Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jaringan Solo Besar

Kompas.com - 05/09/2012, 09:50 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Tersangka teroris yang tertembak di Solo, Farhan dan Mukhsin, termasuk kelompok jaringan teroris besar dan berbahaya. Kelompok ini terbentuk dari jaringan kelompok pelaku bom bunuh diri di Masjid Ad-Dzikro, Cirebon, dan Gereja Bethel Injil Sepenuh, Solo.

Kelompok tersebut melakukan pelatihan kemiliteran dan merencanakan sejumlah aksi penyerangan terhadap aparat keamanan. Hal itu disampaikan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Ansyaad Mbai, Selasa (4/9/2012) di Jakarta.

Selain Farhan dan Mukhsin yang tertembak, polisi antiteror juga menangkap Bayu Setiono.

Menurut Ansyaad, kelompok jaringan bom bunuh diri di Cirebon dan Solo itu bergabung dengan kelompok di Medan dan dikenal dengan kelompok ”11”. Tersangka dari kelompok ”11” itu sudah ditangkap di Jakarta (1 orang), Medan (4 orang), Palembang (1 orang), Bandung (2 orang), Solo (2 orang), dan Jawa Timur (1 orang).

Ansyaad menambahkan, 12 Juli 2012, polisi antiteror menangkap dua tersangka teroris di Poso, berinisial N dan M. Mereka merekrut orang-orang baru dari sejumlah tempat, termasuk Solo. Keduanya mendapatkan dana ratusan juta untuk pembelian senjata dan pelatihan militer dari menjebol situs bisnis.

Menurut Ansyaad, polisi antiteror sudah mengikuti kelompok itu sejak lama. Namun, upaya penindakan sulit dilakukan karena kelemahan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme. UU itu dinilai belum sepenuhnya memberikan kewenangan kepada aparat keamanan untuk mencegah atau menindak sebelum aksi terorisme.

Rampok toko emas

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Kepolisian Negara RI Brigadir Jenderal (Pol) Boy Rafli Amar mengatakan, kelompok Farhan pernah latihan menembak di sekitar Gunung Merbabu. ”Tempatnya disebut pos Himalaya,” katanya.

Kelompok Farhan berlatih sekitar tiga bulan. ”Mereka berencana mencari dana dengan merampok toko emas, tetapi belum terlaksana,” tuturnya.

Dalam surat ”wasiat” yang ditemukan polisi antiteror, menurut Boy Rafli, diketahui kelompok Farhan menginginkan para tahanan perkara terorisme dibebaskan. Jika tidak, perlawanan terus dilakukan dengan menyerang polisi.

Boy Rafli belum memastikan keterkaitan kelompok Farhan dengan terpidana perkara terorisme Abu Bakar Ba’asyir. ”Secara langsung, belum ada keterkaitan. Namun, dari spirit dan semangat, memiliki kesamaan. Apalagi mereka pernah mengenyam pendidikan di Ngruki. Paling tidak, memiliki kemiripan,” katanya.

Anggota Komisi I DPR, Sidarto Danusubroto, mengemukakan, selama ini aksi terorisme lebih banyak diatasi dengan upaya represif. Langkah pencegahan yang komprehensif belum maksimal dilakukan.

Sarifuddin Sudding, anggota Komisi III DPR, mengatakan, UU No 15/2003 sudah cukup keras. (FER/NWO)

Ikuti perkembangan seputar aksi teror di Solo dalam topik "Teroris Solo"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

    Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

    Nasional
    Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

    Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

    Nasional
    BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

    BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

    Nasional
    Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

    Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

    Nasional
    Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

    Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

    Nasional
    Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

    Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

    Nasional
    Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

    Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

    Nasional
    Dubes Palestina Sindir Joe Biden yang Bersimpati Dekat Pemilu

    Dubes Palestina Sindir Joe Biden yang Bersimpati Dekat Pemilu

    Nasional
    Di Hadapan Relawan, Ganjar: Politik Itu Ada Moral, Fatsun dan Etika

    Di Hadapan Relawan, Ganjar: Politik Itu Ada Moral, Fatsun dan Etika

    Nasional
    Ide Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Tak Sejalan dengan Pemerintahan Efisien

    Ide Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Tak Sejalan dengan Pemerintahan Efisien

    Nasional
    Chappy Hakim: Kita Belum Punya Konsep Besar Sistem Pertahanan Indonesia, Gimana Bicara Pengembangan Drone?

    Chappy Hakim: Kita Belum Punya Konsep Besar Sistem Pertahanan Indonesia, Gimana Bicara Pengembangan Drone?

    Nasional
    Dukung Khofifah di Pilgub Jatim, Zulhas: Wakilnya Terserah Beliau

    Dukung Khofifah di Pilgub Jatim, Zulhas: Wakilnya Terserah Beliau

    Nasional
    Polisi Buru 2 Buron Penyelundup 20.000 Ekstasi Bermodus Paket Suku Cadang ke Indonesia

    Polisi Buru 2 Buron Penyelundup 20.000 Ekstasi Bermodus Paket Suku Cadang ke Indonesia

    Nasional
    Tanggapi Prabowo, Ganjar: Jangan Sampai yang di Dalam Malah Ganggu Pemerintahan

    Tanggapi Prabowo, Ganjar: Jangan Sampai yang di Dalam Malah Ganggu Pemerintahan

    Nasional
    Tanggapi Prabowo, PDI-P: Partai Lain Boleh Kok Pasang Gambar Bung Karno

    Tanggapi Prabowo, PDI-P: Partai Lain Boleh Kok Pasang Gambar Bung Karno

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com