaitu Islam. Selama masih mengaitkan dengan Islam, kasus terorisme tidak dapat ditangani pemerintah," ujar Din di acara diskusi bersama tokoh nasional di kantor PP Muhammadiyah, Jakarta, Kamis (6/9/2012).

Din menjelaskan, terorisme merupakan ancaman untuk bangsa Indonesia. Namun dia mempertanyakan aksi terorisme yang terus hadir di Indonesia, sementara di negara lain aksi terorisme dapat dibasmi. Dia pun menyebut ada yang tidak beres dengan kinerja Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

"Ironisnya, Islam selalu menjadi tertuduh. Saya juga heran atas kinerja BNPT yang mendapatkan banyak dana dari pemerintah untuk menanggulangi aksi teror. Kok masih ada terorisme? Hal ini akan membawa kita pada introspeksi, berarti ada cara penanganan yang belum tepat untuk menanggulangi terorisme," tuturnya.

Dia mengungkapkan, selama ini pemimpin organisasi keagamaan telah memerankan perannya untuk berdakwah mengenai rahmatan lil alamin, rahmat bagi seluruh alam. Sementara, kata dia, BNPT dan Polri tidak bekerja dengan sungguh-sungguh mengingat telah ada data tentang lingkaran teroris.

Data yang telah dikantongi oleh BNPT maupun Kepolisian, kata dia, seharusnya dapat ditindaklanjuti dengan menangkap semua pelaku teror.

"Yang mati itu kroco-kroconya, sementara aktor sebenarnya tidak pernah diusut. Ini yang membawa asusmsi dari masyarakat adanya konspirasi," ujarnya.

Din menanggapi juga adanya teori konspirasi di kalangan masyarakat. Menurutnya, hal tersebut masuk akal dalam rangka menjatuhkan umat islam Indonesia.

Konspirasi yang dimaksud, yakni intelijen dari berbagai negara berperan mengacaukan kondisi Indonesia dengan membawa nama Islam sebagai agama yang memiliki pemeluk terbesar. Hal tersebut, diakuinya sulit dibuktikan, namun dapat dirasakan oleh masyarakat.

Dia mencontohkan aksi teror di Indonesia terjadi secara berulang-ulang saat ada kedatangan tokoh penting, atau kasus skandal korupsi yang menyita perhatian publik. Menurutnya, sangat masuk akal jika aksi teror sebagai upaya pihak tidak bertanggung jawab untuk mengalihkan isu.

Menurut Din, selama pelaku teroris mati terbunuh atau yang ditangkap tetapi tidak ada penyelesaian hukum yang transparan, maka dalang teroris tidak akan terkuak.

"Selama tokoh utama terorisme tidak dapat ditangkap, diadili dan ditanya maka terorisme akan terus tumbuh lagi," ujarnya.

Sebelumnya, Bayu bersama Farhan, Firman, dan Muchsin diduga kuat terlibat tiga aksi teror terhadap pos polisi di Solo. Pertama, aksi penembakan di Pospam Simpang Gemblengan pada Jumat (17/8/2012). Kedua, di Bundaran Gladak, Jalan Jenderal Sudirman, Sabtu (18/8/2012).

Kemudian yang terjadi di Pos Polisi Singosaren, Jalan Rajiman Serengan, Solo, Kamis (30/8/2012), yang menewaskan seorang anggota kepolisian Bripka Dwi Data Subekti. Densus 88 kemudian membekuk Bayu dalam keadaan hidup di kediaman mertuanya, Wiji, di Desa Bulurejo, Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar, Jawa Tengah, Jumat (31/8/2012) malam.

Sementara dua terduga lainnya, yakni Farhan dan Muchsin, tewas dalam pernyergapan oleh Densus 88 di Jl Veteran, Solo, di hari yang sama. Kemudian Firman baru ditangkap di Depok, Rabu (5/9/2012) kemarin.

Hingga kini kepolisian masih mengejar pelaku lainnya dalam teror di Solo tersebut. Teroris tersebut menurut Polri memiliki hubungan dengan kelompok jaringan Abu Sayyaf di Filipina.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 19 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 19 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 18 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 18 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Di Sidang SYL, Saksi Akui Ada Pembelian Keris Emas Rp 105 Juta Pakai Anggaran Kementan

Di Sidang SYL, Saksi Akui Ada Pembelian Keris Emas Rp 105 Juta Pakai Anggaran Kementan

Nasional
Dede Yusuf Minta Pemerintah Perketat Akses Anak terhadap Gim Daring

Dede Yusuf Minta Pemerintah Perketat Akses Anak terhadap Gim Daring

Nasional
Mesin Pesawat Angkut Jemaah Haji Rusak, Kemenag Minta Garuda Profesional

Mesin Pesawat Angkut Jemaah Haji Rusak, Kemenag Minta Garuda Profesional

Nasional
Anggota Fraksi PKS Tolak Presiden Bebas Tentukan Jumlah Menteri: Nanti Semaunya Urus Negara

Anggota Fraksi PKS Tolak Presiden Bebas Tentukan Jumlah Menteri: Nanti Semaunya Urus Negara

Nasional
Usai Operasi di Laut Merah, Kapal Perang Belanda Tromp F-803 Merapat di Jakarta

Usai Operasi di Laut Merah, Kapal Perang Belanda Tromp F-803 Merapat di Jakarta

Nasional
Kriteria KRIS, Kemenkes: Maksimal 4 Bed Per Ruang Rawat Inap

Kriteria KRIS, Kemenkes: Maksimal 4 Bed Per Ruang Rawat Inap

Nasional
Soroti DPT Pilkada 2024, Bawaslu: Pernah Kejadian Orang Meninggal Bisa Memilih

Soroti DPT Pilkada 2024, Bawaslu: Pernah Kejadian Orang Meninggal Bisa Memilih

Nasional
Direktorat Kementan Siapkan Rp 30 Juta Tiap Bulan untuk Keperluan SYL

Direktorat Kementan Siapkan Rp 30 Juta Tiap Bulan untuk Keperluan SYL

Nasional
Setuju Sistem Pemilu Didesain Ulang, Mendagri: Pilpres dan Pileg Dipisah

Setuju Sistem Pemilu Didesain Ulang, Mendagri: Pilpres dan Pileg Dipisah

Nasional
Menko Airlangga: Kewajiban Sertifikasi Halal Usaha Menengah dan Besar Tetap Berlaku 17 Oktober

Menko Airlangga: Kewajiban Sertifikasi Halal Usaha Menengah dan Besar Tetap Berlaku 17 Oktober

Nasional
Serius Transisi Energi, Pertamina Gandeng KNOC dan ExxonMobil Kembangkan CCS

Serius Transisi Energi, Pertamina Gandeng KNOC dan ExxonMobil Kembangkan CCS

Nasional
Bawaslu Akui Kesulitan Awasi 'Serangan Fajar', Ini Sebabnya

Bawaslu Akui Kesulitan Awasi "Serangan Fajar", Ini Sebabnya

Nasional
Kontras Desak Jokowi dan Komnas HAM Dorong Kejagung Selesaikan Pelanggaran HAM Berat Secara Yudisial

Kontras Desak Jokowi dan Komnas HAM Dorong Kejagung Selesaikan Pelanggaran HAM Berat Secara Yudisial

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com